Lacrimosa  (2011)  oleh Goenawan Mohamad
2011




Akhirnya mereka temukan kotak hitam itu
70 meter di timur kawah.

Akhirnya aku dengar suaramu.





Seseorang memanggilmu seperti mendesak
dan kau menyahut, dari dalam kokpit,
agak gemetar, ‘Abu itu
membentuk langit.’





Dan kau coba untuk tak berdoa.





Hanya ada sebuah rekuiem
dari CD. Belum selesai:
‘Lacrimosa dies illa…’

Beri hari
airmata

yang akan hilang,
seperti luka.

Lalu dentuman.
Lalu guncangan
Logam-logam retak.

Tak ada yang berteriak.





Perjalanan, Wresti, selalu melintasi
detik yang putus
di tiap pelabuhan.

Tapi tak seorang pun
yang percaya.

Mungkin cerita
memang tak bisa berhenti.





Lima pekan setelah itu
regu SAR menemukanmu
di antara sebelas jasad
yang mengering hitam

seperti coretan tinta cina
pada paranada.

Aku bayangkan sebuah orkes
memainkannya:
not-not yang tersandar
di lahar dingin,

di sebuah ruang
di mana Ajal berdiri,

dan kau berdiri,
dan kur menyeru
ke arah awan tua
yang melintas
yang tak berisi
apa-apa.

‘Lacrimosa dies illa…’





Biarkan hari
memilih abu
dan airmata
yang akan tak ada.