Massa Actie oleh Tan Malaka
Keadaan Rakjat Indonesia

KEADAAN RAKJAT INDONESIA

1. Kemelaratan

Berapa riboe, bahkan berapa ratoes riboe rakjat Indonesia jang meringkoek dengan peroet kosong diatas balai- balai setiap hari melepaskan lelahnja, ta' terterangkan setepat-tepatnja . Pemerintah lengkap dengan angka-angka tentang kebcen2 dan percesahaan jang mengoentoengkan dan teroetama nama2 daftar orang jang wadjib membajar padjak, tetapi lengah memberi kepastian tentang penghidoepan rakjat seloeroehnja. Betoel kadang2 dibentoek oleh Pemerintah satoe panitia, tetapi badan itceta' mewakili rakjat, dan tentoe sadja panitia itoe tidak pernah menda'wa kapital besar, meskipoen mentjela sadja, Pemeriksaan „teratoer" dan merdeka” sebagai boekti maksoed2 jang soetji, beloem pernah kedengaran.

Djika kita maoe tahoe berapa djoemlah boeroeh indoestri, keboen-keboen dan pengangkcetan, tentoelah dengan djalan itoe kita ketahoei berapa banjaknja „boedak belian kolonial” jang kelaparan di Indonesia. Sebab sebagian besar dari boeroeh indoestri itoe miskin, sebab mereka kepada peroesahaan besar2 itoe haroes mendjoeal atau menjewakan tanahnja, hingga achirnja kehilangan tanah dan mata pentjaharian.

Hal itoe tidak moengkin disebabkan oleh kotakperdoelian dan kelalaian Pemerintah ini. Meskipoen kita bekerdja dengan angka2 jangta' tjcekoep, ini beloem berarti, bahwa keadaan rakjat Indonesia boekoe jang tertoetoep bagi kita: bahkan sebaliknja, ta' dapat disangkai, bahwa 2 á 3 djoeta boedak tertindas menerima oepah jang hanja tjoekoep „penahan mati kelaparan”. Bagian jang terbesar dari mereka berorganisasi, seperti boeroeh kereta-api, toekang sapoe, kooli barang dan toekang rem, jang moelai bekerdja dengan gadji f.15.- seboelan, dengan 1 atau 2 roepiah tambahan setahoen dan mentjapai maximum f.30.- á f, 10. seboelan, apabila mereka soedah beroeban. Soenggoeh gadji itoe terlaloe sedikit dizaman kapitalisme, dan hal ini sangat menjedihkan , sedang kepada keawasan dan tanggoeng djawab sekoempoalan boeroeh bergantoeng hidoep beriboe_riboe manoesia .

Kita misalkan beratoes riboe boeroeh goela jang karena ta' berorganisasi tidak berani meminta tambah gadjinja. Kaoem tani jang kehilangan tanah ini hanja bekerdja beberapa boelan dalam setahoen dengan gadji 30 atau 40 sen sehari, jakni diwaktoe memotong teboe, Djoega kita misalkan 250 á 300 riboe koeli kontrak - jang dinamakan „koeli merdeka " di Soematera Timoer mendapat oepah 30 á 40 sen sehari. Siapakah jang berani mengatakan, bahwa dimasa ini seseorang (meskipoen ia seorang inlander )! dengan anak-bininja dapat hidoep sebagai manoesia dengan oepah 12 á 25 roepiah seboelan, orang itoe adalah seekor keledai atau lebih hina lagi, adalah seorang „pengchianat”

Toekang2 besi _ segolongan boeroeh jang besar gadjinja dinegeri-negeri lain di Soerabaja sangat rendah gadjinja, diam dikandang andjing, makanan, pakaian dan keperloean hidoep lain-lain ta' tjoekoep, hingga kekallah mereka djadi mangsa lintah darat Tionghoa dan Arab, Kita masih mendengar, gadji mereka antara 30 dan 40 roepiah jang di Soerabaja kota dagang itoe, berarti sekedar penghalang djangan sampai mati sadja.

Siapakah nama Goebernoer Djenderal jang pada soeatoe hari dengan maloe2 mentjeritakan, bahwa beriboe-riboe koeli tidoer dipelaboehan Djakarta, sebab cepah mereka tidak tjcekcep oentoek penjewa goeboek jang sangat ditjintai oleh orang-orang Djawa? Soedah begitoe memiloekan dan ta' berketentoean nasibnja kaoem boeroeh jang masih kerdja! Ba-gaimana poelakah halnja kaoem penganggoer jang makin lama makin banjak itoe?

Dalam „Verslag van de Suiker Enquete Commissie (katja 99) kita batja kalimat jang sangat berarti : „Agaknja setengah dari keloearga rakjat dipoelau Djawa termasoek orang mempoenjai tanah dan selebihnja hidoep dari peroesahaan dan perdagangan boemipoetera atau boekan. Disana tentoelah beratoes riboe manoesia jang ta' poenja apa apa, jang kadang2 bekerdja pada salah seorang peladang dan dengan tidak pada tempatnja „menamai dirinja tani”. Selain dari itoe dikota-kota tidak sedikit orang jang bergelandangan disepandjang djalan, makan sesoeap pagi dan sesoeap petang. Kita ta' mempoenjai statistik jang lengkap, benar dan sah tentang berapa djoemlahnja.

Tetapi siapa jang pernah tinggal dikota goela seperti Banjoemas, Solo Kediri dan Soerabaja, dan dikampoeng-kampoeng jang kotor dan mesoen sebagai Djakarta, Semarang dan Soerabaja, serta ia soenggoeh memperhatikan penghidoepan rakjat, ia akan tertjengang melihat „kesabaran” dan „kebetahan ” rakjat menanggoeng kesoesahan, bahwa padjak djaoeh me-lewati kesanggoepan perdoedoek, tidak asing lagi bagi orang2 pemerintah.

Semoea dan setiap jang bernjawa (meskipoen dia tidak berpentja-harian) mesti membajar padjak. Koetipan2 dari segala pihak dapat kita terakan, tetapi, sebab kita, anggap tidak berfaedah, ta' perloe kita tam-bahkan disini.

(Sambil laloe kita katakan, bahwa indoestri besar2 dan kongsi2 per-dagangan djoega membajar padjak. Tetapi itoe perkara perdjandjian belaka, karena dengan beberapa djalan padjak itoe dapat ditimpakan keatas kepala rakjat Indonesia jang melarat dan ta' poenja hak lagi itoe.)

Padoux, penasihat pemerintah Tiongkok dalam „Memorandum for the National Commission for study of financial problem”, menentoekan bahwa setiap kepala di Philipina, Indo-China, Perantjis, Siam. Indonesia dan Tiongkok masing2 membajar padjak $7.50, 8.50, 9.50, 15.50 dan 1,20

Djadi jang setinggi-tingginja di Indonesia! Jaitoe doea kali Philipina, hampir doea kali Indo-China Perantjis, dan doea belas kali Tiongkok. Per-hitoengan itoe diambil menoeroet perbandingan sebeloem tahoen 1923. Waktoe itoe masih ada „Inlandsch Verponding” - sạtoe perboeatan hina jang tidak tahoe maloe- sebagaimana jang beloem pernah dilakoekan oleh seseorang radja jang selalim_lalimnja di Djawa.

Mr. Yeekes menerangkna dalam „de Opbouw” (tahoen 1923) bahwa pendapatan rakjat Indonesia poekoel rata f196,- setahoen. Dari penda-patan itoe banjak jang haroes dikeloearkan oentoek pembajar padjak, dan diloear Djawa oentoek rodi poela, hingga pendapatan seboelan tinggal f.13,- Satoe angka jang djaoeh dibawah minimumnja. Perhitoengan Mr. Yeekes ini mengenai seloeroeh Indonesia, djadi pendapatan rakjat di Dja-wa Tengah tentoe lebih sedikit lagi

Kita dizaman modern ini sedih dan heran'melihat orang Djawa jang diam dipondok-pondok rombeng atau ta' berkediaman sama sekali, kelapa-ran dan berpakaian kotor tjompang-tjamping, dalam iklim sangat mem-bahajakan sebagai di Indonesia, koerang terawat kesehatannja, disebabkan waba malaria, tjatjing tambang, cholera dan sampar; „hanja" ratoesan riboe jang mati diwaktoe penjakit itoe meradjalela! Soeatoe kecelatan jang patoet dipoedji!

2. Kegelapan.

Masih sadja „pemerintah tani dan toekang waroeng” Belanda ta-koet kepada nuiversiteit dan Sekolah Tinggi sebagai kepada hantoe, Ma-sih sadja beloem terlepas ia dari ganggoean momok ,,boeroeh intellektueel" Ia soedah berboeat keliroe dalam pemandangan politik pengadjaran Ing-geris dan mengambil kesimpoelan jang salah. Ia terlaloe bodoh oentoek memikirkan bahwa berhoeboeng dengan pemandangan dan ketjakapan imperialisme Inggerislah, maka doeloe soedah ada kaoem terpeladjar India jang waktoe soekar kerapkali membantoe pemerintah Inggeris, dan djoega berkat adanja kelas intellektueel, termasoek djoega kaoem extremis, maka Tilak dan Mahatma Gandhi beroleh kemenangan ekonomi dengan gera-kan boikotnja jg loeas. Dan poela karena Inggeris Kerdja bersama dengan boerdjoeasi boemipoetera modernlah, dilapangan politik dan ekonomi, maka Inggeris dapat memerintah teroes di India walaupoen digempoer oleh gerakan non-cooperation baroe-baroe ini.

Pemerintah Belanda didalam perdebatan selaloe mengemoekakan pel-bagai keberatan terhadap pendirian universiteit di Indonesia, jaitoe keberatan jang hanja dapat diterima oleh anak2 ketjil. Semoea dalilnja hanja terpakai dizaman batoe, jaitoe zaman timboelnja pendjadjahan dan dapat disimpoelkan dalam alasan2 dibawah ini:

  1. Bahwa Pemerintah ini sesoedah menjesal, saharoesnja sekarang mendjadikan dirinja pendidik rakjat Indonesia dengan belandja rakjat sendiri, dan sepatoetnja memberi pengadjaran jang sebaik -baiknja kepada anak2 Indonesia, djika ia tidak dojan beromong kosong;
  2. Bahwa bangsa Indonesia baik otak maoepoen kebangsaan tidak lebih tinggi, djoega sebaliknja tidak lebih rendah dari bangsa mana sadja, dan bahwa mereka itoe soenggoeh matang oentoek menenrima pengadjaran jang matjam mana sekalipoen;
  3. Bahwa universiteit Indonesia jang pertama ta' perloe tjangkokan atau tiroean dari Eropah, tetapi dengan memperhatikan pergoeroean tinggi di Eropah disandarkan kepada ketjerdasan rochani dan keadaan masjarakat Indonesia sendiri pada masa ini .

Philipina jang 12 djoeta pendoedoeknja soedah mempoenjai 4 univer-siteit dan beberapa Sekolah Tinggi, tapi Indonesia dengan pendoedoek-nja jang lima kali lebih banjak beloem mempoenjai seboeah djoega.

Sekedjap matapoen tak kita loepakan, bahwa bila „seorang Belanda" mendirikan universiteit, pengadjarannja nistjaja dan mesti lebih tinggi dari pada dikoloni lain2 sebagaimana katanja universiteit Belanda dja-oeh lebih tinggi dari pada universiteit dimana djoega. Dengan tak memperdoelikan tabi'at menoeroetkan kata hati sendiri itoe, kita hanja ingin me-ngatakan kepada Belanda: „Tjobalah doeloe toendjoekkan ketjakapanmoe itoe di Indonesia!"

„Perboeatan" itoelah jang sebenarnja haroes kamoe boektikan!"

Tetapi selain dari doeit jang bagi seorang Belanda lebih berat tim-bangannja dari pada tjita-tjita dan alasan2 politik, tetapi ada poela pemandangan politik lain, jang tak dapat kita harapkan dari si Belanda tani doesoen jang doengoe itoe.

Beloem selang berapa lama toean Hardeman, Kepala Departemen Pengadjaran, menerangkan dalam sidang Dewan Rakjat, bahwa „menga-dakan satoe pergoeroean tinggi beloem boleh mengoeatirkan akan tim boel boeroeh terpeladjar, karena pemakaian mereka sementara waktoe sadja berkoerang, disebabkan kesoekaran ekonomi jang nanti tentoe akan baik kembali. Dengan ini lenjaplah „momok” seperti jang diseboet oleh Oleh Java Bode, tg.30 Ioeni

Akibat politik pengadjaran Belanda disana-sini kelak akan kita oelang poela ,Disini kita ingin menetapkan dengan beberapa angka, bahwa pergoeroean rendah, menengah dan tinggi, semendjak doeloe tidak tjoe-koep oentoek rakjat jang 55 djoeta, mesti diakoei ,dengan tidak mengindahkan alasan kosong dari jang mengatakan dirinja „pemerintah”.

Kita lewati sepintas laloe Sekolah -sekolah Tinggi jang soedah beberapa tahoen katanja mengeloearkan berpoeloeh-poeloeh dokter meester dan insinjoer, dan kita toedjoekan pembitjaraan sebentar kepada soal sekolah rendah. Djoemlah kanak-kanak jang mesti mengoendjoengi sekolah pada tahoen 1919, H.I.S. 1% Sekoleh Rakjat 5%, Sekolah Desa 8% á 14%. Lebih koerang 86% kanak-kanak jang mesti bersekolah tak beroleh tempat (Menoeroet perslah Kongres N.I.O.G. tahoen, 1923 jang dioemoemkan dalam „Indische Courant”). Mereka jang tahoe membatja dan menoelis sekarang ditaksir 5 á 6% ,moengkin djoega 2 á 3%.

Djoemlah belandja pergoeroean ditahoen 1919, menoeroet kabar jang sah f.20.000.000 dan f7.5000.000 oentoek 150.000 orang kanak2 Eropah dan f12,500,000 oentoek kanak2 dari 55 djoeta toekang bajar padjak rakjat Indonesia . Pada tahoen 1923 belandja pergoeroean itoe f34.452.000. Djadi oentoek seorang anak boemipoetera waktoe itoe dikeloearkan 30 sen sama artinja dengan 1/7 dari jang dikeloearkan oentoek anak Philipino.

Oentoek badan -badan lain , jang memperlihatkan tjontoh jang baik kepada rakjat jang tak senang, seperti polisi, militer dan armada, dikeloearkan pada tahoen itoe f156.274000. Tambahan poela seperti jang soedah dimoefakati antara dia sama dia, dilain tahoen akan dibelandjakan f300-000.000. Satoe beban jang berat sekali diatas bahoe si Kromo jang merana itoe.

Kita kaoem revoloesioner pada tahoen 1921 bermaksoed akan mem-perbaiki keteledoran pemerintah dalam pendidikan itoe dengan mendi-rikan sekolah2 sendiri, dengan menentang pelbagai matjam kesoesahan seperti technis, pegawai, keoeangan, politik dan polisi, hingga dapat kita dirikan diseloeroen Djawa 52 boeah sekolah dengan l.k. 50.000 orang moerid dan djoemlah itoe bertambah banjak.. Tetapi sekolah itoe digentjet dengan kekerasan. Dengan alasan jang tak tjoekoep setiap waktoe goe-roe2 sekolah itoe dilarang mengadjar, dan orang toea moerid2 dipertakoet takoeti. Poekoelan penghabisan jang didjatoehkan Serikat hidjau (satoe koempoelan penjamoen jang dimoentahkan, dioepah dan dipimpin oleh pemerintah dan orang2nja). Penjamoen oepahan ini disoeroeh membakari sekolah, mempertakoeti dan menganiaja orang, moerid dan goeroe2nja, jang didjalankan mereka dengan soenggoeh-soenggoeh poela .

Satoe pergerakan rakjat jang sehat menoedjoe kepemberantasan boeta hoeroef jang dipimpin dengan gembira dan ta' memandang soesah pajah oleh kaoem revoloesioner di Priangan ditahoen 1922 ditimpa nasib jang seboeroek itoe poela.

Politik pemerintah ini dalam soal pengadjaran boleh disimpoelkan dalam perkataan : „Bangsa Indonesia mesti tinggal bodoh, soepaja ke tenteraman dan Keamanan 'oemoem terpelihara!”.

3. Kelaliman dan perboedakan.

Meski soedah 300 tahoen Indonesia berkenalan dengan peradaban Barat, masih sadja rakjat kita hidoep didalam keadaan jang ta' mengenal atau mempoenjai hak. Pak Tani ta' pernah sehari djoea mendapat kepastian tentang kepoenjaan, kemerdekaan, bahwa njawanja sekalipoen Setiap tahoen sekroep padjak rakjat semakin keras poetarannja . Kaoem boeroeh tidak boleh mengadakan perhimpoenan atau mengemoekakan keberatannja. Permohonan rakjat jang pantas tidak didengarkan, Pendidikan dan pemimpin rakjat jang dipertjai rakjat ditjap dan diperlakoekan seperti penghasoet dan bandit, dan karena itoe dengan tidak diperiksa lebih doeloe dimasoekkan kedalam pendjara, diperam dikamar tikoes, dihalau keloear negeri atau diketok kepalanja sampai mati. Permintaan dan protes jang beralasan dimoesnahkan oleh boerokrasi jang roepanja lebih soeka tenggelam dalam keboesoekannja sendiri.

Sekarang marilah kita persilahkan Prof. van. Vollenhoven jang termasjhoer itoe berbitjara dan mentjela sikap pemerintah Belanda, seperti jang tertoelis dalam boekce keliali „Indonesier en zijn grond”. Indonesia boleh djadi mempoenjai tidak koerang dari 70% pendoedoek jang hidoep dari pertanian, dan karena itoelah maka penting bagi seseorang terpeladjar - jang kehormatan dan kedoedoekannja beloem pernah ditjoerigai orang - soepaja mendengar apakah jang soedah diperboeat terhadap si tani dalam beberapa tahoen oleh satoe kekoeasaan jang mengakoe dirinja „pengasoeh rakjat” serta merasa berboeat seroepa itoe.

Kita boekan hendak mengorek-ngorek jang soedah terdjadi ,maka lebih doeloe diperbintjangkan kedjadian2 semendjak 60 tahoen dari abad jang silam. Siapa sadja tentoe tahoe dan membenarkan perkataan ,bahwa ditahoen-tahoen itoe „orang Djawa dianiaja”. Tetapi tidak semoea orang dengan lekas melihat matjam apa dan sampai kemana batas penggen-tjetan atas milik kaoem tani itoe. Boeat mengetahoei ini tak oesah kita batja boekoe-boekoe kelaliman pemerintah Blanda ini „kaoem penghasoet dan penjebar kebentjian”, tetapi kita ambil sadja perslahnja sendiri.

Kesewenangan-wenangan Daendels biar begaimana boesoeknja masih dapat dianggap hal_hal jang loear biasa. Ia mempoenjai kekoeasaan sendiri atas sawah dan ladang rakjat oentoek penggadji pegawai boemipoe-tera (katja 12 dan dll).

Seteroesnja van Vollenhoven berkata: „Dibandingkan dengan pera-toesan radja radja Djawa jang hampir sama boesoek dengan kebiasaan kita, „masih terbatas” dalam keradjaannja sadja, Kedoe, Djokjakarta dan Soerakarta, tetapi kita meloeaskannja sampai melipoeti seloeroeh poelau itoe, (katja 16).

Pegawai-pegawai desa mengambil sesoeatoe kepoenjaan rakjat jang baik oentoeknja dan diberikannja jang boeroek kepada rakjat jang bodoh. Semoea itoe perboeatan sewenang-wenang. (katja 17).

Apakah jang kita harapkan sekarang? Tanja van Vollenhoven se teroesnja. Apakah kita berangsoer-angsoer akan mengehentikan kerewelan perkara sawah ladang karena padjak tanah - ini soedah terdjadi. Apakah kita berangsoer-angsoer tidak lagi akan mengambili sawah ladang dan keboen paksaan rakjat, ini soedah terdjadi. Apakah kita akan mengoerangi dan menghapoeskan akibat jang meroegikan dari kerdja paksa atas tanah tanah kepoenjaan rakjat - ini soedah terdjadi Dan selandjoetnja kita beladjar mendiamkan tangan kita jang gatal itoe. Jang belakangan ini beloem terdjadi. (katja 20).

Bila pada tahoen 1919 seorang Djawa jang haknja atas tanahnja diroegikan seharga f1000._ datang mengadoekan hálnja kepada kontro-leur, ia akan dihoekoem 8 hari kerdja paksa, bila ia menghadap presiden pengadilan negeri ia akan didjawab: „‬tidak ada waktoe”; dan bila orang itoe pergi minta perlindoengan wali Negeri, „seri padoeka toean Besar tidak berkenan mendjawab" Dalam bahasa Belanda jang agak haloes diseboet hal itoe „godsgeklaagd” (katja 26)

Seringkali terdjadi ditengah-tengah sebidang tanah jang akan dibe-rikan pemerintah kepada tocan2 besar keboen, ada sawah atau ladang boemipoetera. Menoeroet oendang2 tanah itoe, tidak boleh diambil ketjoeali djika oentoek keperloean pemerintah sendiri. Tapi dalam praktiknja orang berichtiar memboedjoek si inlandertje soepaja maoe menoekarkan haknja dengan wang. (katja 26).

Sekarang kesimpoelan dari Prof. van Vollenhoven jang tak dapat ditjela kebenaran dan kenjataannja itoe:

„Tetapi roepanja inilah jang sepenting-pentingnja - orang Indonesia jang poenja tanah sendiri, soenggoeh sangat soesah akan mempoenjai persaan selain dari pelanggaran teroes-moneroes, doesta dan penipoean atas hak tanahnja jang sah diatas kertas, sebagai daja-oepaja jang tak habis-habisnja oentoek merampasi haknja tadi atau berdaja oepaja soe-paja ia djangan dapat mempergoenakannja. (katja 28).

Kita masih dapat mengoetip beberapa goegatan dan kesimpoelan van Vollenhoven jang berkenaan dengan penipoean atas tanah dengan djalan mengoebah kalimat oendang2 dengan meroesak dan melanggar oendang-oendang itoe sendiri dan tentang sebab-sebab pemberontakan di Soe-matera Borneo, jakni pentjoerian tanah. Tetapi jang terseboet diatas soe-dah memadai.

Dan tidakkah sekalian kenaikan padjak sekarang itoe soeatoe kese-wenang-wenangan kasar, djika kita pergoenakan perkataan Prof. Vollenhoven sendiri?. Adakah rakjat kita diberi tahoe, waktoe pemerintah mengambil sesoeatoe kepoetoesan dan memperbintjangkan kepoenjaan, pekerdjaan dan kemerdekaan kita?.

Tidak pernah! Presis sebagaimana pemerintah tidak pernah bertanja kepada kita, „apakah kita menjoekainja atap tidak!”.

Bangsa Indonesia jang 55 djoeta itoe tidak mempoenjai wakil seorang djoeapoen dalam pemerintahan ini jang boleh memperdengarkan soeara atau nasihat, protes atau tjelaan. Gerombolan militaris dan boerokrasi jang menghisap darah dan mengoeasai nasib kita, tak pernah kita soekai dan kita pilih, Mereka tak dapat kita perhentikan, sebab kita tak berkekoeasaan politik. Mereka ini mesti kita terdjang, bila kita tidak soeka kepada mereka, lain tidak! Kesimpoelannja, sekalian dan peratoeran jang mengoeasai kita di Idonesia diboeat sesoeka hati mereka sendiri dan pembajaran padjak dalam teori atau praktek ,semoeanja „pentjoerian".

Marilah kita perhatikan nasib 300.000 koeli kontrak, jang „katanja" dilindoengi oleh pemerintah ini, Depah jang l.k. f12- seboelan soenggoeh hampir tak tjoekoep oentoek pembeli pakaian jang biasanja kojak-kojak, sebab setiap hari dipakai kerdja dikeboen. Sehari bekerdja 14 sampai 18 djam , sebab keboen_keboen tembakau biasanja djaoeh letaknja dari pondokan koeli lebih tepat pandang koeli meskipoen didalam kontrak hanja tertoelis 10 djam.

Perlakoean pengawas - pengawas keboen bangsa Eropah lebih djelas digambarkan dengan penikaman, pembatjokan, penganiajaan dan pemboenoehan atas assisten-assisten keboen, dan kehaloesan jang dioesik-oesik hingga mendjadi kekedjaman!”. Disinilah pergaoelan sosial jang diratjoeni oleh djoedi, tjandoe dan persoendalan jang merendahkan tabiat koeli-koeli dan menjebabkan mereka banjak beroetang kepada madjikannja, hingga kontrak mereka terpaksa selamanja dibaharoei.

Sjarat-sjarat kerdja seperti itoe - langsoeng atau tidak - dipikoelkan keatas kaoem tani jang kebanjakan boeta hoeroef dan doengoe, ditekan dalam satoe „kontrak” jang diakoei oleh pemerintah ini. Dalam kontrak itoe diseboetkan „ta' boleh berorganisasi dan mogok” jang dengan djalan itoe menagih oepah dan sjarat-sjarat kerdja jang sedikit mendingan seperti dinegeri-negeri lain, diakoei oleh pemerintah. Soeng goeh hal itoe hanja dapat dipertahankan oleh „saudagar boedak” dizaman biadab.

Marilah kita ingati kedjahatan2 jang dilakoekan di Deli. Marilah kita ingati penganiajaan baroe2 ini dilakoekan oleh orang -orang Eropah di Lampoeng dan Soematera Selatan, jaitoe keajahatan jang dianggap se-bagai dongengan sadja diabad ini ............ Lebih dari dongengan lagi, bagai dongengan sadja diabad ini keringanan hoekoeman jang didjatoehkan oleh pemerintah atas „badjingan badjingan” Eropah itoe.

Kaoem boeroeh indoestri ,perkeboenan dan pengangkoetan jang beratoes riboe atau beberapa djoeta di Djawa dan lainnnja jang diperboedak tidak dengan kontrak, - jang katanja „boeroeh merdeka” bernasib ta' lebih baik dari pada boedak kontrak asli. Satoe persatoe kakinja diikai dengan rantai peratoeran, hingga ta' dapat berorganisasi dan berdjoeang melawan kapitalis jang sewenang-wenang. Didalam Dewan Rakjat, Madjelis Tinggi dan rendah, dan soerat-soerat kabar jang berlain-lainan toedjoean itoe, telah beroelang-oelang diperbintjangkan hak organisasi dan hak mogok dari kaoem boeroeh Indonesia ! Ta' perloe kita oelang lagi disini, ,atau kita oeraikan hoekoem-hoekoem paksa itoe. Sekali lagi dikata kan oendang-oendang itoe boekanlah menoeroet perasaan modern, tetapi atoeran paksa jang dihadapkan oleh segerombolon kaoem boerokrat ke pada boeroeh Indonesia,boeat pengikat segala daja cepaja mereka menoedjoe perbaikan nasib .

Semoea oendang2 jang didjalankan pemerintah itoe menjebabkan kita teringat kepada zaman biadab dan perboedakan jang gelap. Begitoe banjak oendang2 paksa terhadap politik gerakan, hingga ta’dapat kita teroes-terang mengatakan atau menoelis barang sesoeatoe jang mengenai si pendjadjah atau jang dapat memboekakan mata rakjat jang terbeleng-goe ini.

Rakjat Indonesia mesti menoetoep moeloetnja djika terdjadi penganiajaan atas diri pemimpin2 jang dipertjajai dan dikasihi mereka apabila dengan sengadja dirampas seberapa boelan Kemerdekaannja, atau dengan tidak diperiksa lebih doeloe teroes diboeang sebab dianggap berbahaja atau setjara chianat ditikam, dibatjok, atau diketok kepala sampai mati,atau ditjaboet njawanja dengan peloeroe.

Bila ditjeritakan kepada Rakjat, bahwa seorang pemimpin jang ditjintai mereka seperti Hadji Misbah jang katanja mati,disebabkan demam hitam ” pada satoe pemboeangan jang ditentoekan oleh pemerintah maoe atau tidak, mereka mesti pertjaja sadja.

Dan bilamana rakjat mendengar, bahwa seorang pemoeda jang terpeladjar dan sopan, seperti Soegono kita, pamimpin V.S.T.G., jang katanja memboenoeh diri dalam Pendjara, sedang pada kepala dan tangannja terdapat bekas2 penganiajaan dan djarinja seboeah hantjoer sama sekali, Rakjat, ta' dapat menda'wa ”, djoega tidak boleh memadjoekan protes sama sekali

Dan pemerintah jang „katanja" djadi pengasoeh dan pelindoeng Rakjat kita, tidak mengadakan pemeriksaan saksama sebab2 kematian sekonjong -konjong dari pemimpin rakjat jang tjakap berdjoeang dengan dada terboeka - pendeknja ditjintai dan dipertjai rakjat. Dia tidak memperdoelikan atau ta' berkeberanian moreel akamengakoei dan membetoelkan kesalahannja dan menghoekoem jang brsalah menoeroet oendang2 Siat justitiaruate cellum.

(Djalankanlah keadilan meskipcen langit akan roentoeh ! )

Keadilan di Indonesia hanja teroentoek bagi segolongan ketjil jaitoe si pendjadjah poetih . Bagi bangsa Indonesia jang berhak disana, ta ' ada keadilan dan pengadilan .