Surat-surat tentang Lapar
untuk Atiek,
di Gunung Kidul
Tandus kapur mengepung
Cinta pedih rembulan gunung
Kesetiaan penghuni malam-malam hari
Mendesak lapar dan erang sunyi
Dan membisu mati ini
Di punggung kapur tanah putih
Menangkis seribu musim paceklik
Menanti kembali setiap detik
untuk Mardi,
di kota kelahiran
Di seluruh tanah, di seluruh kemarau
Bayangan tangan rebah menjangkau
Menghempas tinju ke sepi segala
Antara malam dan dengkur lupa
Dan tentang esok
Di pagi putih kemuning rontok
Kembali lagi senyum abadi
senyum yang lapar, yang bersendiri
untuk Don,
dan untuk Basuki
Lapar berada di senja begini: yang berdalih
Dari segala jemari letih
Yang terangguk dalam gemetar malam buta
Yang tersisih jauh dari kata