Massa Actie oleh Tan Malaka
Keadaan Politik

VII. KEADAAN POLITIK

i. Tolehan kebelakang.

„Politik” di Indonesia beloem pernah djadi „a commen good”, kepoenjaan oemoem Rakjat, Faham Kenegaraan ta' pernah melewati segerombolan ketjil pendjadjah Hindoe atau setengah Hindoe.

Sebagai dalam kebanjakan negeri feodalistis di Indonesia pemerintahan negeri dipegang oleh seorang radja dan komplotnja. Seseorang radja sesoedah berhasil mendjalankan rol „djagoan", teroes mengangkat dirinja Anaknja jang bodohnja lebih dari seékor kerbau atau seorang toekang pelesir, dibelakang hari menggantikan ajahnja sebagai jang dipertoean dalam negeri. Peratoeran toeroen -temoeroen ini „lenjap" apabila seorang „djagoan” baroe datang mendjatoehkan jang lama, dan mengangkat dirinja poela djadi radja.

Konstitoesi tidak ada jang menentoekan penabalan atau pemaʼzoelan seorang radja dengan menteri-menterinja, serta menetapkan dengan saksama kekoeasaan dan lapangan pengaroehnja semoeanja bersandarkan kekerasan dan kemaoean radja, kepertjajaan dan perhambaan masa. Pemerintahan dari rakjat, oentoek rakjat, oleh rakjat sebagai jang dikatakan Lincoln ta' pernah dikenal di Indonesia.

Kadang2 ada seorang radjalela jang „agak 'adil” dipanggoeng politik, tetapi ini soeatoe keketjoealian, kebetoelan dan loear biasa. Tidak ada jang dapat dilakoekan Rakjat djika tiada jang begitoe selain dari pada berontak. Indonesia hanja mengenal pemerintahan beberapa orang dan tak pernah mengenal hoekoem-hoekoem jang tertoelis.

Keadaan di Minangkabau ada berlainan sedikit. Pemerintahan oleh Adat diserahkan kepada wakil-wakil rakjat para penghoeloe, jakni datoek-datoek. Mereka mesti memerintah menoeroet oendang2 jang tentoe Kekoeasaan tertinggi bernama „moefakat”, jang diperoleh dari peroendingan dalam satoe rapat.1)

Tiap-tiap rapat mesti terboeka seloeas-loeasnja (bergelanggang mata orang banjak) dan menoeroet kebiasaan jang tetap. Laki-laki dan perempoean dalam rapat mempoenjai hak bitjara sepenoeh-penoehnja jang tjara bagaimana djoega tak boleh dikoerangi. Baik terhadap perkara daerah atau nasional, „oendang2lah” jang berkoeasa setinggi-tingginja.

Tetapi keadaan seperti itoe terdapat di Minangkabau sadja, jaitoe daerah ketjil terpentjil dikepoelauan Indonesia; dan sebab itoelah maka orang disana tidak berapa terpengaroeh oleh Hindoe dan 'Arab, pendeknja dalam hal politik.

Meskipoen orang Belanda, andai kata ingin memperlakoekan rakjat Indonesia dengan hormat seperti terhadap sesamanja - misalnja seperti Dibagian lain-lain dari Indonesia, dalam merantjangkan dan mendjalankan oendang-oendang, dan dalam membentoek dan memaʼzoelkan pemerintahan, „rakjat tidak boleh tjampoer tangan”.

1). Pokok Oendang2 Minangkabau.

„Anak kemenakan beradja kepada penghoeloe,
Penghoeloe beradja kepada moefakat.
Moefakat beradja kepada aloer dan patoet”.

Demikianlah halnja di Keradjaan Poko-Dato, Seriwidjaja, Madjapahit dan Mataram.

Karena Rakjat tidak tjampoer tangan dalam pemerintahan negeri, dapatlah Kompeni Hindia Timoer menakloekkan atau berkompromi dengan radja-radja Indonesia, dan mendapat kekoeasaan sedikit kesedikit, dan achirnja seloeroeh Indonesia djatoeh ketangannja.

2) Perwakilan Rakjat atau Sovjet.

Selama pendjadjahan Belanda, terlahir nisbah social jang lambat laoen meminta pemetjahan terhadap soal soesoenan negara; tapi pemerintahannja beloem tentoe setjara parlemen atau Savjet.

Parlementarisme dinegeri-negeri Barat dilahirkan oleh kaoem boerdjoeis sewaktoe kekoeasaan sewenang-wenang meradjalela disana. dan kaoem boerdjoeis dengan perniagaan dan indoestrinja jang semakin madjoe merasa digentjet dalam memperbesar peroesahaannja, oleh radja radja feodal jang merintangi dengan pelbagai tjoekai dan padjak jang tinggi-tinggi, sementara boerdjoeasi tidak mempoenjai hak politik. Dalam dan Revoloesi. Perantjis kemoediannja. Voltaire, pemimpin boerdjoeasi jang keadaan begitoelah lahir Magna Charta, Cromwellisme, dan Revoloesi Prantjis kemoediannja Voltaire, pemimpin boerdjoeasi jang oeloeng habis-habisan menggempoer agama Katholik dan pendita-pendetanja, dan mengadjarkan agama „atheisme” (memoengkiri Toehan).

Rousseau menentang autokrasi dengan demokrasi dan menentang poesaka pemerintahan toeroen-temocroen, diadjarkannja „kontrak social”, jakni satoe pemerintahan jang mengadakan kontrak dengan Rakjat. Menoeroet pengadjaran Rousseau, seorang radja hanja boleh memerintah selama ia berboeat menoeroet perdjangjian, dan Rakjat mesti menentangnja bila perdjandjian itoe dilanggar.

Karena bcerdjoeasi Perantjis merasa koerang koeat melawan kekoeasaan radja, bangsawan dan pendeta, barsatoelah mereka dengan massa revoloesioner, kaoem boeroeh dan tani. Tetapi massa ini tidak boleh berkoeasa Mereka semoca hanja dipakai sebagai oempan meriam dalam revoloesi boerdjoeasi, sedang kekoeasaan dipegang oleh kaoem boerdjoeis. Dengan sembojan „Liberté, Egelité, dan Fraternité” jang sekarang djadi: demokrasi, liberalisme dan parlementarisme, dapat mereka meroeboehkan soesoenan pemerintahan feodalistis.

Sesoedah beroleh kekoeasaan politik, „demokrasi boerdjoeasi” menoendjoekkan dirinja. Biarpoen dalam negeri parlementer seperti Inggeris, Perantjis dan Amerika tiap rakjat diberi kartjis pemilihan, tetapi kaoem boeroeh dan si miskin disana, (orang jang terbesar djoemlahnja) senantiasa tidak dapat mempertahankan tjalon-tjalonnja dalam pemilihan parlemen, sebab mereka terkoeroeng didalam pengaroeh pikiran boerdjoeis jang dikembangkan disekolah-sekolah, geredja, soerat-soerat kabar dan tambahan lagi karena mereka kekoerangan alat- alat propaganda (roeangan berapat, koran dan brosoer jang semoeanja mahal).

Boerdjoeis dengan professor, djoernalis, pendeta dan kaoem diplomatnja jang bergadji besar, dapat memperoleh kemenangan waktoe pemilihan parlemen.

Karena anggota-anggota parlemen dibenarkan memegang djabatannja 3 á 4 tahoen, maka perhoeboengan antara sepemilih dengan jang dipilih dan mereka berhadapan dengan rakjat diwaktoe pemilihan sadja, dan itoelah jang menjebabkan wakil tadi mendjadi boerokrat sedjati. Oleh petjeriaian Madjelis Rendah dan Madjellis Tnggi (Badansangat renggang jan gmemcocat oencang-cendang), dengna kabinet (mendjalankan oendang-oendang djatoehlah kekoeasaan jang sesoenggoehnja ketangan kantor2 jang selaloe berhoeboengan rapat dengan bank-bank. Begitoelah hanja azas demokrasi dan atoeran parlementer achirnja ditelan oleh toean2 besar Bank (Morgan di Amerika, Locheur di Perantjis, doeloe Stinnes di Djerman d.l.l) „demokrasi resmi" berkat bantoean.

Begitoelah demokrasi jnag sebenarnja dimasa ini djadi diktatuur dari boerdjoeasi (Cromwellisme, Napoleonisme dan sekarang beroepa Pascisme jang bersemboenji dibelakang Pers, Sekolah, Geredja dan bertopeng parlenen dalam ketenangan masa ketjerdasan kapitalisme. Dan kekoeasaan politik jang sebenar - benarnja seperti ekonomi selamanja ditangan boerdjoeasi.

Sovjetisme dan parlementarisme soedah saja ceraikan dalam berosoer „Parlemen atau Sovjet” ( jang ditjetak tahoen 1921). Sebab itoe disini hanja pokok - pokoknja jang saja oelangi.

Dizaman pergerakan proletar dan revoloesi ini, kaoem boeroeh jang ta' maoe damai itoe mengemoekakan segala pertentangan dan pendiriannja terhadap kekoeasaan kaoem boerdjoeis, seperti boerdjoeasi merceboehkan kaoem feodalis didalam perdjoeangan rochani dan djasmani selama 100 tahoen (1740-1848).

Peratoeran ekonomi komoenistis dipertentangkan dengan kapitalisme, diktatuur boeroeh dengna diktatuur boerdjocis, dan Sovjetisme dengan Parlementarisme.

Sebagaimana parlemen satoe tjiptaan boerdjoeasi demikianlah Sovjet itoe tjiptaan diktatuur boeroeh jang dengan pertolongan kaoem tani mengoeasai boerdjoeasi. Djadi Sovjet adalah parkakas politik ditangan kaoem boeroeh jang diadakan sebeloem atau sedang revoloesi. Sovjet itoe satoe keadaan politik jang membelokkan masjarakat kapitalisme kearah komoe nismo dengan djalan mengnasionalisir segaia alat-alat prodoeksi serta mengoeroes sekalian prodoeksi dan distriboesi setjara komoenistis.

Badan - badan ekonomi, politik dan pendidikan jang dibentoek selama pemerintahan diktatuur itoe. dipakai boekan sadja oentoek melemah kan boerdjoeasi digelanggang politik, ekonomi dan ideologi, dan menghantjoerkan nja, melainkan djoega oentoek mentjerdaskan semoea tenaga masjarakat kearah komoenisme.

Sementara boeroeh mengadakan diktatuur terhadap boerdjoeis, didalam kelasnja sendiri soedah ada demokrasi jang sesoenggoehnja. Ia berkekoeasaan politik jang sebenarnja. Sebab ia mengoeasai semoea alat prodoeksi dan distriboesi. Tambahan lagi, ia akan mempoenjai semoea alat penjebar semangat, seperti Sekolah, Soerat-kabar dengan setjoekoepnja

Sovjet berichtiar menghantjoerkan „boerokrasi” jang biasa terdapat pada soeoseenan parlementer. Soepaja tertjapai maksoed ini didjalankan tindaka-tindakan ini:

  1. ) Waktoé pemilihan disingkatkan,
  2. ) Perhoeboengan sipemilih dengan jang dipilih didekatkan dan sipem pembikin oendang-oendang dengan sipendjalankan disatoekan dan dibentoek satoe Badan jang sama-sama memboeat dan mendjalankan oendang-oendang;
  3. ) Wakil-wakil itoe bilamana sadja boleh diangkat dan diperhentikan;
  4. ) Kedalam pemerintahan seberapa boleh dimasoekkan kaoem boeroeh.

Kaoem boeroeh jang insjaf sekali, jang mesti memegang pemerintahan negeri karena kaoem boerdjoeis akan selaloe berdaja-oepaja menoontoet kekalahannja jang doeloe dirampas oleh boeroeh, dan ini tentoelah didjalankan mereka dengan kontra -revoloesi. Mereka ini discoesoen dalam partai komoenis.

Menoeroet keadaan itoe, nanti kekoesaan politik diperloeas sampai kepada boeroeh-boeroeh berorganisasi dan serikat sekerdja dan achirnja keseloerceh kaoem boeroeh.

Semestinja tiap2 kelas jang revoloesioner hendaklah merampas dan mempertahankan semoea kekoeasaan politik. Karena kalau ketenteraman politik disatoe-satoe negeri soedah kokoh dapatlah oesaha-oesaha ekonomi didjalankan dan bersama dengan itoe hidoeplah demokrasi jang toelen.

Indonesia beloem pernah mengenal „demokrasi”. Dan karena boerdjoeasi boemipoetera jang koeat ta'ada, boeat sementara waktoe Indonesia tidak akan berkenalan dengan demokrasi itoe. Semoea daja-oepaja oentoek memperolehnja tidak akan berhasil, dan boleh dikatakan semoea tjita-tjita seperti itoe - dictatuur - demokrasi boerdjoeis - tidak moengkinHanja klas boerceh Indonesia sadja jang dapat memegang dictatuur (bila ia tetap insaf dan bekerdja). Ia mengoeasai kehidoepan ekonomi.

Dan diwaktoe sekarang salah satoe kelas jang mempoenjai organisasi jang terkoeat di Indonesia. Kita ta'oesah menjesal bila kita langkahi djaman „demokrasi tipoean" itoe!

Kekokohan politik dari Repoeblik Indonesia dapat dipertahankanoleh dictatuur boeroeh jang kokoeasaan semangatnja terkandoeng dalam satoe partai revoloesioner jang „koeat”. Lama-kelamaan kekoeasaan politik dapat diperloeas kepada tiap2 boeroeh Indonesia.

3.Dewan „Rakjat” kita !

Bikinan boerokrasi jang boeroek dan kemoenafikan besar! Soenggoeh hanja pada bangzsa Filistin dahoeloekah kita dapati kekerasan dan ketjoerangan seperti sekarang ini.

Dimanakah Rakjat jang berdiri dibelakang Dewan Rakjat itoe? Dan apakah jang soedah diperboeat Dewan Rakjat jang mahal itoe oentoek rakjat? Diantara 48 orang anggota 20 bangza Indonesia dan 28 orang asing jang mewakili kapital asing. Dengan keadaan demikian sia-sialah semoea ichtiar anggota akan mendapat kemenangan soeara.

(Ini kita misalkan. Dewan itoe berarti dewan sesoenggoehnja). Sebenarnja dawan itoe ta' dapat berboeat scsoeatoe apa, sebab sekalian nasihatnja boleh dimasoekkan kedalam kerandjang kotoran oleh orang jang sebenarnja berkoeasa. (Dewan Rakjat boekanlah badan pemboeat oendang oendang, melainkan badan penasihat).

Djoemlah anggota bangsa Indonesia terlaloe ketjil dan sebab itoe mereka ta' dapat menjatakan kehendak rakjat. Djika kita ingat, negara Belanda jang djoemlah pendoedoeknja 7.000.000. mempoenjai 100 orang anggota Tweede kamer (anggota Eerste Kamer tidak masoek), nistjaja Indonesia jang djoemlah pendoedoeknja 55.000.000 sepatoetnja setjara parlementer haroes mempoenjai 600 orang anggota sekoerang-koerangnja.

Diantara 20 orang anggota Indonesia jang didalam dewan itoe ta' seorang djoea jang betoel2 wakil rakjat atau dipilih rakjat, bahkan oentoek rakjat. 8 orang diangkat oleh Goebernoer Djendral, dan kebanjakan dari mereka ini pemboeroe pangkat, seperti wakil Soematera Demang Loetan dan dari Djawa Dawidjosowojo. Atau mereka itoe seperti anak bengal politik seperti tjontoh jang sebaik-baiknja, ditoendjoekkan oleh tjang Dipertoean toean Soetadi. Anggota lain-lainja dipilih oleh rapat2 gemeente (P.E.B.) boekti ini tjoekoep terang!

Ta’ ada faedahnja dalam boekoe ini kita toeliskan semoea keboesoekan boerokrasi Belanda. Poen ta' ada faedahnja bagi kita kaoem revoloesioner mengeritik dengan soenggoeh semoea oesoel2 jang diperbintiangkan atau jang telah diterima oleh dewan itoe. Djika kita ta' maoe diperdjajakan dengan nama-nama jang bagoes dan djandji jang manis-manis oleh pemerintah ini, dapatlah kita menjimpoelkan semoea politik kolonial Belanda sbb:.

  1. Bangsa Indonesia jang 55.000.000. itoe ta’ mempoenjai hak bersoeara tentang politik
  2. Kapital besar memerintah dengan perantaraan kaoem boerokrat jang ta' berdjantoong dan militaris jang pitjik.
  3. Dewan Rakjat itoe „seekor lintah” jang melekat dipoenggoeng Rakjat Indonesia.

4. Harapan kepada Badan Perwakilan Rakjat.

Adakah harapan bagi Indonesia kelak akan memperoleh sematjam Badan Perwakilan Rakjat? Djawab jang pasti: „Tidak” Mendirikan Badan Perwakilan Rakjat selama pertentangan sosial dan kebangsaan seperti sekarang, berarti matinja imperialisme Belanda atau „hantjoer” mesin politiknja

Hal ini haroes diketahoei oleh tiap-tiap bangsa Indonesia !!!

Ini boekan soal „matang” atau „mentahnja" bangsa Indonesia, tetetapi seperti jang soedah beroelang-oelang kita oeraikan dibagian lain dalam boekoe ini, (disebabkan oleh ketiadaan boerdjoeasi boemipoetera modern, jang kepentingan ekonominja banjak sedikitnja bersamaan dengan boerdjoeasi imperialistis - kapitalistis

Kalau dimasa sekarang wakil2 seloeroeh atau sebagian Rakjat Indonesia dipilih oleh orang Indonesia dengan pemilihan jang seloeas - loeasnja nistjaja dengan segera akan menghadapi masaalah kelas. Djika mereka ta' soeka menipoe sipemilih, wakil-wakil mereka haroes mempertjatoerkan perbaikan ekonomi, sosial dan politik dengan meroegikan kapital besar. Dan ini boekanlah perbaikan ketjil-ketjil jang didjalankan perlahan-lahan oleh kaoem boerokrat, tetapi perobahan radikal, jang dikerdjakan dengan tjepat dan praktis dibawah pimpinan dan pengawasan wakil-wakil rakjat.

(Pentjoeri2 seperti pada Peroesahaan Beras di Selat-Djaran danlain2 peroesahaan pemerintah, semoestinja tidak dihoekoem dengan pemetjatan jang „tidak hormat", seperti biasanja dilakoekan atas pentjoeri ketjil-ketjil2!

Toean-toean jang berboeat begitoe jang digadji oleh rakjat tapi meroesakkan peroesahaan rakjat, semoeanja haroes digantoeng „denganhormat ").

Kalau kelak wakil-wakil Rakjat dapat mengadakan islah jang njata rakjat akan merasa, bahwa matereel dan moreel mereka soenggoeh bertambah madjoe, dan soal Bendera (terdjadjah atau terlepas dari Belanda) akan dilengahkan sementara waktoe. Boekan karena soal itoe tidak penting, tapi karena kesoekaran jang besar-besar dapat disingkirkan dan tjita2 politik sebagian besarnja dapat disoenggoehkan.

Kita tidak akan memperbintjangkan hal bentoek pemerintahan jang akan diadakan seperti jang digambarkan diatas. Soal itoe adalah soal angan-angan dan soesoenan pemerintahan negeri jang disandarkan kepadanja „pertimbangan teoretis” belaka.

Pati soal itoe, apakah imperialisme Belanda akan sanggoep kelak mengadakan islah-islah jang njata. Djika sekali lagi kita ingat djoerang pertentangan Belanda - Kapitalis dengan boeroeh Indonesia, ketiadaan boerdjoeasi boemipoetera kedaifan dalam hal keoeangan dan kepitjikan politik imperialis Belanda, pertanjaan itoe dengan tidak menanggoeng risiko banjak dapat kita djawab dengan „moestahil”.

Kesimpoelannja, segala kerewolan, tentang perobahan pemerintahan negeri di Indonesia jang sekarangsedang ramai diperbintjangkan oleh orang-orang pintar dan boerokrasi Belanda itoe memboeang-boeang waktoe pertjoema.

Djika Rakjat Indonesia satoe waktoe memperoleh Badan Perwakilan Rakjat, nistjaja ini boekan „koernia dari atas”, melainkan disebabkan „desekan koeat" dari bawah.