Kekejaman Di Mana-mana

Majalah Tempo, 27 Agustus 1977.


EUGENE Samokhin tidak tinggal di Indonesia. Dia tinggal di Uni Soviet... atau lebih tepat dalam negeri tempat berpusarnya imajinasi pengarang Vladimir Voinovich. Samokhin hanyalah tokoh cerita panjang dari pengarang itu—sebuah cerita panjang dengan judul panjang: Aku Akan Jujur Jika Mereka Biarkan.

Samokhin—demikian kisah Voinovich—adalah seorang pengawas bangunan yang cakap dan kuat, tapi patah semangat. Di koran lokal ia dipuji-puji sebagai seorang pembangun yang bersemangat. Di dalam hatinya ia tahu apa yang dilakukannya selama itu: semua bangunan yang dibikin di bawah pengawasannya sebenarnya acak-acakan. Ia selalu terbentur pada soal tak cukupnya material. Ia selalu terhambat oleh kemalasan para pekerja. Ia hilang gairah karena menyadari bahwa atasannya cuma mementingkan karier mereka, dengan sikap sinis, bahwa kebohongan dan penipuan toh bisa menaikkan pangkat.

Limabelas tahun lamanya ia berpindah-pindah dari kelompok pembangunan yang satu ke kelompok yang lain. Selama itu sebenarnya hatinya mencari suatu kesempatan, untuk "memikirkan sesuatu yang nyata, sesuatu yang saya tak akan merasa malu karenanya". Pada umurnya yang ke-40, Samokhin merasa habis. Frustrasi serta hari-harinya yang hambar merasuk ke dalam kekosongan hidupnya di hari malam, di kota kecil tempat tinggalnya itu.

Suatu hari datanglah perintah. Ia harus menyelesaikan sebuah bangunan lebih cepat dari biasa, untuk memperingati hari ulangtahun Revolusi. Tapi Samokhin menolak untuk mencapai target itu. Ia tak mau lagi mengerjakan tugas yang hanya menghasilkan sesuatu yang praktis palsu. Ia ingin jujur sekali ini. "Siapa sih yang perlu kejujuranmu?", tanya koleganya. "Aku sendiri," jawab Samokhin.

Samokhin mungkin mirip dengan Si Mamad, film Sjuman Djaya yang diilhami cerita Anton Chekov itu. Kejujuran ternyata dapat merupakan kebutuhan penting, bukan untuk ditepuk-tangani, melainkan untuk penyelamatan jiwa. Barangkali itu sebabnya tokoh lucu karya Vladimir Voinovich yang lain, yang kini banyak dibicarakan di negeri Barat, lebih suka bergaul dengan seekor kuda. Tokoh itu adalah Prajurit Iwan Chonkin. Dalam cerita yang berjudul Kehidupan dan Petualangan Luarbiasa Prajurit Iwan Chonkin, sang pahlawan yang kedodoran ini tidur di kandang, dan hanya ngomong-ngomong dengan penghuni kandang itu. "Jika kita salah omong kepada seseorang, kita bisa celaka, tapi apa saja yang kita omongkan kepada seekor kuda, ia akan menerimanya."

Akibat cerita-cerita macam ini bagi Voinovich memang tak enak. Ia dikutuk oleh pejabat resmi penjaga ideologi negara. "Berbahaya," kata mereka. Bagian pertama dari kisah Iwan Chonkin tidak jadi diterbitkan oleh majalah pemerintah Novy Mir, meskipun penerbitan ini beberapa saat setelah Stalin wafat dikenal suka memberi tempat bagi suara bebas. Di tahun 1974 ia dipanggil oleh Persatuan Pengarang, untuk menjawab dan mendiskusikan pendiriannya. Voinovich menyahut: "Tak ada yang dapat kita diskusikan, dan tak ada yang bisa kita perbantahkan, sebab saya menyatakan pendapat saya sendiri sedangkan tuan-tuan mengatakan apa yang diperintahkan kepada tuan-tuan. Dusta adalah senjata tuan-tuan."

Sudah tentu nasib dan karya Voinovich menjadi umpan bagi para pengkritik Uni Soviet di Barat—yang gelombang suaranya kini nampak kian meninggi hampir sama dengan beberapa tahun setelah Perang Dunia ke-II, ketika "perang dingin" tegang terasa. Mungkin karena Solzhenitsyn menerbitkan Gulag Archipelago-nya— yang melukiskan penindasan Stalin terhadap mereka yang secara sewenang-wenang dicap sebagai musuh rakyat dan negara. Mungkin karena orang reda mengkritik Amerika Serikat setelah perang Vietnam. Apa pun sebabnya, Uni Soviet kembali dijadikan sasaran, semacam lambang kekuatan hitam. Di Perancis, cendekiawan yang menyebut diri sayap kiri pun, seperti Jean Daniel, editor Le Nouve/Observateur, dan sejumlah "ex-Maois" serta "ex-Trotskyis", perlahan-lahan atau mendadak bersuara seperti orang dari sayap kanan, dalam memandang kiri ...

Tapi apakah artinya "kiri" dan "kanan"? Ketidakadilan dan kesewenang-wenangan bisa berada di mana-mana, juga di tengah.