Pedoman Umum Pembentukan Istilah

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 146/U/2004  (2005) 
Penyempurnaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah

Sumber: Pusat Bahasa

PEDOMAN UMUM

PEMBENTUKAN ISTILAH








Edisi Ketiga

Cetakan Keempat






PUSAT BAHASA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2007
KATA PENGANTAR

EDISI KETIGA

Sejak dikumandangkan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, penggunaan bahasa Indonesia makin luas ke berbagai bidang kehidupan, bahkan berpeluang menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Peluang itu makin nyata setelah bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa Negara (UUD 1945, Pasal 36) yang menepatkan bahasa itu sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan bahasa pengantar pendidikan serta bahasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itulah, diprlukan pengembangan perisfilahan bahasa Indonesia dalam berbagai bidang ilmu, terutama untuk kepentingan pendidikan anak-anak bangsa.

Kekayaan peristilahan suatu bahasa dapat menjadi indikasi kemajuan peradaban bangsa pemilik bahasa itu karena kosakata, termasuk istilah, merupakan sarana pengungkap ilmu dan teknologi serta seni. Sejalan dengn perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu, perkembangan kosakata/istilah trus menunjukkan kemajuan. Ke majuan itu makin dipacu ketika kerja sama pengembangan bahasa kebangsaan bersama Malaysia diarahkan pada pengembangan perisfilahan. Dalam upaya member panduan dalam pengembangan peristilahan itulah disusun Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang pertama terbit tahun 1975. Setelah digunakan sekitar 14 tahun, pedoman itu disempurnakan kembali dan diterbitkan sebagai edisi kedua dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0389/0/1988 tanggal 11 Agustus 1988. Di dalam prakata Pedoman Umum Pembentukan Istilah edisi pertama berdasarkan pada Lembaran UNESCO: ISO/TC 32, International Organization for Standardization, Draft ISO Recommendation, No. 781, l/ocabulary of Terminology. Dalam edisi ini perlu dikemukakan bahwa yang menangani peristilahan internasional bukan ISO/TC 32, melainkan ISO/TC 37.

Perubahan tatanan kehidupan dunia yang baru, globalisasi, telah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat. Seluruh sendi kehidupan masyarakat mengalami perubahan, terutama mengarah pada persiapan memasuki tatanan baru tersebut. Penggunaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, memasuki berbagai sendi kehidupan, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan itu mewarnai perkembangan kosakata/isfilah bahasa Indonesia. Kosakata/istilah bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia bersama masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan kebudayaan ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berbagai perubahan itu perlu ditampung dalam proses pengalihan kosakata, khususnya istilah bahasa asing, ke dalam bahasa Indonesia. Untuk itu, pedoman pembentukan istilah yang telah digunakan selama 30 tahun perlu difinjau kembali agar menampung berbagai perubahan tersebut.

Dalam merealisasikan peninjauan kernbali pedoman tersebut, pihak Indonesia membentuk tim yang terdiri atas Prof. Dr. Anton M. Moeliono, Prof. Dr. Mien A. Rifai, dan Drs. Fairul Zabadi (sekretaris) dengan penanggung jawab Dr. Dendy Sugono (Kepala Pusat Bahasa) yang bertugas menyiapkan bahan penyempurnaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang dipaparkan dalam siding ke-15 Pakar Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim) yang diselenggarakan tanggal 10--14 September di Denpasar. Ihwal peninjauan kernbali pedoman tersebut dibahas dalam Sidang ke-41 Mabbim yang diadakn di Makassar pada tanggal 13--15 Maret 2002 dan pihak Mabbim Indonesia diberi kepercayaan untuk melakukan revisi pedoman tersebut. atas dasar itu, pihak Indonesia melanjutkan pembahasan hasil revisi pedoman tersebut dalam rapat-rapat khusus di Pusat Bahasa Jakarta. hasil revisi pihak Indonesia itu dibahas dalam sidang ke-42 Mabbim di Brunei Darussalam. Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang telah dibahas tersebut disempurnakan kernbali oleh pihak Indonesia berdasarkan hasil pembahasan dalam sidang tersebut dan selanjutnya dibahas dalam Musyawarah Sekretariat Mabbim di Jakarta dengan wakil ketiga Negara anggota Mabbim, yaitu Dr. Dendy Sugono, Prof. Dr. Anton M. Moeliono, Prof. Dr. Mien A. Rifai (Indonesia), Prof. Dr. DAto Hajah Asmah Haji Omar (Malaysia), dan Dr. Mataim bin Bakar (Brunei Darussalam). Pembahasan terutama ditekankan pada bagan prosedur pembentukan istilah dan masing-masing negara anggota menyempurnakan pedoman tersebut. hasil penyempurnaan pedoman itu dibahas oleh Kelompok Khusus yang dihadiri oleh wakil keiga negara anggota tersebut dalam Sidang Ke-17 Pakar Mabbim di pulau Langkawi, Malaysia pada tanggal 8--12 September 2003, Indonesia diwakili oleh Prof. Dr. Anton M. Moeliono. Akhirnya, hasil penyempurnaan pedoman tersebut diterima sebagai hasil putusan Sidang Ke-43 Mabbim di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 9--11 Maret 2004 untuk diberlakukan di negara anggota Mabbinm dan diterbitkan sesuai dengan gaya dan tata cara penerbitan yang berlaku di Negara masing-masing. Pihak Mabbim Indonesia telah menerbitkan hasil putusan Mabbim tersebut sebagai Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 146/U/2004 dan diluncurkan pada acara pembukaan Sidang Ke-44 Mabbim di Mataram, Indonesia pada tanggal 7 Maret 2005. Untuk itu, kepada anggota tim revisi dan semua pihak yang membantu penyempumaan dan penerbitan pedoman edisi ketiga ini saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus.

Penerbitan Pedoman Umum Pembentukan Istilah ini diharapkan dapat mempercepat laju perkembangan istilah bahasa Indonesia karena masyarakat dapat menciptakan istilah sendiri berdasarkan tata cara pembentukan istilah yang dimuat dalam buku pedoman ini.

Jakarta, 28 Oktober 2005 Dendy Sugono

Kepala Pusat Bahasa




KEPUTUSAN

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA
No. 146/U/2004


TENTANG

PENYEMPURNAAN

PEDOMAN UMUM PEMBENTUKAN ISTILAH


MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

Menimbang:

a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Nomor 0389/U/ 1988 tanggal 11 Agustus 1988 telah ditetapka peresmian berlakunya Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Kedua;

b. bahwa sebagai akibat perkembangan kehidupan masyarakat, dipandang perlu menetapkan kembali Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Penyempumaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah;

Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2004;

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001;

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu. MEMUTUSKAN

Menetapkan:

Pertama: Menyempumakan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, sebagaimana ditetapkan dengn Keputusan Menteri P endidikan dan Kebudayaan Nomor 0389/U/1988, menjadi sebagimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Kedua: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 12 November 2004


MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

ttd

Bambang Sudibyo

PRAKATA

EDISI PERTAMA

Kerja sama dan komunikasi di antara para ahli dan sarjana di lapangan pengetahuan dan teknologi tambah lama perlu untuk menjamin kemajuan hidup yang dewasa ini dicirikan oleh besarnya pengaruh ilmu dan teknologi di segala kehidupan dan kegiatan manusia.

Agar pertukaran informasi memperoleh hasil yang baik, istilah khusus, yang merupakan sendi penting di dalam sistem ilmu pengetahuan, harus mempunyai makna yang sama bagi semua orang yang menggunakannya. Kesepakatan umum tentang makna nama dan istilah khusus serta penggunaannya secara konsisten akan menghasilkan keseragaman suatu kosakata khusus yang memuat konsep, isfilah, dan definisinya yang baku. Pembakuan tata nama dan tata istilah khusus itu akan mempermudah pemahaman bersama dan memperlancar komunikasi ilmiah, baik pada taraf nasional maupun pada taraf intemasional, serta mengurangi kekacauan, kemaknagandaan, dan kesalahpahaman.

Di dalam pedoman umum ini, yang berdasar pada lembaran UNESCO: ISO/TC 32, International for Standardization, Draft ISO Recommendation, No. 781, Vocabulary of Terminology, diberikan sekumpulan patokan dan saran yang dapat dipakai sebagai penuntun dalam usaha pembentukan istilah. Pedoman khusus yang isfimewa berlaku bagi suatu cabang ilmu atau bidang tertentu sebaiknya dijabarkan dari pedoman umum ini dan diperlengkapi dengan peraturan tambahan yang perlu diterapkan.

Konsep pedoman ini disusun oleh Profesor H. Johannes dan Anton M. Moeliono. Naskahnya kemudian dibahas lebih lanjut di dalam Sanggar Kerja Peristilahan (Jakarta, 29--30 Juni 1973) yang dihadiri oleh empat puluh ahli terkemuka dari berbagai bidang ilmu. Naskah yang direvisi, setelah itu, berulang-ulang diolah oleh Komisi Tata Istilah, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia ( Profesor Andi Hakim Nasution, Ketua) dan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia (Amran Halim dan Haji Suja bin Rahiman, Ketua).

Penyusunan Pedoman Umum Pembentukan Istilah ini telah dimungkinkan oleh tersedianya biaya Pelita II yang disalurkan melalui Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (S. W. Rujiati Mulyadi, Ketua).

Kepada segenap instansi, kalangan masyarakat, dan perorangan yang telah memungkinkan tersusunnya Pedoman Umum ini disampaikan penghargaan dan terima kasih.

Jakarta, Agustus 1975 Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan






DAFTAR SINGKATAN
K : konsonan
V : vocal
D : dasar

I. Ketentuan Umum

sunting

I.1 Istilah dan Tata Istilah

sunting

Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang dihasilkannya.

Misalnya:

  • Anabolisme
  • Demokrasi
  • Laik terbang
  • pasar modal
  • pemerataan
  • perangkap elektron

I.2 Istilah Umum dan Istilah Khusus

sunting

Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum.

Misalnya:

  • Anggaran belanja
  • Daya
  • Nikah
  • penilaian
  • radio
  • takwa

Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.

Misalnya:

  • Apendektomi
  • Bipatride
  • kurtosis
  • pleistosen

I.3 Persyaratan Istilah yang Baik

sunting

Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia yang berikut.

  1. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu,
  2. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan sama.
  3. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik.
  4. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik).
  5. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia.

I.4 Nama dan Tata Nama

sunting

Nama adalah kata atau frasa yang berdasarkan kesepakatan menjadi tanda pengenal benda, orang, hewan, tumbuhan, tempat, atau hal. Tata nama (nomenklatur) adalah perangkat peraturan penamaan dalam bidang ilmu tertentu, seperti kimia dan biologi, beserta kumpulan nama yang dihasilkannya.

Misalnya:

  • aldehida
  • natrium klorida
  • Primat
  • oryza sativa

II. Proses Pembentukan Istilah

sunting

II.1 Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya

sunting

Upaya kecendikiaan ilmuan (scientist) dan pandit (scholar) telah dan terus menghasilkan konsep ilmiah, yang pengungkapannya dituangkan dalam perangkat peristilahan. Ada istilah yang sudah mapan dan ada pula istilah yang masih perlu diciptakan. Konsep ilmiah yang sudah dihasilkan ilmuwan dan pandit Indonesia dengan sendirinya mempunyai istilah yang mapan. Akan tetapi, sebagian besar konsep ilmu pengetahuan modern yang dipelajari, digunakan, dan dikembangkan oleh pelaku ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia datang dari luar negeri dan sudah dilambangkan dengan istilah bahasa asing. Di samping itu, ada kemungkinan bahwa kegiatan ilmuwan dan pandit Indonesia akan mencetuskan konsep ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sama sekali baru sehingga akan diperlukan penciptaan istilah baru.

II.2 Bahan Baku Istilah Indonesia

sunting

Tidak ada satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang lengkap dan tidak memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau rekacipya yang baru. bahasa Inggris yang kini dianggap bahasa internasional utama, misalnya, pernah menyerap kata dan ungkapan dari bahasa Yunani, Latin, Prancis, dan bahasa lain, yang jumlahnya hampir tiga perlima dari seluruh kosakatanya. Sejalan dengan itu, bahan istilah Indonesia diambil dari berbagai sumber, terutama dari tiga golongan bahasa yang penting, yakni (1) bahasa Indonesia, termasuk unsur serapannya, dan bahasa Melayu, (2) bahasa Nusantara yang serumpun, termasuk bahasa Jawa Kuno, dan (3) bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab.

II.3 Pemantapan Istilah Nusantara

sunting

Istilah yang mengungkapkan konsep hasil galian ilmuwan dan pandit Indonesia, seperti bhinneka tunggal ika, batik, banjar, sawer, gunungan, dan pamor, telah lama diterima secara luas sehingga dapat dimantapkan dan hasilnya dikodifikasi.

II.4 Pemadanan Istilah

sunting

Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, dan jika perlu ke salah satu bahasa serumpun, dilakukan lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan dan penyerapan. Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah Inggris yang pemakaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan oleh para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah serapan itu dilakukan dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan kaidah fonotaktik, yakni hubungan urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa Indonesia.

II.4.1 Penerjemahan

sunting
II.4.1.1 Penerjemahan Langsung
sunting

Istilah Indonesia dapat dibentuk lewat penerjemahan berdasarkan kesesuaian makna tetapi bentuknya tidak sepadan.

Misalnya:

  • Supermarket - pasar swalayan
  • Merger - gabungan usaha

Penerjemahan dapat pula dilakukan berdasarkan kesesuaian bentuk dan makna.

Misalnya:

  • Bonded zone - kawasan berikat
  • Skyscraper - pencakar langit

Penerjemahan istilah asing memiliki beberapa keuntungan. Selain memperkaya kosakata Indonesia dengan sinonim, istilah terjemahan juga meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia. Jika timbul kesulitan dalam penyerapan istilah asing yang bercorak Anglo-Sakson karena perbedaan antara lafal dan ejaannya, penerjemahan merupakan jalan keluar terbaik. Dalam pembentukan istilah lewat penerjemahan perlu diperhatikan pedoman berikut.

  1. Penerjemahan tidak harus berasas satu kata diterjemahkan dengan satu kata. Misalnya:
    • Psychologist - ahli psikologi
    • Medical practitioner - dokter
  2. Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk positif, sedangkan istilah dalam bentuk negatif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk negatif pula. Misalnya:
    • Bound form - bentuk terikat (bukan bentuk takbebas)
    • Illiterate - niraksara
    • Inorganic - takorganik
  3. Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan pada istilah terjemahannya. Misalnya:
    • Merger (nomina) - gabung usaha (nomina)
    • Transparent (adjektiva) - bening (adjektiva)
    • (to) filter (verba) - menapis (verba)
  4. Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural, pemarkah kejamakannya ditanggalkan pada istilah Indonesia. Misalnya:
    • Alumni - lulusan
    • Master of ceremonies - pengatur acara
    • Charge d'affaires - kuasa usaha
II.4.1.2 Penerjemahan dengan Perekaan
sunting

Adakalanya upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan menciptakan istilah baru. Istilah factoring, misalnya, sulit diterjemahkan atau diserap secara utuh. Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia/Melayu terdapat bentuk anjak dan piutang yang menggambarkan pengalihan hak menagih utang. Lalu, direka istilah anjak piu-tang sebagai padanan istilah factoring. Begitu pula pemadanan catering menjadi jasa boga dan invention menjadi rekacipta diperoleh lewat perekaan.

II.4.2 Penyerapan

sunting
II.4.2.1 Penyerapan Istilah
sunting

Penyerapan istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia dilakukan berdasarkan hal-hal berikut.

  1. Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik (intertranslatability) mengingat keperluan masa depan.
  2. Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.
  3. Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
  4. Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya.
  5. Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena tidak mengandung konotasi buruk.

Proses penyerapan istilah asing, dengan mengutamakan bentuk visualnya, dilakukan dengan cara yang berikut.

  1. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal Misalnya:
    • Camera - kamera
    • Microphone - mikrofon
    • System - sistem
  2. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal Misalnya:
    • Design - desain
    • File - fail
    • Science - sains
  3. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal Misalnya:
    • Bias - bias
    • Nasal - nasal
    • Radar (radio detecting and ranging) - radar
  4. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal
    1. Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika ejaan dan lafal istilah asing itu tidak berubah dalam banyak bahasa modern, istilah itu dicetak dengan huruf miring. Misalnya:
      • Allegro moderato
      • Aufklarung
      • Status quo
      • Esprit de corps
      • divide et impera
      • dulce et utile
      • in vitro
      • vis-à-vis
    2. Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah itu juga dipakai secara luas dalam kosakata umum, istilah itu tidak ditulis dengan huruf miring (dicetak dengan huruf tegak). Misalnya:
      • Golf - golf
      • Internet - internet
      • Lift - lift
      • Orbit - orbit
      • Sonar (sound navigation and ranging)- sonar
II.4.2.2 Penyerapan Afiks dan Bentuk Terikat Istilah Asing
sunting
a. Penyesuaian Ejaan Prefiks dan Bentuk Terikat
sunting

Prefiks asing yang bersumber pada bahasa Indo-Eropa dapat dipertimbangkan pemakaiannya di dalam peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya. Prefiks asing itu, antara lain, ialah sebagai berikut.

a-, ab-, abs- ('dari', 'menyimpang dari', 'menjauhkan dari') tetap a-, ab-, abs-

amoral abnormal abstract - amoral abnormal abstrak

a-, an- 'tidak, bukan, tanpa' tetap a-, an

anemia aphasia aneurysm - anemia afasia aneurisme

ad-, ac- 'ke', 'berdekatan dengan', 'melekat pada', menjadi ad-, ak-

adhesion acculturation - adhesi akulturasi

am-, amb- 'sekeliling', 'keduanya' tetap am-, amb-

ambivalence amputation - ambivalensi amputasi

ana-, an- 'ke atas', 'ke belakang', 'terbalik' tetap ana-, an-

anabolism anatropous - anabolisme anatrop

ante- 'sebelum', 'depan' tetap ante-

antediluvian anterior - antediluvian anterior

anti-, ant- 'bertentangan dengan' tetap anti-, ant-

anticatalyst anticlinal antacid - antikatalis antiklinal antacid

apo- 'lepas, terpisah', 'berhubungan dengan' tetap apo-

apochromatic apomorphine - apokromatik apomorfin

aut-, auto- 'sendiri', 'bertindak sendiri' tetap aut-, auto-

autarky autostrada - autarki autostrada

bi- 'pada kedua sisi', 'dua' tetap bi-

biconvex bisexual - bikonveks biseksual

cata- 'bawah', 'sesuai dengan' menjadi kata-

cataclysm catalyst - kataklisme katalis

co-, com-, con- 'dengan', 'bersama-sama', 'berhubungan dengan' menjadi ko-, kom-, kon-

coordination commission concentrate - komisi konsentrat koordinasi

contra- 'menentang', 'berlawanan' menjadi kontra-

contradiction contraindication - kontradiksi kontraindikasi

de- 'memindahkan', 'mengurangi' tetap de-

dehydration devaluation - dehidrasi devaluasi

di- 'dua kali', 'mengandung dua' tetap di-

dichloride diklorida - dichromatic dikromatik

dia- 'melalui', 'melintas' tetap dia-

diagonal diapositive - diagonal diapositif

dis- 'ketiadaan', 'tidak' tetap dis-

disequilibrium disharmony - disekuilibrium disharmoni

eco- 'lingkungan' menjadi eko-

ecology ecospecies - ekologi ekospesies

em-, en- 'dalam', 'di dalam' tetap em-, en-

empathy encenphalitis - empati ensenfalitis

endo- 'di dalam' tetap endo-

endoskeleton endothermal - endoskeleton endotermal

epi- 'di atas', 'sesudah' tetap epi-

epigone epiphyte - epigon epifit

ex- 'sebelah luar' menjadi eks-

exclave exclusive - eksklave eksklusif

exo-, ex- 'sebelah luar', 'mengeluarkan' menjadi ekso-

eksexoergic exogamy - eksoergik eksogami

extra- 'di luar' menjadi ekstra-

extradition extraterrestrial - ekstradisi ekstraterestrial

hemi- 'separuh', 'setengah' tetap hemi-

hemihedral hemisphere - hemihedral hemisfer

hemo- 'darah' tetap hemo-

hemoglobin hemolysis - hemoglobin hemolisis

hepta- 'tujuh', 'mengandung tujuh' tetap hepta-

heptameter heptarchy - heptameter heptarki

hetero- 'lain', 'berada' tetap hetero-

heterodox heterophyllous heterodoks heterofil

hexa- 'enam', 'mengandung enam' menjadi heksa-

hexachloride hexagon - heksaklorida heksagon

hyper- 'di atas', 'lewat', 'super' menjadi hiper-

hyperemia hypersensitive - hiperemia hipersensitif

hypo- 'bawah', 'di bawah' menjadi hipo-

hipoblast hypochondria - hipoblas hipokondria

im-, in-, il- 'tidak', 'di dalam', 'ke dalam' tetap im-, in-, il-

immigration induction illegal induksi ilegal imigrasi

infra- 'bawah', 'di bawah', 'di dalam' tetap infra-

infrasonic infraspecific - infrasonik infraspesifik

inter- 'antara', 'saling' tetap inter-

interference international - interferensi internasional

intra- 'di dalam', 'di antara' tetap intra-

intradermal intracell - intradermal intrasel

intro- 'dalam', 'ke dalam' tetap intro-

introjections introvert - introjeksi introvert

iso- 'sama' tetap iso-

isoagglutinin isoenzyme - isoaglutinin isoenzim

meta- 'sesudah', 'berubah', 'perubahan' tetap meta-

metamorphosis metanephros - metamorfosis metanefros

mono- 'tunggal', 'mengandung satu' tetap mono-

monodrama monoxide - monodrama monoksida

pan-, pant/panto- 'semua', 'keseluruhan' tetap pan-, pant-, panto-

panacea pantisocracy pantograph - panasea pantisokrasi pantograf

para- 'di samping', 'erat berhubungan dengan', 'hampir' tetap para-

paraldehyde parathyroid - paraldehida paratiroid

penta- 'lima', 'mengandung lima' tetap penta-

pentahedron pentane - pentahedron pentane

peri- 'sekeliling', 'dekat', 'melingkupi' tetap peri-

perihelion perineurium - perihelion perineurium

poly- 'banyak', 'berkelebihan' menjadi poli-

polyglotism polyphagia - poliglotisme polifagia

pre- 'sebelum', 'sebelumnya', 'di muka' tetap pre-

preabdomen premature - preabdomen prematur

pro- 'sebelum', 'di depan' tetap pro-

prothalamion prothorax - protalamion protoraks

proto- 'pertama', 'mula-mula' tetap proto-

protolithic prototype - protolitik prototipe

pseu-, pseudo- 'palsu' tetap pseu-, pseudo-

pseudomorph pseudepigraphy - pseudomorf pseudepigrafi

quasi- 'seolah-olah', 'kira-kira' menjadi kuasi-

quasi-historical quasi-legislative - kuasihistoris kuasilegislatif

re- 'lagi', 'kembali' tetap re-

reflection rehabilitation - refleksi rehabilitasi

retro- 'ke belakang', 'terletak di belakang' tetap retro-

retroflex retroperitoneal - retrofleks retroperitoneal

semi- 'separuhnya', 'sedikit banyak', 'sebagian' tetap semi-

semifinal semipermanent - semifinal semipermanen

sub- 'bawah', 'di bawah', 'agak', 'hampir' tetap sub-

subfossil submucosa - subfosil submukosa

super-, sur- 'lebih dari', 'berada di atas' tetap super-, sur-

superlunar supersonic surrealism - superlunar supersonik surealisme

supra- 'unggul', 'melebihi' tetap supra-

supramolecular suprasegmental - supramolekular suprasegmental

syn- 'dengan', 'bersama-sama', 'pada waktu' menjadi sin-

syndesmosis synesthesia - sindesmosis sinestesia

tele- 'jauh', 'melewati', 'jarak' tetap tele-

telepathy telescope - telepati teleskop

trans- 'ke/di seberang', 'lewat', 'mengalihkan' tetap trans-

transcontinental transliteration - transkontinental transliterasi

tri- 'tiga' tetap tri-

trichromat tricuspid - trikromat tricuspid

ultra- 'melebihi', 'super' tetap ultra-

ultramodern ultraviolet - ultramodern ultraviolet

uni- 'satu', 'tunggal' tetap uni-

unicellular unilateral - uniseluler unilateral
b. Penyesuaian Ejaan Sufiks
sunting

Sufiks asing dalam bahasa Indonesia diserap sebagai bagian kata berafiks yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata standar, implemen, dan objek. Berikut daftar kata bersufiks tersebut.

-aat (Belanda) menjadi -at

Advocaat Plaat Tractaat - advokat pelat traktat

-able, -ble (Inggris) menjadi -bel

Variable Flexible - variabel fleksibel

-ac (Inggris) menjadi -ak

Maniac Cardiac Almanac - maniak kardiak almanac

-age (Inggris) menjadi -ase

Sabotage Arbitrage Percentage - sabotase arbitrase persentase

-air (Belanda), -ary (Inggris) menjadi -er

Complementair, complementary Primair, primary Secundair, secondary - komplementer primer sekunder

-al (Inggris) menjadi -al

Credential Minimal Mational - kredensial minimal nasional

-ance, -ence (Inggris) menjadi –ans, -ens

Ambulance Conductance Termophosphorescence Thermoluminescence - ambulans konduktans termosfosforensens termoluminesens

-ancy, -ency (Inggris) menjadi –ansi, -ensi

Efficiency Frequency Relevancy - efisiensi frekuensi relevansi

-anda, -end, -andum, -endum (Belanda, Inggris) menjadi –anda, -en, -andum, -endum

Propaganda Divindend Memorandum Referendum - propaganda dividen memorandum referendum

-ant (Belanda, Inggris) menjadi -an

Accountant Informant Dominant - akuntan informan dominan

-ar (Inggris) menjadi –ar, -er

Curricular Solar - kurikuler solar

-archie (Belanda), -archy (Inggris) menjadi -arki

Anarchie, anarchy Monarchie, monarchy - anarki monarki

-ase, -ose (Inggris) menjadi -ase, -osa

Amylase Dextrose - amilase dekstrosa

-asme (Belanda), asm (Inggris) menjadi -asme

Sarcasm, sarcasm Pleonasme, pleonasm - sarkasme pleonasme

-ate (Inggris) menjadi -at

Emirate Private - emirat privat

-atie (Belanda), -(a)tion (Inggris) menjadi -(a)si

Actie, action Publicatie, publication - aksi publikasi

-cy (Inggris) menjadi -asi, -si

Accountancy Accuracy - akuntansi akurasi

-eel (Belanda) yang tidak ada padanan dalam bahasa Inggris menjadi -el

Materieel Moreel Principieel - materiel morel prinsipiel

-eel, aal (Belanda), -al (Inggris) menjadi -al

Formeel, formal Ideaal, ideal Materiaal, material - formal ideal material

-et, ette (Inggris) menjadi -et

Duet Cabinet Cassette - duet kabinet kaset

-eur (Belanda), -or (Inggris) menjadi -ir

Amateur Importeur - amatir importir

-eur (Belanda) menjadi -ur

Conducteur, conductor Directeur, director Inspecteur, inspector - kondektur direktur inspektur

-eus (Belanda) menjadi -us

Mesterieus Serieus misterius serius

-ficatie (Belanda), -fication (Inggris) menjadi -fikasi

Specificatie, specification Unificatie, unification - spesifikasi unifikasi

-fiek (Belanda), -fic (Inggris) menjadi -fik

Specifiek, specific Honofifiek, honorific - spesifik honorific

-iek (Belanda), -ic, -ique (Inggris) menjadi -ik

Perodiek, periodic Numeriek, numeric Uniek, unique Techniek, technique - periodik numerik unik teknik

-isch (Belanda), -ic, -ical (Inggris) menjadi -is

Optimistisch, optimistic Allergisch, allergic Symbolisch, symbolical Practisch, practical - optimistis alergis simbolis praktis

-icle (Inggris) menjadi -ikel

Article Particle - artikel partikel

-ica (Belanda), -ics (Inggris) menjadi –ika, -ik

Mechanica, mechanics Phonetics - mekanika fonetik

-id, -ide (Inggris) menjadi –id, -ida

Chrysalid Oxide Chloride - krisalid oksida klorida

-ief (Belanda), -ive (Inggris) menjadi -if

Demonstratief, demonstrative Descriptief, descriptive Depressief, depressive - demonstratif deskriptif depresif

-iel (Belanda), -ile, -le (Inggris) menjadi -il

Kawrtiel, quartile Percentile, percentile Stabile, stable - kuartil persentil stabil

-iet (Belanda), -ite (Inggris) menjadi -it

Favorite, favorite Dolomite, dolomite Stalactite, stalactite - favorit dolomit stalaktit

-in (Inggris) menjadi -in

Penicillin Insulin Protein - penisilin insulin protein

-ine (Inggris) menjadi –in, -ina

Cocaine Quarantine - kokain karantina

-isatie (Belanda), -ization (Inggris) menjadi -isasi

Naturalisatie, naturalization Socialisatie, socialization - naturalisasi sosialisasi

-isme (Belanda), -ism (Inggris) menjadi -isme

Expressionism, expressionism Modernism, modernism - ekspresionisme modernism

-ist (Belanda, Inggris) menjadi -is

Extremist Receptionist - ekstremisme resepsionis

-iteit (Belanda), -ity (Inggris) menjadi -itas

Faciliteit, facility Realiteit, reality - fasilitas realitas

-logie (Belanda), -logy (Inggris) menjadi -logi

Analogie, analogy Technologie, technology - analogi teknologi

-loog (Belanda), -logue (Inggris) menjadi -log

Catalog, catalogue Dialog, dialogue - katalog dialog

-lyse (Belanda), -lysis (Inggris) menjadi -lisis

Analyse, analysis - analisis

Paralyse, paralysis - paralisis

-oide (Belanda), -oid (Inggris) menjadi -oid

Anthropoide, anthropoid Metalloide, metalloid - antropoid metaloid

-oir(e) (Belanda) menjadi -oar

Repertoire Trottoir - repertoar trotoar

-or (Inggris) menjadi -or

Corrector Dictator - korektor dictator

-ous (Inggris) ditinggalkan

Amorphous Polysemous - amorf polisem

-se (Belanda), -sis (Inggris) menjadi -sis

Synthese, synthesis Anamnese, anamnesis - sintesis anamnesis

-teit (Belanda), -ty (Inggris) menjadi -tas

Qualiteit, quality Universiteit, university - kualitas universitas

-ter (Belanda), -tre (Inggris) menjadi -ter

Diameter, diameter Theater, theatre - diameter teater

-uur (Belanda), -ure (Inggris) menjadi -ur

Proceduur, procedure Structuur, structure - prosedur struktur

-y (Inggris) menjadi -i

Monarchy philosophy - monarki filosofi

II.4.3 Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan

sunting

Istilah bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan menerjemahkan dan menyerap istilah asing sekaligus.

Misalnya:

  • Bound morpheme - morfem terikat
  • Clay colloid - koloid lempung
  • Subdivision - subbagian

II.5 Perekaciptaan Istilah

sunting

Kegiatan ilmuwan, budayawan dan seniman yang bergerak di baris terdepan ilmu, teknologi, dan seni dapat mencetuskan konsep yang belum ada selama ini. Istilah baru untuk mengungkapkan konsep itu dapat direkacipta sesuai dengan lingkungan dan corak bidang kegiatannya. Misalnya, rekacipta istilah fondasi cakar ayam, penyangga sosrobahu, plasma inti rakyat, dan tebang pilih Indonesia telah masuk ke dalam khazanah peristilahan.


II.6 Pembakuan dan Kodifikasi Istilah

sunting

Istilah yang diseleksi lewat pemantapan, penerjemahan, penyerapan, dan perekaciptaan dibakukan lewat kodifikasi yang mengusahakan keteraturan bentuk seturut kaidah dan adat pemakaian bahasa. Kodifikasi itu tercapai dengan tersusunnya sistem ejaan, buku tata bahasa, dan kamus yang merekam dan menetapkan bentuk bakunya.

II.7 Bagan Prosedur Pembakuan Istilah

sunting

Prosedur pembakuan istilah dapat dilihat pada bagan berikut

 

III. Aspek Tata Bahasa Peristilahan

sunting

Istilah dapat berupa (1) bentuk dasar, (2) bentuk berafiks, (3) bentuk ulang, (4) bentuk majemuk, (5) bentuk analogi, (6) hasil metanalisis, (7) singkatan, (8) akronim.

III.1 Istilah Bentuk Dasar

sunting

Istilah bentuk dasar dipilih di antara kelas kata utama, seperti nomina, verba, adjektiva, dan numeralia. Misalnya :

Nomina:

  • kaidah - rule
  • busur - bow
  • cahaya - light

Verba:

  • keluar - out
  • Uji - test
  • Tekan - press

Adjektiva:

  • kenyal - elastic
  • Acak - random
  • Cemas - anxious

Numeralia:

  • gaya empat - four force
  • (pukulan) satu-dua - one-two
  • (bus) dua tingkat - double decker

III.2 Istilah Bentuk Berafiks

sunting

Istilah bentuk berafiks disusun dari bentuk dasar dengan penambahan prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks seturut kaidah pementukan kata bahasa Indonesia, misalnya dari bentuk pirsa menjadi pemirsa, bukan pirsawan ; dari hantar menjadi keterhantaran, bukan kehantaran. Istilah bentuk berafiks menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Istilah bentuk berafiks tersebut mengikuti paradigm berikut, yang unsur-unsurnya demi kejelasan dimasukkan dalam berbagai kotak.

III.2.1 Paradigma Bentuk Berafiks ber-

sunting
  • ber-tani bertani petani pertanian
  • bel-ajar belajar pelajar pelajaran
  • ber-ubah berubah peubah perubahan

Istilah berafiks petani, pelajar, peubah yang mengacu kepada pelaku atau alat, dan pertanian, pelajaran, perubahan yang mengacu ke hal, keadaan, atau tempat dibentuk dari verba bertani, belajar, berubah yang berasal dari bentuk dasar tani, ajar, dan ubah.

III.2.2 Paradigma Bentuk Berafiks meng-

sunting
  • men-tulis menulis penulis penulisan tulisan
  • meng-ubah mengubah pengubah pengubahan ubahan
  • mem-besarkan membesarkan pembesar pembesaran besaran
  • meng-ajari mengajari pengajar pengajaran ajaran

Istilah berafiks penulis, pengubah, pembesar, pengajar, yang mengacu kepada pelaku atau alat, dan penulisan, pngubahan, pengajaran yang mengacu ke proses atau perbuatan serta tulisan, ubahan, besaran, ajaran yang mengacu ke hasil dijabarkan dari verba menulis, mengubah, membesarkan, mengajar yang berasal dari bentuk dasar tulis, ubah, besar, dan ajar.

  • mem-berdayakan memberdayakan pemberdaya pemberdayaan
  • mem-berhentikan memberhentikan pemberhenti pemberhentian
  • mem-belajarkan membelajarkan pembelajar pembelajaran

Istilah berafiks pemberdaya, pemberhenti, pembelajar yang mengacu kepada pelaku dan pemberdayaan, pemberhentian, pembelajaran yang mengacu ke perbuatan dibentuk dari verba memberdayakan, memberhentikan, membelajarkan yang dibentuk dari berdaya, berhenti, belajar yang berasal dari bentuk dasar daya, henti, dan ajar.

  • mem-persatukan persatuan mempersatukan pemersatu pemersatuan

Istilah berafiks pemersatu, pemeroleh, pemelajar yang mengacu kepada pelaku dan pemersatuan, pemerolehan, pemelajaran yang mengacu ke perbuatan atau proses serta persatuan, perolehan, pelajaran yang mengacu ke hasil dibentuk dari verba mempersatukan, memperoleh, mempelajari yang dibentuk dari bersatu, beroleh, belajar yang berasal dari bentuk dasar satu, oleh, ajar.

III.2.3 Paradigma Bentuk Berkonfiks ke—an

sunting
  • ke—an saksi kesaksian
  • ke—an bermakna kebermaknaan
  • ke—an terpuruk keterpurukan
  • ke—an seragam keseragaman

Istilah berkonfiks ke—an yang mengacu ke hal atau keadaan dibentuk dari pangkal yang berupa bentuk dasar atau bentuk yang berprefiks ber-, ter-, se-, seperti saksi, bermakna, terpuruk,dan seragam.

III.2.4 Paradigma Bentuk Berinfiks –er-, -el-, -em-, in-

sunting
  • Sabut - serabut
  • Tunjuk - telunjuk
  • Kelut - kemelut
  • Kerja - kinerja
  • gigi - gerigi
  • gembung - gelembung
  • getar - gemetar
  • sambung - sinambung

Istilah berinfiks –er-, -el-, -em-, -in- seperti serabut, gerigi, telunjuk, gelembung, kemelut, gemetar, kinerja, sinambung yang mengacu ke jumlah, kemiripan, atau hasil dibentuk dari dasar sabut, gigi, tunjuk, gembung, kelut, getar, kerja dan sambung.

III.3 Istilah Bentuk Ulang

sunting

Istilah bentuk ulang dapat berupa ulangan bentuk dasar seutuhnya atau sebagiannya dengan atau tanpa pengimbuhan dan pengubahan bunyi.

III.3.1 Bentuk Ulang Utuh

sunting

Istilah bentuk ulang utuh yag mengacu ke kemiripan dapat dilihat pada contoh berikut

  • Ubur-ubur
  • paru-paru
  • anal-anal
  • kunang-kunang
  • Undur-undur
  • kanak-kanak
  • langit-langit
  • kuda-kuda

III.3.2 Bentuk Ulang Suku Awal

sunting

Istilah bentuk ulang suku awal (dwipurwa) yang dibentuk melalui pengulangan konsonan awal dengan penambahan ‘pepet’ dapat dilihat pada contoh berikut:

  • Laki - lelaki
  • Tangga - tetangga
  • Jaring - jejaring
  • buku - bebuku
  • rata - merata
  • tikus - tetikus

III.3.3 Bentuk Ulang Berafiks

sunting

Istilah bentuk ulang dengan afiksasi dibentuk melalui paradigma berikut:

  • Daun - dedaunan
  • Pohon - pepohonan
  • Rumput - rerumputan

Istilah bentuk ulang dedaunan, pepohonan, rerumputan yang mengacu ke berbagai macam, keanekaan dibentuk dari dasar daun, pohon, dan rumput yang mengalami perulangan.

III.3.4 Bentuk Ulang Salin Suara

sunting

Istilah bentuk ulang salin suara dibentuk melalui pengulangan dengan perubahan bunyi. Perhatikan contoh berikut.

  • Sayur - sayur-mayur
  • Beras - beras-petas
  • Serta - serta-merta
  • warna - warna-warni
  • teka - teka-teki
  • balik - bolak-balik

Dari segi makna, perulangan dengan cara itu mengandung makna ‘bermacam-macam’.

III.4 Istilah Bentuk Majemuk

sunting

Istilah bentuk majemuk atau kompositum merupakan hasil penggabungan dua bentuk atau lebih, yang menjadi satuan leksikal baru. Gabungan kata itu berupa (1) gabungan bentuk bebas dengan bentuk bebas, (2) bentuk bebas dengan bentuk terikat, atau (3) bentuk terikat dengan bentuk terikat.

III.4.1 Gabungan Bentuk Bebas

sunting

Istilah majemuk bentuk bebas merupakan penggabungan dua unsur atau lebih, yang unsurunsurnya dapat berdiri sendiri sebagai bentuk bebas. Gabungan bentuk bebas meliputi gabungan (a) bentuk dasar dengan bentuk dasar, (b) bentuk dasar dengan bentuk berafiks atau sebaliknya, dan (c) bentuk berafiks dengan bentuk berafiks.

III.4.1.1 Gabungan Bentuk Dasar

Istilah majemuk gabungan bentuk dasar merupakan penggabungan dua bentuk dasar atau lebih.

  • Garis lintang
  • Masa depan
  • Rawat jalan
  • kereta api listrik
  • rumah sangat sederhana

III.4.1.2 Gabungan Bentuk Dasar dan Bentuk Berafiks

Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk berafiks dan bentuk berafiks atau sebaliknya.

  • Proses berdaur
  • Sistem pencernaan
  • menembak jatuh
  • tertangkap tangan

III.4.1.3 Gabungan Bentuk Berafiks dan Bentuk Berafiks

Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk berafiks dan bentuk berafiks. Misalnya:

  • Kesehatan lingkungan
  • Perawatan kecelakaan
  • Pembangunan berkelanjutan

III.4.2 Gabungan Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat

sunting

Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan dua bentuk, atau lebih, yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri. Ada sejumlah bentuk terikat yang dapat digunakan dalam pembentukan istilah yang berasal dari bahasa Jawa Kuno dan Melayu. Misalnya:

adi-

  • adikarya - masterpiece
  • adikuasa - superpower

aneka-

  • anekabahasa - multilingual
  • anekawarna - multicolored

antar-

  • antarkota - intercity
  • antarbangsa - international

awa-

  • awaair - dewater
  • awalengas - dehumidity

catur-

  • caturwulan - quarter
  • caturlarik - quatrain

dasa-

  • dasawarsa - decade
  • dasalomba - decathlon

dur-

  • durhaka - rebellious
  • dursila - unethical

dwi-

  • dwimingguan - biweekly
  • dwibahasa - bilingual

eka-

  • ekamatra - unidimension
  • ekasuku - monosyllable

lajak-

  • lajaklaku - overaction
  • lajakaktif - overactive

lewah-

  • lewahumur - overage
  • lewahbanyak - abundant

lir-

  • lirintan - diamondike
  • lirruang - spacelike

maha-

  • mahatahu - omniscient
  • maharatu - empress
  • Mahakuasa - omnipotent

nir-

  • nirlaba - non-profit
  • nirgelar - nondegree

panca-

  • pancamuka - multifaceted
  • pancaragam - variegated

pasca-

  • pascapanen - postharvest
  • pascasarjana - postgraduate

pra-

  • prasejarah - prehistory
  • prasangka - prejudice

pramu-

  • pramugari - stewardess
  • pramuniaga - salesperson
  • pramuwisata - touristguide

purba-

  • purbawisesa - absolute power
  • purbakalawan - archeologist

purna-

  • purnawaktu - full-time
  • purnabakti - retirement

su-

  • sujana - man of good character
  • susila - good morals

swa-

  • swasembada - self-reliance
  • swalayan - self-service

tak-

  • taksa - ambiguous
  • takadil - unjust

tan-

  • tansuara - soundless
  • tanwarna - colorless

tri-

  • trilipat - threefold
  • triunsur - triadic

tuna-

  • tunahargadiri - inferiority
  • tunakarya - unemployed

Sementara itu, bentuk terikat yang berasal dari bahasa asing Barat, dengan beberapa perkecualian, langsung diserap bersama-sama dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh gabungan bentuk asing Barat dengan kata Melayu-Indonesia adalah sebagai berikut:

  • Globalization - globalisasi
  • Modernization - modernisasi

Gabungan bentuk bebas dan bentuk terikat seperti –wan dan –wati dapat dilihat pada contih berikut:

  • Ilmuwan - scientist
  • Seniwati - woman artist

III.4.3 Gabungan Bentuk Terikat

sunting

Istilah majemuk bentuk gabungan ini merupakan penggabungan bentuk terikat, dan bentuk terikat unsur itu ditulis serangkai, tidak diberi tanda hubung. Misalnya:

  • Dasawarsa - decade
  • Swatantra - selfgovernment

III.5 Istilah Bentuk Analogi

sunting

Istilah bentuk analogi bertolak dari pola bentuk istilah yang sudah ada, seperti berdasarkan pola bentuk pegulat, tata bahasa, juru tulis, pramugari, dengan pola analogi pada istilah tersebut dibentuk berbagai istilah lain. Misalnya:

  • Pegolf (golfer)
  • Tata graha (housekeeping)
  • Juru masak (cook)
  • Pramuniaga (salesperson)
  • peselancar (surfer)
  • tata kelola (governance)
  • juru bicara (spokesman)
  • pramusiwi (baby-sitter)

III.6 Istilah Hasil Metanalisis

sunting

Istilah hasil metanalisis terbentuk melalui analisis unsur yang keliru. Misalnya:

  • Kata mupakat (mufakat) diuraikan menjadi mu + pakat; lalu ada kata sepakat.
  • Kata dasar perinci disangka terdiri atas pe + rinci sehingga muncul istilah rinci dan rincian.

III.7 Istilah Bentuk Singkatan

sunting

Istilah bentuk singkatan ialah bentuk yang penulisannya dipendekkan menurut tiga cara berikut.

  1. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang dilisankan sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya. Misalnya:
    • cm yang dilisankan sentimeter
    • l yang dilisankan liter
    • sin yang dilisankan sinus
    • tg yang dilisankan tangen
  2. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim dilisankan huruf demi huruf. Misalnya:
    • DDT (diklorodifeniltrikloroetana) yang dilisankan de-de-te
    • KVA(kilovolt-ampere) yang dilisankan ka-ve-a
    • TL (tube luminescent) yang dilisankan te-el
  3. Istilah yang sebagian unsurnya ditanggalkan. Misalnya:
    • Ekspres yang berasal dari kereta api ekpres
    • Kawat yang berasal dari surat kawat
    • Harian yang berasal dari surat kabar harian
    • Lab yang berasal dari laboratorium
    • Info yang berasal dari informasi
    • Demo yang berasal dari demonstrasi
    • Promo yang berasal dari promosi

III.8 Istilah Bentuk Akronim

sunting

Istilah bentuk akronim ialah istilah pemendekan bentuk majemuk yang berupa gabungan huruf awal suku kata, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf awal dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Misalnya:

  • Air susu ibu - asi
  • Bukti pelanggaran - tilang
  • Pengawasan melekat - waskat
  • Peluru kendali (guided missile) - rudal
  • Cairan alir (lotion) - calir

III.9 Lambang Huruf

sunting

Lambang huruf ialah satu huruf atau lebih yang melambangkan konsep dasar ilmiah seperti kuantitas dan nama unsur. Lambang huruf tidak diikuti tanda titik. Misalnya:

  • F - gaya
  • N - nitrogen
  • Hg - raksa (kimia)
  • m - meter
  • NaCl - natrium klorida
  • Rp - rupiah
  • $ - dolar

III.10 Gambar Lambang

sunting

Gambar lambang ialah gambar atau tanda lain yang melambangkan konsep ilmiah menurut konvensi bidang ilmu yang bersangkutan. Misalnya:

  • ≅ - kongruen (matematika)
  • ≡ - identik (matematika)
  • Σ - jumlah beruntun (matematika)
  • ~ - setara (matematika)
  • ♂ - jantan (biologi)
  • ♀ - betina (biologi)
  • Х - disilangkan dengan; hibrida (biologi)
  • ↓ - menunjukkan endapan zat (kimia)
  • ◊ - cincin benzena (kimia)
  • ✶ - bintang (astronomi)
  • ☼ - matahari; Ahad (atau) bulan; Senin (astronomi)
  • З - dram; 3.887 gram (farmasi)
  • f° - folio (ukuran kertas)
  • 4° - kuarto (ukuran kertas)
  • U - pon (dagang)
  • & - dan (dagang)
  • pp - pianissimo, sangat lembut (musik)
  • f - forte, nyaring (musik)
  • * - asterisk, takgramatikal, bentuk rekonstruksi (linguistik)
  • < - dijabarkan dari (linguistik)

III.11 Satuan Dasar Sistem Internasional (SI)

sunting

Satuan dasar sistem Internasional (Système Internasional d'Unités) yang diperjanjikan secara internasional dinyatakan dengan huruf lambang.

Besaran Dasar Lambang Satuan Dasar
arus listrik/elektrik A ampere
intensitas cahaya cd kandela
kuantitas zat mol mol
massa kg kilogram
panjang m meter
suhu termodinamika K kelvin
waktu s sekon, detik
Satuan Suplementer Lambang Besar Dasar
sudut datar rad radian

Lambang satuan yang didasarkan pada nama orang dinyatakan dengan huruf kapital. Bentuk lengkap satuan ini ditulis dengan huruf kecil untuk membedakannya dengan nama pribadi orang. Misalnya:

5A arus 5 ampere hukum Ampere
3C muatan 3 coulomb hukum Coulomb
6N gaya 6 newton hukum Newton
293 K suhu 293 kelvin skala suhu Kelvin
8Ci aktivitas 8 curie suhu curie

III.12 Kelipatan dan Fraksi Satuan Dasar

sunting

Untuk menyatakan kelipatan dan fraksi satuan dasar atau turunan digunakan nama dan lambang bentuk terikat berikut.

Faktor Lambang Bentuk Terikat Contoh
1012 T tera- terahertz
109 G giga- gigawatt
106 M mega- megaton
103 k kilo- kiloliter
102 h hekto- hektoliter
101 da deka- dekaliter
10-1 d desi- desigram
10-2 c senti- sentimeter
10-3 m mili- milivolt
10-6 µ mikro- mikrometer
10-9 n nano- nanogram
10-12 p piko- pikofarad
10-15 f femto- femtoampere
10-18 a ato- atogram

III.13 Sistem Bilangan Besar

sunting

Sistem bilangan besar di atas satu juta yang dianjurkan adalah sebagai berikut.

109 biliun jumlah nol 9
1012 triliun jumlah nol 12
1015 kuadriliun jumlah nol 15
1018 kuintiliun jumlah nol 18
1021 sekstiliun jumlah nol 21
1024 septiliun jumlah nol 24
1027 oktiliun jumlah nol 27
1030 noniliun jumlah nol 30
1033 desiliun jumlah nol 33

Sistem yang tersebut di atas antara lain juga digunakan di Amerika Serikat, Rusia, dan Prancis. Di samping itu, masih ada sistem bilangan besar yang berlaku di Inggris, Jerman, dan Belanda seperti dibawah ini.

109 miliar jumlah nol 9
1012 biliun jumlah nol 12
1018 triliun jumlah nol 18
1024 kuadriliun jumlah nol 24
1030 kuintiliun jumlah nol 30

III.14 Tanda Desimal

sunting

Sistem Satuan Internasional menentukan bahwa tanda desimal boleh dinyatakan dengan koma atau titik. Dewasa ini beberapa negeri, termasuk Belanda dan Indonesia, masih menggunakan tanda koma desimal. Misalnya

3,52 atau 3.52
123,45 atau 123.45
15,000,000,00 atau 15.000.000,00

Bilangan desimal tidak dimulai dengan tanda desimal, tetapi selalu dimulai dengan angka. Misalnya:

0,52 bukan ,52
0.52 bukan .52

Jika perlu, bilangan desimal di dalam daftar atau senarai dapat dikecualikan dari peraturan tersebut di atas. Misalnya:

,550 234 atau .550 234
,552 76 atau .552 76
,554 051 atau .554 051
,556 1 atau .556 1

Bilangan yang hanya berupa angka yang dituliskan dalam tabel atau daftar dibagi menjadi kelompok-kelompok tiga angka yang dipisahkan oleh spasi tanpa penggunaan tanda desimal. Misalnya:

3 105 724 bukan 3,105,724 atau 3.105.724
5 075 442 bukan 5,075,442 atau 5.075.442
17 081 500 bukan 17,081,500 atau 17.081.500
158 777 543 bukan 158,777,543 atau 158.777.543
666 123 bukan 666,123 atau 666.123

Catatan: dengan mengingat kemungkinan bahwa tanda desimal dapat dinyatakan dengan tanda koma atau titik, penulis karangan hendaknya memberikan catatan cara mana yang diikutinya.

IV. Aspek Semantik Peristilahan

sunting

IV.1 Pemberian Makna Baru

sunting

Istilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan dan peluasan makna kata yang lazim dan yang tidak lazim. Artinya, kata itu dikurangi atau ditambah jangkauan maknanya sehingga penerapannya menjadi lebih sempit atau lebih luas.

IV.1.1 Penyempitan Makna

sunting

Kata gaya yang mempunyai makna 'kekuatan' dipersempit maknanya menjadi 'dorongan atau tarikan yang akan menggerakkan benda bebas (tak terikat)' dan menjadi istilah baru untuk padanan istilah inggris force. Kata kendala yang mempunyai makna 'penghalang', 'perintang' dipersempit maknanya menjadi 'pembatas keleluasaan gerak', yang tidak perlu menghalangi atau merintangi, untuk dijadikan istilah baru bidang fisika sebagai padanan istilah Inggris constraint. Kata tenaga yang mempunyai makna 'kekuatan untuk menggerakkan sesuatu' dipersempit maknanya untuk dijadikan istlah baru sebagai padanan istilah energy dan kata daya menjadi padanan istilah power. Kata ranah dalam bahasa Minang, yang mempunyai makna 'tanah rata, dataran rendah' dipersempit maknanya menjadi 'lingkungan yang memungkinkan terjadinya percakapan yang merupakan kombinasi antara partisipan, topic, dan tempat' sebagai padanan istilah domain.

IV.1.2 Perluasan Makna

sunting

Kata garam yang semula bermakna 'garam dapur' (NaCl) diperluas maknanya sehingga mencakupi semua jenis senyawaan dalam bidang kimia. Kata canggih yang semula bermakna 'banyak cakap, bawel, ceretwet' diperluas maknanyauntuk dipakai di bidang teknik, yang berarti 'kehilangan kesedarhanaan asli (seperti sangat rumit, ruwet, atau terkembang)'. Kata pesawat yang semula bermakna 'alat, perkakas, mesin' diperluas maknanya di bidang teknik menjadi 'kapal terbang'. Kata luah yang berasal dari bahasa Minang, dengan makna '(1) rasa mual; (2) tumpah atau limpah (tentang barang cair)', mengalami perluasan makna menjadi 'volume zat cair yang mengalir melalui permukaan per tahun waktu'. Kata pamer yang semula dalam bahasa Jawa bermakna 'beraga, berlagak' bergeser maknanya dalam bahasa Indonesia menjadi 'menunjukkan (mendemonstrasi) sesuatu yang dimiliki kepada orang banyak dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan'.

IV.2 Istilah Sinonim

sunting

Dua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip, tetapi bentuknya berlainan, disebut sinonim. Di antara istilah sinonim itu salah satunya ditentukan sebagai istilah baku atau yang diutamakan. Misalnya:

  • gulma sebagai padanan weed lebih baik daripada tumbuhan pengganggu
  • hutan bakau sebagai padanan mangrove forest lebih baik daripada hutan payau
  • mikro- sebagai padanan micro- dalam hal tertentu lebih baik daripada renik
  • partikel sebagai padanan particle lebih baik daripada bagian kecil atau zarah

Meskipun begitu, istilah sinonim dapat dipakai di samping istilah baku yang diutamakan. Misalnya:

Istilah asing Istilah yang diutamakan Istilah sinonim
absorb serap absorb
acceleration percepatan akselerasi
diameter garis tengah diameter
frequency frekuensi kekerapan
relative relatif nisbi
temperature suhu temperatur

Berikut kelompok istilah sinonim yang menyalahi asas penamaan dan pengistilahan Misalnya:

  • zat lemas dihindarkan karena ada nitrogen
  • saran diri dihindarkan karena ada autosugesti
  • ilmu pisah dihindarkan karena ada ilmu kimia
  • ilmu pasti dihindarkan karena ada matematika

Sinonim asing yang benar-benar sama diterjemahkan dengan satu istilah Indonesia. Misalnya:

  • average, mean - rata-rata (rerata, purata)
  • grounding, earthing - pengetanahan

Sinonim asing yang hampir bersamaan sedapat-dapatnya diterjemahkan dengan istilah yang berlainan. Misalnya:

  • axiom - aksioma
  • law - hukum
  • postulate - postulat
  • rule - kaidah

IV.3 Istilah Homonim

sunting

Istilah homonim berupa dua istilah, atau lebih, yang sama ejaan dan lafalnya, tetapi maknanya berbeda, karena asalnya berlainan. Istilah homonim dapat dibedakan menjadi homograf dan homofon.

IV.3.1 Homograf

sunting

Istilah homograf ialah istilah yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafalnya. Misalnya:

  • pedologi ← paedo - ilmu tentang hidup dan perkembangan anak
  • pedologi ← pedon - ilmu tentang tanah
  • teras - inti
  • teras - lantai datar di muka rumah

IV.3.2 Homofon

sunting

Istilah homofon ialah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Misalnya:

  • bank dengan bang
  • massa dengan masa
  • sanksi dengan sangsi

IV.4 Istilah Polisem

sunting

Istilah polisem ialah bentuk yang memiliki makna ganda yang bertalian. Misalnya, kata kepala (orang) 'bagian teratas' dipakai dalam kepala (jawatan), kepala (sarung). Bentuk asing yang sifatnya polisem diterjemahkan sesuai dengan arti dalam konteksnya. Karena medan makna yang berbeda, suatu istilah asing tidak selalu berpadanan dengan kata Indonesia yang sama.

Misalnya

  • (cushion) head - topi (tiang pancang)
  • head (gate) - (pintu air) atas
  • (nuclear) head - hulu (nuklir)
  • (velocity) head - tinggi (tenaga kecepatan)
  • (detonating) fuse - sumbu (ledak)
  • fuse - sekering
  • to fuse - melebur, berpadu, melakur, terbakar.

IV.5 Istilah Hiponim

sunting

Istilah hiponim ialah bentuk yang maknanya terangkum dalam hiperonim, atau subordinatnya, atau superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih luas. Kata mawar, melati, cempaka, misalnya, masing-masing disebut hiponim terhadap kata bunga yang menjadi hiperonim atau superordinatnya. Di dalam terjemahan, hiperonim atau superordinat pada umumnya tidak disalin dengan salah satu hiponimnya, kecuali jika dalam bahasa Indonesia tidak terdapat istilah superordinatnya. Kata poultry, misalnya diterjemahkan dengan unggas, dan tidak dengan ayam atau bebek. Jika tidak ada pasangan istilah hiperonimnya dalam bahasa Indonesia, konteks situasi atau ikatan kalimat suatu superordinat asing akan menentukan hiponim Indonesia mana yang harus dipilih. Kata rice, misalnya, dapat diterjemahkan dengan padi, gabah, beras, atau nasi, bergantung pada konteksnya.

IV.6 Istilah Taksonim

sunting

Istilah taksonim ialah hiponim dalam sistem klasifikasi konsep bawahan dan konsep atasan yang bertingkat-tingkat. Kumpulan taksonim membangun taksonimi sebagaimana takson membangun taksonomi. Berikut ini adalah bagan taksonomi makhluk.

Makhluk

  • Bakteri
  • hewan
    • mamalia
      • anjing
        • pudel
        • herder
      • sapi
    • burung
      • unggas
        • itik
        • ayam
      • manuk
    • ikan
      • teri
      • tongkol
    • serangga
      • semut
      • capung
  • tumbuhan

yang dimaksud dengan hubungan antara kelas atasan dan kelas bawahan dalam bagan di atas ialah hubungan makhluk dengan bakteri, hewan, damn tumbuhan atau hubungan hewan dengan mamalia, burung, ikan, dan serangga. Sementara itu, hubungan kelas bawahan dan kelas atasan ialah hubungan bakteri, hewan dan tumbuhan dengan makhluk, atau hubungan mamalia, burung, ikan, dan serangga dengan hewan.

IV.7 Istilah Meronim

sunting

Istilah Meronim ialah istilah yang maujud (entity) yang ditunjuknya merupakan bagian dari maujud lain yang menyeluruh. Istilah yang menyeluruh itu disebut holonim. Berikut ini adalah bagan meronimi tubuh.

Tubuh

  • kepala
    • rambu
    • dahi
    • mata
    • hidung
    • telinga
    • mulut
      • lidah
      • gigi
      • bibir
        • bibir atas
        • bibir bawah
  • leher
  • dada
  • lengan
  • tungkai

bagan di atas memperlihatkan kata yang mengandung makna keseluruhan yang memiliki kedudukan lebih tinggi daripada kata bagiannya atau makna keseluruhan dianggap meliputi makna bagian. Kata tubuh mengandung makna keseluruhan yang mencakupi makna dada, lengan, dan tungkai. Hubungan antara tubuh dan bagiannya disebut hubungan kemeroniman. Hubungan kemeroniman dibedakan atas hubungan tubuh dengan bagiannya, hubungan kumpulan dengan anggotanya, serta hubungan antara massa dengan unsurnya tubuh adalah keseluruhan yang terjadi dari keutuhan seluruh bagiannya; kumpulan adalah keseluruhan yang terjadi dari gabungan seluruh anggotanya; massa merupakan keseluruhan yang terjadi dari peleburan seluruh unsurnya.