Riwayat
Gelitikkan, musim, panasmu ke usiaku
bersama matari. Dari jauh
bumi tertidur oleh nafasmu, dan oleh daun
yang amat rimbun dan amat teduh
dan seperti mimpi
laut kian perlahan
kian perlahan
Pada saat itu seorang tua pun jatuh di makamnya
Pada saat itu seorang anak pun bangkit dari buaiannya
Ia tampil kepadaku, bicara padaku:
saudaraku hembuskan sajak ke paru-paruku
Lalu kuhembuskan sajak ke rabunya
Tapi ia tumbuh juga jadi tua
Meskipun di matanya
ada puisi
yang seakan-akan menjanjikan
hidup abadi
(Maka aneh. Ketika ia mati musim belum lagi mati
ketika ia ditanamkan, bunga tumbuh di pusat makam
Dan ketika ia dilupakan matahari
berkata pelan: sayang, memang sayang)