Kapal Nuh
Sekali akan turun lagi
kapal Nuh di pelabuhan malam
tanpa kapten
hanya suara yang berseru ke setiap hati:
"Mari!"
Kita berangkat
berkelamin, laki-istri
untuk berbiak di tanah baru yang berseri,
juga makhluk yang merangkak
di darat dan di langit terbang
masuk sejodoh-sejodoh. Masing-masing
mendapat ruang
di haluan, di buritan, di timbaruang
Kita semua. Sebab kasih itu murah,
bahkan bunga, emas dan perak
itu batu mulia
Yang memancar api rahmat
turut termuat.
Kalau bahtera mulai bertolak
dekat kita dengar bumi retak,
Bumi, yang telah tua
oleh manusia dan derita.
- (Simphoni, 1957)