Wayang Cina-Jawa di Yogyakarta/Bab 2

BAB II

FUNGSI DAN PERANAN SOSIAL

Adapun fungsi sosial wayang Cina – Jawa sebagai sebuah bentuk seni pertunjukan, ialah menjadi salah satu jenis pertunjukan umum. Artinya, wayang Cina – Jawa dipertunjukkan atas permintaan masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Warga masyarkat, tanpa memandang kedudukan sosial dan keturunan, dapat menyelenggarakan pertunjukan wayang Cina – Jawa ditempat yang dikehendakinya. Tentu saja setelah dicapai kesepakatan dengan Gan Thwan Sing mengenai imbalan dan jadwal pertunjukan.

Segi lain dari fungsi sosial wayang Cina – Jawa sebagai satu jenis pertunjukan umum yang hanya dapat dilaksanakan secara berkelompok (kolektif), ialah menjadi sumber penghasilan bagi sejumlah orang dengan keluarga masing-masing. Mereka yang dapat memperoleh penghasilan dalam bentuk uang dari wayang Cina – Jawa setiap kali dipertunjukkan, adalah : para dalang dan pembantu-pembantunya, para pemusik (niyogo) dan para biduan (sindhen, waranggana). Juga pemilik alat-alat musik (gamelan) memperoleh imbalan, karena Gan Thwan Sing tidak memiliki orkes gamelan sendiri. Jadi setiap kali akan melaksanakan pertunjukan, harus menyewa orkes dua perangkat (slendro - pelog). Atau, orang yang menyelenggarakan pertunjukan (nanggap = bahasa Jawa) itulah yang mengusahakan adanya orkes gamelan tersebut. Malah orang yang bertindak sebagai pemberi dana untuk pembuatan wayang Cina – Jawa itu, juga memperoleh sebagian dari imbalan yang diterima Gan Thwan Sing setiap kali ada pertunjukan.

Adapun peranan sosial wayang Cina – Jawa sebagai sebuah bentuk seni pertunjukan, ialah menjadi salah satu media hiburan masyarakat secara visual dan auditif. Segi lain dari peranan sosial wayang Cina – Jawa itu, ialah sebagai salah satu media pendidikan tentang nilai-nilai moral. Sebab dari tema berbagai lakon yang disajikan serta perilaku para tokoh wayang dalam setiap lakon, masyarakat dapat memetik hikmatnya yang sangat bermanfaat untuk lebih memperkaya butir-butir keluhuran budi pekerti. Masih ada segi lain dari peranan sosial wayang Cina – Jawa itu. Yakni, sebagai media kultural untuk dengan penuh keserasian

19

lebih mengakrabkan hubungan timbal balik antara masyarakat Cina dan keturunan Cina dengan masyarakat seputarnya.

Pada masa kini, jika wayang Cina – Jawa sebagai sebuah bentuk seni pertunjukan dihidupkan kembali kegiatannya, tentulah akan mempunyai potensi sebagai sarana wisata budaya. Untuk menghidupkan kembali kegiatan wayang tersebut di kota Yogyakarta, bukanlah sesuatu yang mustahil dilakukan. Sebab koleksi wayang tersebut yang masih utuh satu kotak dan dalam keadaan terawat baik di Museum Sono Budoyo, masih memungkinkan untuk dipertunjukkan secara berkala. Atau dibuat lagi turunan wayang tersebut dengan mencontoh yang tersimpan di Museum Sono Budoyo. Sedangkan tenaga para dalang untuk menyajikan wayang tersebut, dapat dibina kembali. Mengenai buku lakon (pakem), masih dapat diusahakan dengan penulisan gubahan-gubahan baru. Dapat pula dilakukan kerjasama dengan Dr. F. Seltmann yang masih menyimpan, merawat sejumlah naskah asli buku lakon karya cipta Gan Thwan Sing, untuk memperoleh turunannya.

Bahwa wayang Cina – Jawa di Yogyakarta, merupakan suatu jenis pertunjukan wayang yang sangat menarik perhatian seluruh golongan masyarakat, kiranya telah dibuktikan oleh sejarah.

20