Dampak Penyuluhan Bahasa Indonesia Bagi Guru SD di Kota Padang/Bab 4

BAB IV

ANALISIS DAMPAK PENYULUHAN

DALAM KARANGAN SISWA


4.1 Pengantar

Untuk melihat dampak penyuluhan bagi anak didik (siswa), dilakukan juga penelitian terhadap hasil karangan siswa berdasarkan gambar yang telah ditentukan oleh tim peneliti. Ketiga gambar itu mempunyai tema yang berbeda, yaitu "Ulang Tahun”, “Jam Istirahat di Sekolah”, dan "Memperingati Hari Kemerdekaan”.

Analisis terhadap karangan siswa itu didasarkan pada Materi yang diberikan di dalam penyuluhan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Bentuk dan Pilihan Kata, Struktur Kalimat dan Paragraf, dan Apresiasi Sastra. Penilaian dilakukan dengan sistem digit, dengan kategori B (baik) nilai 71-80, C (cukup) nilai 51-70, dan K (kurang) nilai 30-50.


4.2 Penggunaan Ejaan

Penilaian terhadap penggunaan Ejaan dalam karangan siswa meliputi 1) pemakaian huruf, terutama pada pemenggalan kata, 2) pemakaian huruf kapital, 3) penulisan kata, Meliputi kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, dan kata depan, 4) pemakaian tanda baca, meliputi tanda koma dan tanda titik. 4.21 Pemenggalan Kata

Dalam karangan siswa ditemukan beberapa kesalahan pemenggalan kata. Hal itu dapat dilihat sebagai berikut.

(1) Ada beberapa orang tua murid lain yang mau membantu menyediakan kebutuhan peralatan sekolah (27.2 A).

(2) Di sekitar halaman sekolah bunga-bunga telah tumbuh berseri bag-ai taman yang indah (28.3 B)

Pemenggalan yang dilakukan pada kalimat (1) dan (2) tidak tepat karena pemenggalan kata dilakukan setelah konsonan. Jika di tengah kata ada huruf konsonan dan vokal, maka pemenggalannya dilakukan sebelum konsonan atau setelah vokal. Berdasarkan konsep pemenggalan kata, kata orang dapat dipenggal menjadi o-rang. Namun, pemenggalan kata di dalam teks tidak boleh meninggalkan satu huruf dalam pergantian baris. Oleh karena itu, sebaiknya kata orang tersebut tidak dipenggal. Perhatikan kalimat perbaikan di bawah ini.

(1a) Ada beberapa orang tua murid lain yang mau membantu menyediakan kebutuhan peralatan sekolah.

(2a) Di sekitar halaman sekolah bunga-bunga telah tumbuh berseri bagai taman yang indah (28.3 B)

Contoh lain dapat dilihat sebagai berikut.

(3) Pertama-tama Rina menyuap-kan kue kemulut mama dan papanya sotelah itu ia bagikan ke-pada terman-temannya. (28, 2, SP)

(4) Arif telah berhasil mendapa-tkan sepatu dan bendera setelah memanjat pinang. (31,4)

Pemenggalan kata menyuap=kan kemulut, dan ke-pada pada (3) tidak benar karena penulisan akhiran -kan dipisahkan dengan kata yang mendahuluinya, yaitu



34 menyuap. Dalam penulisan kata tersebut awalan dan akhiran dituliskan Serangkai dan hanya dapat dipenggal pada pergantian baris dengan menggunakan tanda hubung. Penulisan kata depan ke pada kata kemulut dan ke-pada juga tidak benar karena fungsi ke pada kedua bentuk itu berbeda. Pada kata kemulut, penulisan ke harus dipisahkan dari kata mulut karena bentuk ke tersebut berfungsi sebagai kata depan, Sedangkan ke pada kata kepada harus digabungkan.

Pemenggalan kata mendapa-tkan pada kalimat (4) tidak benar karena pemenggalan dilakukan terhadap kata dasarnya. Kata berimbuhan dapat saja dipenggal berdasarkan imbuhannya, misalnya, men-dapat-kan, atau mendapat-kan, atau men-dapatkan, jika kata itu terdapat pada pergantian baris. Semestinya, karangan siswa itu dituliskan seperti dalam Kalimat perbaikan berikut ini.


(3a) Pertama-tama Rina menyuapkan kue ke mulut mama dan papanya setelah itu ia bagikan kepada teman-temannya.

(3a) Arif telah berhasil mendapat-kan sepatu dan bendera setelah memanjat pinang.

(4) Kami membikin per-lombaan memanjat pinang. (3,1,A)


Penulisan kata per-lombaan pada kalimat (4) tidak benar bengaaa menggunakan tanda hubung, sedangkan kata tersebut tidak terletak pada pergantian baris. Di samping itu penggunaan kata membikin pada kalimat tersebut juga kurang tepat. Penulisan imbuhan diserangkaikan dengan kata dasar tanpa menggunakan tanda hubung. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini,

(4a) Kami mengadakan perlombaan panjat pinang.


35

4.2.2 Penulisan Huruf

Selain kesalahan pemenggalan kata, juga ditemukan beberapa kesalahan penulisan huruf kapital dalam karangan siswa. Hal itu dapat dlihat sebagai berikut.


(5) andi juga mengundang teman-temanya disekolah dan di rumah. (10, 1, BB)


Penulisan nama andi pada kalimat (5) tidak benar karena tidak menggunakan huruf kapital. Dalam Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2002:7) dinyatakan bahwa huruf kapital dipakai pada setiap unsur nama orang. Di samping itu, penulisan kata depan di-pada kata di sekolah juga tidak benar karena penulisan kata depan harus dipisahkan. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.


(5a) Andi juga mengundang teman-temanya di sekolah dan di rumah.

(6) Pada tanggal 16 agustus, Ana berulang tahun yang ke 7. (3.2, SM)


Penulisan kata agustus pada kalimat (6) tidak benar karena penulisannya menggunakan huruf kecil. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertma nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contohnya, tahun Hijriah, hari Sonin, hutan Desember, dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Penulisan angka bilangan pada kalimat (6) juga tidak benar karena tidak menggunakan tanda hubung. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.


(6a) Pada tanggal 16 Agustus, Ana berulang tahun yang ke-7.

(7) .... ia bermain bersama-sama temannya itu yang bernama ani, ana, susi, dewi, dona. (15, 1, KL)


36 Penulisan kata ani, ana, susi, dewi, dan dona pada kalimat (7) tidak tepat karena tidak menggunakan huruf kapital. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Di Samping itu, pada rincian nama orang harus digunakan kata dan dalam kalimat tersebut Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini,


(7a) .. ia bermain bersama-sama temannya itu yang bernama Ani, Ana, Susi, Dewi, dan Dona.

(8) Terima kasih ya ... allah. (1, 5, C)


Penulisan kata allah pada kalimat (8) tidak tepat karena menggunakan huruf kecil. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.


(8a) Terima kasih ya ... Allah. (9) Sekolahku yang indah? (6, 1, BB)


Penulisan kata indah pada judul karangan (9) tidak benar karena tidak menggunakan huruf kapital. Huruf kapital digunakan pada setiap awal kata judul karangan. Perhatikan kalimat berikut ini.


(9a) Sekolahku yang Indah?


4.2.3 Penulisan Kata

Disamping kesalahan pemenggalan kata dan penulisan huruf dalam karangan siswa juga ditemukan kesalahan penulisan kata. Kesalahan kata. Kesalahan penulisan kata turuna, penulisan kata ulang, penulisan kata ganti, penulisan kata depan, serta penulisan angka dan bilangan.


37

4.2.2 Penulisan Huruf

Selain kesalahan pemenggalan kata, juga ditemukan beberapa kesalahan penulisan huruf kapital dalam karangan siswa. Hal itu dapat dlihat sebagai berikut.


(5) andi juga mengundang teman-temanya disekolah dan di rumah. (10, 1, BB)


Penulisan nama andi pada kalimat (5) tidak benar karena tidak menggunakan huruf kapital. Dalam Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2002:7) dinyatakan bahwa huruf kapital dipakai pada setiap unsur nama orang, Di samping itu, penulisan kata depan di- pada kata di sekolah juga tidak benar karena penulisan kata depan harus dipisahkan. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.


(5a) Andi juga mengundang teman-temannya di sekolah dan di rumah.

(6) Pada tanggal 16 agustus, Ana berulang tahun yang ke 7. (3,2, SM)


Penulisan kata agustus pada kalimat (6) tidak benar karena penulisannya menggunakan huruf kecil. Huruf ka pi tal dipakai sebagai huruf pertina nama tahun, bulan, hari, hari Cage dan peristiwa sejarah. Contohnya, tahun Hijriah, hari Senin, bulan Desember, dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Penulisan angka bilangan pada kalimat (6) juga tidak benar karena tidak menggunakan tanda hubung. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.


(6a) Pada tanggal 16 Agustus, Ana berulang tahun yang ke-7

(7) ... ia bermain bersama-sama temannnya itu yang bernama ani, ana, susi, dewi, dona. (15, 1, KL)



36 Penulisan kata ani, ana, susi, dewi, dan dona pada kalimat (7) tidak tepat karena tidak menggunakan huruf kapital. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Di samping itu, pada rincian nama orang harus digunakan kata dan dalam kalimat tersebut Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.


(7a).. ia bermain bersama-sama temannya itu yang bernama Ani, Ana, Susi, Dewi, dan Dona.
(8) Terima kasih ya ... allah. (1, 5, C)

Penulisan kata allah pada kalimat (8) tidak tepat karena menggunakan huruf kecil. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.


(8a) Terima kasih Allah. ya.
(9) Sekolahku yang indahh? (6, 1, BB)

Penulisan kata indah pada judul karangan (9) tidak benar karena tidak menggunakan huruf kapital. Huruf kapital digunakan pada setiap awal kata judul karangan. Perhatikan kalimat berikut ini.

(9a) Sekolahku yang Indah?


4.2.3 Penulisan Kata

Di samping kesalahan pemenggalan kata dan penulisan huruf, di dalam karangan siswa juga ditemukan kesalahan penulisan kata. Kesalahan penulisan kata itu meliputi kesalahan penulisan kata turunan, penulisan kata ulang. penulisan kata ganti, penulisan kata depan, serta penulisan angka dan bilangan. 4.2.3.1 Penulisan Kata Turunan

Dalam karangan siswa banyak ditemukan kesalahan penulisan kata turunan. Hal itu dapat dilihat berikut ini.


(10) ... yang akan di hukum oleh protokol dengan membacakan kata-kata yang ada di dalam balon tersebut. (1,4, KL)

(11) ... sesudah ia bermain karet itu dan ia ber belanja lagi. (11, 2. KL)

(12) tina dan fita meng hitung lagi uang itu setelah pak guru memanggil mereka. (12, 2, KL)

Penulisan kata di hukum, ber belanja, dan meng hitung pada kalimat (10), (11), dan (12) tidak tepat karena penulisan imbuhan dan kata dasar tidak digabungkan. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Perhatikan perbaikan kailmat berikut ini.


(10a) ... yang akan dihukum oleh protokol dengan membacakan kata-kata yang ada di dalam balon tersebut.

(11a) " sesudah ia berrnain karet itu dan ia berbelanja api.

(12a) tina dan fita menghitung lagi uang itu setelah pak guru memanggil mereka.


Berikut ini contoh yang lain,

(13) .. kami semua bertepuk-tangan untuk memberi semangat karena mereka saling kompak. (14, 1, BB)


Penulisan kata bertepuk tangan pada kalimat (13) tidak perlu menggunakan tanda hubung. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.

(13a) .. kami semua bertepuk tangan untuk memberi semangat karena mereka saling kompak.




38 4.2.3.2 Penulisan Kata Ulang

Dalam karangan siswa banyak ditemukan kesalahan penulisan kata ulang. Hal itu dapat dilihat berikut ini.

(14) Ani mulai mengundang temannya-temannya untuk datang ke rumahnya hari Minggu. (7, 2, KL)

Penulisan kata ulang pada kalimat (14) tidak tepat karena pengulangan dilakukan dengan mengikutsertakan kata gantinya. Pengulangan dapat dilakukan dengan mengulang kata dasar secara lengkap, setelah itu diberikata ganti posesif--nya. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.

(14a) Ani mulai mengundang teman-temannya untuk datang ke rumahnya hari Minggu.

Contoh lain dapat dilihat berikut ini.

(15) Murid 2x sedang bermain di waktu istirahat (4, 1, KL)
(16) Ani membawa karet itu dari rumah dan Animengajak temanxxnya untuk menjalin karet itu terlebih dahulu. (11, 2, KL)

Penulisan kata ulang murid2x dan temanxxnya pada kalimat (15) dan (16) tidak benar atau sangat tidak dianjurkan karena telah menggantikan fungsi tanda hubung sebagai tanda baca dalam kaidah Ejaan. Angka 2 seperti pada kata murid2x dan x, tidak terdapat pada kaidah Ejaan dan itu berarti bahwa bentuk itu hanya dapat digunakan pada ragam tak resmi, seperti tulisan cepat dan notula. Seharusnya bentuk tersebut tidak dipakai pada teks karangan di sekolah. Perhatikan kalimat berikut ini.


(15a) Murid-murid sedang bermain di waktu istirahat.
(16a) Ani membawa karet itu dari rumah dan Ani mengajak teman-temanya untuk menjalin karet itu terlebih dahulu.

4.2.3.3 Penulisan Kata Ganti

Kesalahan penulisan kata ganti juga banyak ditemukan dalam karangan siswa. Hal itu dapat dilihat berikut ini.

(18)Aku akan mengundang teman-teman di sekolah dan di lingkungan rumah ku. (22, 1, BB)
(19) ....aku merayakan nya dengan mengundang teman ku dan juga tetangga-tetanggaku. ( 18, 1, C)
(20)Pada saat itu ada acara meletuskan balon dan mendapatkan hukuman nya. (1, 3, SM)
(21)... la setiap hari mencari nafkah untuk membiayai hidup ku (9, 4, SM)

Penulisan rumah ku, teman ku, hukuman nya, kehidupanmu, dan matematika mu pada kalimat (18), (19), (20), dan (21) tidak benar karena penulisannya dipisahkan. Kata ganti ku, kau, mu, dan nya penulisannya diserangkaikan dengan kata yang mendahului atau mengikutinya. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.


(18a) Aku mengundang teman-teman di sekolah dan di lingkungan rumahku.
(19a)...aku merayakannya dengan mengundang temanku dan juga tetangga-tetanggaku.
(20a) Pada saat itu ada acara meletuskan balon dan mendapatkan hukumannya.
(21a) la setiap hari mencari nafkah untuk membiayai hidupku 4.2.3.4 Penulisan Kata Depan


Kesalahan penulisan kata depan juga banyak ditemukan dalam karangan siswa. Hal itu dapat dilihat berikut ini.

(22) Widya menangis kesakitan dan kami menolongnya berjalan kekantor (22, 4, KL)

(23) Mereka kembali kekelasnya masing-masing dan belajar seperti semula. (3, 2, B)

(24) Saya melihat orang itu hampir tiba diatas.aa (4, 1, BB)

(25) Semua teman-temanku menyanyikan lagu untukku dan teman-temanku bersama-sama makan lontong isitu. (26, 3, BB)


Penulisan kata kekantor, kekelasnya, diatas, dan disitu pada kalimat (22),(23), (24), dan 25) tidak benar karena penulisan kata depan di, ke dan dari digabungkan dengan kata yang mengikutinya. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.


(22a) Widya menangis kesakitan kami menolongnya berjalan ke kantor

(23a) Mereka kembali ke kelasnya masing-masing dan belajar seperti semula.

(24a) Saya melihat orang itu hampir tiba di atas.

(25a) Semua teman-temanku menyanyikan lagu untukku dan teman-temanku bersama-sama makan lontong di situ.


4.2.3.5 Penulisan Angka dan Lambang Bilangan

ditemukan dalam karangan siswa. Hal itu dapat dilihat Kesalahan penulisan angka dan lambang bilangan juga berikut ini.

(26) Teman-temanku merayakan ulang tahunnya yang ke 7. (25,1,SM)

Penulisan lambang bilangan tingkat pada kalimat (26) tidak tepat karena tidak menggunakan tanda hubung. Penulisan lambang bilangan dengan angka dan yang menggunakan kata depan ke harus menggunakan tanda hubung. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.


(26a) Teman-temanku merayakan ulang tahunnya yang ke-7.
(27) Kata nenekku pada tahun 40 an banyak orang yang kekurangan gizi karena pada saat itu kita belum merdeka. Sekarang kita telah lama merdeka kata nenek mari kita rayakan bersama-sama. (11, 6, SM)

Penulisan lambang bilangan dalam (27) tidak tepat karena lambang bilangan yang menggunakan angka dan mendapatkan akhiran -an harus diberi tanda hubung. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.

(27) Kata nenekku pada tahun 40-an banyak orang yang kekurangan gizi karena pada saat itu kita belum merdeka. Sekarang kita telah lama merdeka kata nenek mari kita rayakan bersama-sama. (11, 6, SM)


4.2.4 Penggunaan Tanda Baca

Dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2002: 34) dinyatakan beberapa kaidah penulisan tanda baca. Dalam karangan siswa, kesalahan penggunaan tanda baca ini hanya meliputi penggunaan tanda koma dan tanda titik. 4.2.4.1 Penggunaan Tanda Koma


Dalam karangan siswa jarang sekali digunakan tanda koma sehingga pembaca kekurangan napas ketika membaca karangan tersebut. Di samping itu, boleh jadi pemahaman pembaca tentang apa yang ditulis dalam kalimat itu akan berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh penulisnya. Pemakaian tanda koma itu juga diatur di dalam ejaan. Perhatikan contoh karangan siswa yang tanpa tanda koma berikut ini.


(28) Tadi siang di depan sekolah saya melihat orang berlomba memanjat pohon pinang. (4,1, BB) Kalimat (28) tidak benar karena tidak menggunakan tanda koma. Padahal, kaidah menyatakan bahwa tanda koma digunanakan pada kalimat yang keterangannya mendahului subjek. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.

(28a) Tadi siang di depan sekolah, saya melihat orang berlomba memanjat pohon pinang.

(29) Hari sudah malam saya paman menginap di kampung, dan paginya saya dan paman berangkat ke stasiun kereta api, (4, 3, BB)

Kalimat (29) tidak benar karena menggunakan tanda koma pada kalimat majemuk setara. Perhatikan perbaikan kalimat itu berikut ini.


(29a) Hari sudah malam saya dan paman menginap di kampung dan paginya saya dan paman berangkat ke stasiun kereta api, .... (4, 3, BB)

(30) "Rina kenapa kamu sedih?," tanya salah seorang temannya. (8, 2. SM)


dalam Penggunaan tanda koma pada petikan langsung kalimat (30) tidak tepat karena diletakkan sebelum tanda petik dua. Padahal, kaidah menyebutkan bahwa tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dan kalimat yang mengikutinya. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.

(30a) "Rina, kenapa kamu sedih?", tanya salah seorang temannya.
(31)Hari itu kami membeli baju sepatu kaus dan topi untuk adik yang berulang tahun. (12, 1, B)
(32)Pada hari Sabtu sekolah kami mengadakan macam-macam perlombaan misalnya lomba panjat pinang makan kerupuk, dan pacu karung. Di sana orang ramai sekali. (2, 1, A)

Kalimat (31) tidak benar karena tidak menggunakan tanda koma pada perincian, sedangkan kalimat (32) tidak menggunakan tanda koma sebelum dan sesudah kata misalnya serta pada perincian. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.

(31a) Hari itu kami membeli baju, sepatu, kaus, dan topi untuk adik yang berulang tahun. (12, 1, B)
(32a) Pada hari Sabtu sekolah kami mengadakan macam-macam perlombaan, misalnya, lomba panjat pinang, makan kerupuk, dan pacu karung. Di sana orang ramai sekali. (2, 1, A)


4.2.4.2 Penggunaan Tanda Titik'

Hampir pada setiap karangan siswa tidak digunakan tanda titik sehingga pembaca tidak mengetahui bahwa informasi yang disampaikan telah berakhir. Berdasarkan penilaian terhadap karangan siswa, kesalahan penggunaan tanda titik hanya ditemukan dalam pembentukan kalimat. Siswa sering tidak menggunakan tanda titik untuk menandai bahwa kalimat tersebut telah berakhir Berikut adalah beberapa contoh kesalahan penggunaan tanda titik.

(32) Tiap hari 'Budi bermain sama Imron di belakang sekolah Imron mereka bermain layang-layang Setelah itu mereka bermain bola dengan teman- teman yang lain Sudah sore baru mereka pulang ke rumah masing-masing (24.1.1C)
(33) Tomi diajak bermain dengan Tina ke rumah Hari Di sana sedang diadakan selamatan Tomi dan Tina ikut membantu Hari yang sedang mencuci piring

mereka bekerja dengan senang hati (20, 1, B)


Tidak satu pun kalimat dalam teks karangan siswa tersebut yang menggunakan tanda titik. Bukankah ada kaidah yang menyatakan bahwa setiap kalimat diakhiri dengan tanda titik? Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.


(32a) Tiap hari Budi bermain bersama Imron di belakang sekolah Imron. Mereka bermain layang-layang. Setelah itu, mereka bermain bola dengan teman-teman yang lain. Sudah sore baru mereka pulang ke rumah masing-masing. (24.1.1C)
(33a) Tomi diajak bermain oleh Tina ke rumah Hari. Di sana sedang diadakan selamatan. Tomi dan Tina ikut membantu Hari yang sibuk mencuci piring.

Mereka bekerja dengan senang hati. (20, 1, B)


Contoh (27) dikutip kembali menjadi contoh (34). Selain bermasalah dengan penulisan lambang bilangan, yaitu pada 40-an, kalimat tersebut bermasalah dengan pemakaian tanda petik ("..") karena terdapat kutipan langsung.


(34) Kata nenekku pada tahun 40-an banyak orang yang kekurangan gizi karena pada saat itu kita belum mardeka. Sekarang kita telah lama merdeka kata nenek mari kita rayakan bersama-sama. (11, 6, SM)


Dalam contoh (34) kalimat yang berbunyi. pada tahun 40-an... merdeka. Sekarang kita telah lama mardeka harus diapit dalam dua tanda petik karena kalimat itu merupakan kutipan langsung. Perhatikan perbaikannya berikut ini.


(34a) Kata nenekku, "pada tahun 40-an banyak orang yang kekurangan gizi karena pada saat itu kita belum mardeka". "Sekarang kita telah lama merdeka," kata nenek. "Mari kita rayakan bersama-sama." (11, 6, SM)


4.3 Hasil Penilaian Karangan Siswa

Setelah dilakukan penilaian terhadap seluruh hasil karangan siswa dari tiga kecamatan di Kota Padang, yaitu Kecamatan Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, dan Pauh dapat ditetapkan hasilnya sebagai berikut.


4.3.1 Penggunaan Ejaan dalam Karangan Siswa di Kecamatan Lubuk Kilangan

Berdasarkan hasil penilaian terhadap 85 hasil karangan siswa SD di Kecamatan Lubuk Kilangan dapat dinyatakan bahwa sebagian besar siswa belum memahami dan sekaligus belum menerapkan kaidah ejaan di dalam karangan mereka.H al dapat dibuktikan dengan nilai yang diperoleh oleh masing-masing siswa, yaitu 9 siswa atau 10,6% mendapat nilai B, 46 siswa atau 54,1% mendapat nilai C, dan 30 siswa lainnya atau 35,35% mendapat nilai K. Secara terperinci dapat dilihat tabel berikut ini

46

TABEL 1
PENGUASAAN SISWA TERHADAP EJAAN DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 15 Koto Ilalang Lubuk Kilangan 26 3 9 14
2. SD 05 Bandar Buat Lubuk Kilangan 31 1 18 12
3. SD Semen Padang Lubuk Kilangan 28 5 19 4
Jumlah Siswa 85 9 46 30
Persentase 100% 10,6% 54,1% 35,3%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.3.2 Penggunaan Ejaan dalam Karangan Siswa di Kecamatan Lubuk Begalung

Hasil penilaian terhadap 95 karangan siswa SD di Kecamatan Lubuk Begalung menunjukkan bahwa tingkat Penguasaan siswa terhadap Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan lebih baik jika dibandingkan dengan penguasaan siswa di Kecamatan Lubuk Kilangan. Hal itu dapat dibuktikan dengan nilai yang diperoleh oleh masing-masing siswa.

Hasil penilalain itu menunjukkan bahwa hanya 4 siswa atau 4,24 mendapat nilai B, 48 siswa atau 50,5% mendapat nilai C, dan 43 siswa atau 45,5 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap Ejaan cukup baik. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 2
PENGUASAAN SISWA TERHADAP EJAAN DI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 30 Lubuk Begalung Lubuk Begalung 32 - 6 26
2. SD 05 Pampangan Lubuk Begalung 34 - 23 11
3. SD 36 Cengkeh Lubuk Begalung 29 4 19 6
Jumlah Siswa 95 4 48 43
Persentase 100% 4,2% 50,5% 45,3%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.3.3 Penggunaan Ejaan dalam Karangan Siswa di Kecamatan Pauh

Hasil penilaian terhadap 80 karangan siswa SD di Kecamatan Pauh, menunjukkan bahwa tidak seorang pun siswa yang mendapat nilai B dan C. Artinya, seluruh siswa mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap Ejaan sangat rendah, Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 3
PENGUASAAN SISWA TERHADAP EJAAN DI KECAMATAN PAUH
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 13 Padang Pauh 23 - - 23
2. SD 02 Inti Puah 38 - - 38
3. SD 06 Piai Pauh 19 - - 19
Jumlah Siswa 80 - - 80
Persentase 100% - - 100%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.3.4 Rekapitulasi Penguasaan Ejaan dalam Karangan Siswa SD di Kecamatan Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, dan Pauh

Uraian secara rinci penguasaan siswa terhadap materi Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menunjukkan bahwa 260 siswa dari sembilan sekolah dasar yang berada di tiga kecamatan, hanya 13 orang siswa atau 36 yang mendapat nilai B, 94 siswa atau 36,24 mendapat nilai C, dan 153 orang lainnya atau 58,84 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penguasanaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan pada tiga kecamatan tersebut sangat rendah. Dengan kata lain, guru kelas belum berhasil menerapkan materi ini kepada siswa. Tabel berikut memperlihatkan secara lebih terperinci tentang jumlah siswa dari setiap SD dan perolehan nilai karangan mereka

TABEL 4
TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP EJAAN DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN, LUBUK BEGALUNG, DAN KECAMATAN PAUH
No. Nama SD Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 13 Padang 23 - - 23
2. SD Inti 02 38 - - 38
3. SD 06 Piai 19 - - 19
4 SD 15 Koto Lalang 26 3 9 14
5. SD 15 Bandar Buat 31 1 18 12
6. SD Semen Padang 28 5 19 4
7. SD 30 Lubuk Begalung 32 - 6 26
8. SD 03 Pampangan 34 - 23 11
9. SD 36 Cengkeh 29 4 19 6
Jumlah siswa 260 13 94 153
Persentase 100% 5% 36,2% 58,8%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

Berikut ini disajikan secara berturut-turut contoh karangan siswa yang mendapat nilai Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Masing-masing contoh dibicarakan tentang ketepatan dan sekaligus kesalahan penggunaan kaidah Ejaan. Berikut ini adalah karangan siswa dengan nilai Baik:

(35) pada hari Minggu tepatnya tangal 22 Juli aku merayakan hari ulang tahunku yang ke 7. Mulai dari pagi ibu telah sibuk mepersiapkan segala keperluan lainnya. Mulai dari menghias ruangan sampai pada membuat kue dan beberapa makanan kecil. Dengan senang hati akupun ikut membantu ibuku.
Ruang tamuku dihias dengan indah. Pada

tengah ruangan tergantung jelas tulisan berbunyi "Selamat Ulang Tahun". Dikiri-kanannya dihiasi dengan pita-pita diselingi dengan bintang. Balonpun tidak ketinggalan menambah semaraknya pesta ulang tahunku. Diatas meja yang beralas merah, diletakkan kue ulag tahun yang dihias cantik-cantik. Sebuah lilin berbentuk angka 7 terletak tepat ditengahnya.

Sejam sebelum acara dimulai aku telah siap menanti kedatangan teman-teman. Tidak lama kemudian satu persatu teman-temanku datang. Ada yang datang sendiri dan ada pula yang diantar oleh kakak dan ibunya. Aku sangat senang karena banyak temanku yang datang pada pesta ulang tahunku itu. (25 SM)

Karangan ini diberi nilai baik dengan beberapa alasan, misalnya, isi karangan tersebut terstruktur dengan baik. Dilihat dari segi ejaaanya, penulis (siswa) sangat memahami penggunaan kaidah Ejaan, yang meliputi penggunaan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Penggunaan huruf yang tepat terlihat pada penulisan nama orang dan di awal kalimat.

Selain tersebut penulisan kata yang tepat terlihat juga pada penulisan kata turunan yang digabungkan atau diserangkaikan dan penulisan kata depan yang dipisahkan. Penggunaan tanda baca yang tepat dapat dilihat pada penggunaan tanda titik pada setiap akhir kalimat dan pada angka yang menunjukkan waktu. Namun, ada penggunaan kata yang kurang tepat, yaitu penulisan pun yang digabungkan dengan kata yang mendahuluinya dan penambahan tanda hubung (-) pada bilangan tingkat. Di samping itu, terdapat juga penulisan kata kata depan yang tidak dipisahkan dengan kata yang mengikutinya. Akan tetapi, secara umum, dari 85 karangan yang dikumpulkan di kecamatan Lubuk Kilangan, karangan ini bernilai baik. Berikut ini adalah Karangan siswa dengan nilai Cukup: (36) Tepat pukul 10 00 kami sudah istrirahat. Anak- anak banyak pergi berbelanja ke kedai Buk Samin. Ani dan Dafid akan bermain karet. Tiba-tiba ada seekor anak kambing masuk ke pekarangan sekolah kami. Anak kambing itu memakan tanaman yang ada di taman sekolah kami. Dafit melempar batu ke kambing itu. Lalu kambing itu berlari ke luar pekerangan kami karena takut. Lalu Dafid melanjutkan bermain karet, tapi tak lama datang Rina anak kelas V. Ia ingin ikut bermian dengan Dafid.

Kemudian ada anak perempuan yang namanya Siti. Ia duduk di kelas IV. Ia juga ingin bermain dengan Dafid, tapi Dafit tidak mau karena teman main karet Dafid sudah terlalu banyak. (2, KL)

Dibandingkan dengan karangan sebelumnya, karangan ini jauh sekali bedanya, baik dilihat dari struktur atau jalan pikiran penulis (siswa)nya. Dilihat dari segi ejaannya, karangan ini diberi nilai cukup karena beberapa kaidah dan pilihan katanya tepat, misalnya, penulisan kata pukul dan pemakaian tanda baca, misalnya penggunaan huruf kapita pada umumnya dipegunakan dengan tepat. Berikut ini adalah karangan siswa dengan nilai Kurang:

(37) hari ini tanggal 22 juni 2003 Andi mengundang teman-teman untuk memperingatkan hari ulang tahunnya yang ke7 diadakan pukul 1.00 WIB siang tak lama kemudian muncul ani dan kawan kawanya yang lain dengan mengucapkan selamat ulang tahun semoga panjang umur dan lagi bahagia selalu setiap kawan-kawan andi yang datang mereka tak lupa membawa oleh-oleh sebagai buah tangan. Ada yang membawa sabun mandi ada yang membawabuku tulis. ada yang membawa jam tangan tepi ani membawa sebuah

al qur'an. Setelah kami dan andi bersama

bergembiraria maka kami bersama di suguhi kue ulang tahun serta sambil tertawa karena andi banyak mendapatkan hadiahnya. Tak lama andi membagikannya kepada adiknya bernama vivi dan ami ami menangis saja karena terlalu sedikit, Ibu dan Bapak andi tertawa bersama sama dengan kami....(20, C)


Pada karangan tersebut terlihat banyak kesalahan penggunaan ejaan, antara lain penggunaan huruf kapital, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Kesalahan penggunaan huruf kapital dapat dilihat pada setiap awal kalimat, nama kitab suci, dan nama orang. Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain. Begitu juga penulisan bilangan tingkatan yang tidak mengikuti kaidah.


4.4 Bentuk dan Pilihan Kata

Bentuk dan pilihan kata yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana siswa membentuk dan memilih kata dalam karangan mereka. Bentuk dan Pilihan Kata ini meliputi pengimbuhan, pengulangan, penggabungan atau pemajemukan, analogi, penulisan bentuk kata, dan penyerapan.


4.4.1 Penggunaan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Karangan Siswa


Setelah dilakukan penilaian terhadap hasil karanga siswa berdasarkan bentuk dan pilihan katanya, dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa terhadap bentuk dan pilihan kata ini sangat kurang. Kekurangpahaman siswa itu terutama berkaitan dengan pengimbuhan, yaitu pembentukan kata turunan dan kata ulang, pemajemukan, dan penyerapan, sedangkan kesalahan yang berkaitan dengan pemilihan kata berkaitan dengan penggunaan kata yang tidak tepat dalam konteks kalimat dan penggunaan dua kata yang memiliki makna hampir sama. 4.4.1.1 Pengimbuhan

Terdapat beberapa kesalahan dalam pengimbuhan atau pembentukan di dalam karangan siswa. Hal itu dapat dilihat berikut ini.


(38) Setelah dibolehkan istirahat, mereka segera belari keluar sambil meajak teman temanya mainkan bola. (3, 1, B)

(39) Keluargaku sedang mensiapkan semua keperluan mulai dari hiasan dan balon warna-warni (19, 2,C)

(40) ... saya tidak perlu lagi mensesuaikan diri dengan teman-teman di kelas karena saya telah lama kenal mereka... (7, 2, B)


Pengimbuhan pada kata ajak, siap, dan sesuai pada kalimat (38), (39),dan (40) tidak benar. Awalan me- jika diberi kata dasar ajak akan berubah menjadi meng-. Dengan demikian, pembentukan yang tepat untuk kata ajak adalah mengajak. Pengimbuhan pada kata siap dan sesuai juga tidak benar karena tidak mengikuti kaidah. Di dalam kaidah Ejaan disebutkan bahwa konsonan k, p, t, dan s akan luluh jika mendapat awalan me-. Awalan me- akan menjadi meny- jika diberi kata dasar yang berkonsonan awal 's-. Dengan demikian, pembetukan yang tepat untuk kedua kata itu adalah menyiapkan dan menyesuaikan. Perhatikan perbaikan kalimat di bawah ini.

(38a) Setelah dibolehkan istirahat, mereka segera belari keluar sambil meajak teman temannya mainkan bola. (3, 1, B)

(39a) Keluargaku sedang mensiapkan semua keperluan mulai dari hiasan dan balon warna- warni (19, 2, C)

(40a)... saya tidak perlu lagi mensesuaikan diri dengan teman-t eman di kelas karena saya telah lama kenal mereka... (7, 2, B)

4.4.1.2 Kata Ulang

Terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan kata ulang di dalam karangan siswa. Hal itu dapat dilihat dalam contoh berikut ini.

(41) Selain temannya-temannya, Ani akan mengundang juga Ibu guru dan bapak guru yang mengajar di kelas VI untuk datang ke rumahnya pada hari Minggu.
(42) Pemuda 2x di kampongku ikut bekerja membuat hias untuk acara peringatan tujuh belasan. Ada yang buat bendera kecil dari kertas plastik dan ada juga yang mencat botol aqua dengan merah putih.
(43) Ani membawa karet itu dari rumah dan Ani mengajak temanxxnya untuk menjalin karet itu terlebih dahulu.

Penulisan kata ulang pada kalimat (41), (42), dan (43) tidak benar karena tidak mengulang kata dasar secara benar dan menggunakan tanda hubung. Penulisan kata ulang hendaklah menggunakan tanda hubung. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini,

(41a) Selain teman-temannya, Ani akan mengundang juga bu guru dan bapak guru yang mengajar di kelas VI untuk datang ke rumahnya pada hari Minggu.
(42a) Pemuda-pemuda di kampongku ikut bekerja membuat hias untuk acara peringatan tujuh belasan. Ada yang buat bendera kecil dari kertas
plastik dan ada juga yang mengecat botol aqua dengan warna merah putih.
(43a) Ani membawa karet itu dari rumah dan Ani mengajak teman-temannya untuk menjalin karet itu terlebih dahulu.

4.4.1.3 Gabungan Kata atau Pemajemukan

Selain kekeliruan penulisan tanda ulang, di dalam karangan siswa juga ditemukan kesalahan atau kekeliruan penulisan gabungan kata atau kata majemuk.

(44) Selain lomba memanjat batang pinang, sekolah kami mengadakan lomba menuliskan panca sila dengan huruf yang indah-indah. Amri memenangkan juara I dan Lita juara II. (S.M.60).

Dalam kutipan karangan (44) terdapat kata panca sila yang ditulis terpisah. Penulisan kata tersebut tidak tepat karena ada kaidah yang menyatakan bahwa jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata tersebut ditulis serangkai sebagaimana yang terlihat dalam perbaikan berikut ini.

(44a) Selain lomba memanjat batang pinang, sekolah kami mengadakan lomba menuliskan pancasila dengan huruf yang indah-indah. Amri memenangkan juara I dan Lita juara II. (S.M.60).

4.4.1.4 Pemilihan Kata

Salah satu tujuan dalam pemilihan kata adalah agar tidak ada kata yang tidak cermat atau kalimat yang tidak bernalar, baik dalam bahasa lisan maupun dalam tulis. Dalam karangan siswa juga ditemukan kesalahan pemilihan kata. Hal itu dapat dilihat berikut ini.

(45) Setelah jarum jam menunjukkan angka 13.00 wib maka teman-teman sudah pada hadir. (1,3/KL)


Penggunaan kata pada kalimat (45) tidak tepat karena tidak menunjukkan tempat. Kata pada digunakan untuk menunjukkan waktu dan tempat. Jadi, kata pada tidak perlu dalam kalimat tersebut. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.


(45a) Setelah jarum jam menunjukkan angka 13.00 wib maka teman-teman sudah hadir.
(46) Tapi walau balon yang besar meletus kami tetap bisa bemain dengan balon yang kecil. (6,3,SM)


Kalimat (46) kurang tepat karena menggunakan dua konjungsi sekaligus. sebaiknya kata tersebut hanya memilih kata walaupun sebagai pengganti kata walau. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.

(46a) Walaupun balon yang besar meletus, kami tetap bisa bemain dengan balon yang kecil.
(47) Siswa kelas VI harus datang pagi-pagi sekali agar supaya dapat menghadiri upacara peringatan 17 Agustus yang dilaksanakan pada hari Minggu jam 08.00. (1,1, KL).


Penggunaan agar supaya dan jam pada kalimat (47) tidak tepat. Kata agar supaya memiliki makna yang sama. Sebaiknya dipilih salah satu dari kedua kata tersebut, lihat (47a) atau (47b). Pemakaian kata jam juga tidak tepat karena kata jam mengacu kepada benda dan lamanya waktu, tetapi tidak mengacu kepada waktu. Kata yang mengacu kepada waktu adalah kata pukul. Dengan demikian, kedua kata tersebut harus diubah, seperti dalam perbaikan berikut ini. (47a) Siswa kelas VI harus datang pagi-pagi sekali agar menghadiri upacara peringatan 17 Agustus yang dilaksanakan pada hari Minggu pukul 08.00. (1,1, KL).

(47b) Siswa kelas VI harus datang pagi-pagi sekali supaya dapat menghadiri upacara peringatan 17 Agustus yang dilaksanakan pada hari Minggu pukul 08.00. (1,1, KL).

(48)Di tempat itu banyak orang yang berjualan makanan dan minuman. Setelah saya membeli beberapa bungkus kue saya segera balik ke rumah. (4, 2, BB)

Penggunaan kata balik pada kalimat (48) tidak tepat karena dapat menimbulkan makna yang tidak jelas. Kata balik biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari. Namun, dalam teks karangan sebaiknya digunakan kata kembali. Perhatikan kalimat berikut ini.

(48a) Di tempat itu banyak orang yang berjualan makanan dan minuman. Setelah saya membeli beberapa bungkus kue saya segera kembali ke rumah. (4, 2, BB)

(49) Teman saya yang di bawah ikut terjatuh. Begitulah ceritanya. Semua orang tua juga banyak yang melihatnya. (5,1, BB)

Penggunaan kata-kata semua orang tua juga banyak pada kalimat (49) tidak tepat karena menyebabkan kalimat tersebut menjadi tidak efektif. Kata semua orang tua dan juga banyak memikili makna yang sama, Oleh sebab itu, sebaiknya hanya digunakan salah satu dari kedua kata itu.. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.

(49a) Teman saya yang di bawah ikut terjatuh. Begitulah ceritanya. Semua orang tua melihatnya.

4.4.2 Analisis Bentuk dan Pilihan Kata dalam Karangan Siswa di Kecamatan Lubuk Kilangan

Berdasarkan hasil penilaian terhadap 85 buah karangan siswa SD di Kecamatan Lubuk Kilangan, dapat diklasifikasi sebanyak 11 siswa atau 139 mendapat nilai B, 66 siswa atau 77,64 mendapat nilai C, dan 8 siswa atau 944 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat Penguasaan siswa terhadap bentuk dan pilihan kata di kecamatan ini cukup baik. Tabel berikut ini memperlihatkan dengan rinci tentang tingkat kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi Bentuk dan Pilihan Kata.

TABEL 5
TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP BENTUK DAN PILIHAN KATA DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 15 Koto Ilalang Lubuk Kilangan 26 3 20 3
2. SD 05 Bandar Buat Lubuk Kilangan 31 - 27 4
3. SD Semen Padang Lubuk Kilangan 28 8 19 1
Jumlah Siswa 85 11 66 8
Persentase 100% 13% 77,6% 9,4%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50 4.4.3 Analisis Bentuk dan Pilihan Kata dalam Karangan Siswa di Kecamatan Lubuk Begalung

Berdasarkan hasil penilaian terhadap 95 buah karangan siswa SD di Kecamatan Lubuk Begalung, dapat diklasifikasi jumlah siswa yang mendapat nilai B berjumlah 8 siswa atau 8,44, 42 siswa atau 44,295 mendapat nilai C, dan 45 siswa atau 47,44 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap bentuk dan pilihan kata cukup baik. Hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL 6
PENGUASAAN SISWA TERHADAP BENTUK DAN PILIHAN KATA DI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 30 Lubuk Begalung Lubuk Begalung 32 - 6 26
2. SD 05 Pampangan Lubuk Begalung 34 - 21 13
3. SD 36 Cengkeh Lubuk Begalung 29 8 15 6
Jumlah Siswa 95 8 42 45
Persentase 100% 8,4% 44,2 47,4

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.4.4 Analisis Bentuk dan Pilihan Kata dalam Karangan Siswa di Kecamatan Pauh

Dari hasil penilaian terhadap 80 buah karangan siswa SD di Kecamatan Pauh, dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai B, hanya 2 siswa atau 2,5% mendapat nilai C, dan 78 siswa atau 97,5% mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap bentuk dan pilihan kata di Kecamatan Pauh sangat rendah. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 7
TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP BENTUK DAN PILIHAN KATA DI KECAMATAN PAUH
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 13 Padang Pauh 23 - 1 22
2. SD 02 Inti Puah 38 - - 38
3. SD 06 Piai Pauh 19 - 1 18
Jumlah Siswa 80 - 2 78
Persentase 100% - 2,5% 97,5%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.4.5 Rekapitulasi Penggunaan Bentuk dan Pilihan Kata dalam Karangan siswa di Kecamatan Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung,dan Pauh

sunting

Setelah diuraikan secara rinci tentang penguasaan siswa terhadap materi Bentuk dan Pilihan Kata melalui karangan mereka, berikut ini disajikan rekapitulasi pemahaman siswa terhadap Bentuk dan Pilihan Kata pada kesembilan sekolah yang berada di tiga kecamatan tersebut. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi Bentuk dan Pilihan Kata pada ketiga kecamatan itu dapat dilihat dalam tabel berikut.

TABEL 8
TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP BENTUK DAN PILIHAN KATA DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN, LUBUK BEGALUNG, DAN KECAMATAN PAUH
No. Nama SD Jumlah Siswa Nilai
B S K
1. SD 13 Padang 23 - 1 22
2. SD Inti 02 28 - - 28
3. SD 06 Piai 19 - 1 18
4 SD 15 Koto Lalang 26 3 20 3
5. SD 15 Bandar Buat 31 - 27 4
6. SD Semen Padang 28 8 19 1
7. SD 30 Lubuk Begalung 32 - 6 26
8. SD 03 Pampangan 34 - 21 13
9. SD 36 Cengkeh 29 8 15 6
Jumlah siswa 260 19 110 131
Persentase 100 7,3 42,3 50,4

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

Berikut ini disajikan contoh karangan siswa yang mendapat nilai baik (B), cukup (C), dan kurang (K).

Nilai Baik:

Pada tahun lalu, aku tidak merayakan hari ulang tahunku yang ke 6. Aku sangat sedih, tetapi aku ikhlas karna orang tuaku tidak punya uang untuk merayakan ulang tahunku yang ke 6. Orang tuaku berbicara denganku. Ayahku berkata "Cobalah bersabar, karna insya allah akan dirayakan tahun besok pada ulang tahun yang ketujuh". Hatiku sangat senang karna akan dirayakan pada tahun besok.

Orang tuaku berjanji kalau ada uang akan dirayakan dengan sangat meriah sehingga menyenangkan hatiku dan juga hati teman-temanku. Mendengar kabar itu aku menjadi sangat senang. Aku berterima kasih kepada kedua orang tuaku dan aku juga bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. ...Aku dan kedua orang tuaku pergi ke pasar. Setibanya di pasar aku dan kedua orangtuaku pergi ke toko baju. Aku melihat gaun ulang tahun yang sangat bagus. Baju itu roknya kembang. Aku dan kedua orang tuaku menuju ke arah gaun ulang tahun itu. Orang tuaku berkata bahwa gaun itu sangat cantik dan cocok untuk aku pakai sewaktu hari ulang tahunku yang ke tujuh.... (20, SM)

Pada karangan tersebut terlihat siswa dapat membentuk kata dengan tepat dan memilih kata-kata yang bagus dan enak untuk dibaca sehingga pembaca tertarik untuk membaca karangan tersebut. Pembentukan kata yang tepat terlihat pada penulisan kata turunan dan kata ulang yang tidak salah, kata turunan selalu ditulis serangkai dengan kata dasar yang mengikuti atau mendahuluinya dan kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung. Siswa dapat mengembangkan karangan dengan baik. Hal itu menandakan bahwa siswa menguasai kosakata yang cukup banyak. Berikut ini adalah contoh karangan siswa yang mendapat nilai Cukup:


Pada hari Minggu, tepatnya tanggal 22 Juli, aku meRayakan hari ulang tahunku yang ke-7. Mulai dari pagi ibu telah sibuk mempersiapkan segala keperluan pesta, mulai menghias Ruangan sampai pada membuat kue ultah dan beberapa makanan lainnya. Dengan senang hati, aku pun ikut membantu ibu.


Ruang tamuku dihias dengan indah. Pada tengah-tengah ruangan tergantung jelas tulisan yang berbunyi “Selamat ulang tahun”. Dikiri-kananya dihiasi dengan pita-pita di-selingi dengan bintang. Balon pun tidak ketinggalan menambah semaRaknya

63

pesta ulang tahunku. Diatas meja yang beRalas merah, diletakkan kue ulang tahun yang dihias dengan cantik-catik sebuah lilin berbentuk angka 7 terletak tepat ditengahnya.

Sejam sebelum acara dimulai, aku telah siap menanti kedatangan teman-teman. Tidak lama kemudian satu-persatu teman-temanku datang, ada yang datang sendiri dan ada pula yang diantar oleh kakak dan ibunya. Aku sangat senang kaRena banyak temanku yang datang....(1,C)


Pada karangan itu siswa telah mampu membentuk dan memilih kata dengan cukup baik, tetapi masih terdapat kekurangtepatan pembentukan dan pemilihan katanya. Kesalahan pembentukan kata terlihat pada kata turunan yang menggunakan tanda hubung dan kata yang bukan kata ulang menggunakan tanda hubung. Kekurangtepatan pemilihan kata, antara lain, adalah: pada, mulai dan sejam, sebaiknya di, sejak, dan satu jam. Berikut ini adalah contoh karangan siswa yang mendapat nilai Kurang:


Amir dan Tono bamain di lapangan sekolah

Budi bamian sama Imron di belakang sekolah Imron

Tomi diajak bermain dengan Tina dirumah ani

Sinta diajak Ivo ber main di rumah ari

Rina diajak bermain catur dengan si ari di rumah rina Melidi suruh Rino membeli minyak di warung dekat rumah Toni

Toto diajak Tino ber main sepak bola di lapangan rumah Tino

Roni diajak bermain oleh Juni bermain bulu tangkis

Di lapangan sekolah Jupri

Tuti diajak Rini bermain putar tali di rumah Rini....(20,B)



64 Pada karangan itu terlihat tingkat penguasaan bentuk dan pilihan kata siswa sangat rendah. Kesalahan pembentukan kata terlihat pada penulisan kata turunan yang tidak benar. Bahkan, ia menggunakan kata turunan dalam bahasa Minangkabau, seperti bamain. Ketidaktepatan siswa memilih kata terlihat pada pengulangan beberapa kata, contohnya diajak dan bermain. Ketidakmampuan siswa mengembangakan karangan dengan baik dan menggunakan berbagai kosakata juga menunjukkan bahwa siswa tidak banyak menguasai kosakata.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan berbagai kesalahan dalam bentuk dan pilihan kata, yaitu kesalahan pembentukan kata dan penggunaan kata yang tidak tepat.


4.5 Penggunaan Kalimat

Pada bagian ini dianalisis penggunaan kalimat dalam karangan siswa. Penggunaan kalimat meliputi pemakaian kalimat tunggal, kalimat majemuk, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat campuran.

4.5.1 Penggunaan Kalimat Tunggal dalam Karangan Siswa

Di dalam karangan siswa ditemukan juga untaian kata-kata yang belum bisa disebut kalimat atau hanya sebagai penggalan kalimat. Hal itu dapat dilihat berikut ini.


(50) Selalu bermain tali di halaman sekolah kami. (22, 1, KL)

(51) Memanjat pohon pinang hanya memakai serawa tanpa baju. (24.2.KL)


Dilihat dari cirinya, contoh (50 dan 51) sudah memenuhi syarat sebagai sebuah kalimat, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Akan tetapi, kedua contoh itu belum memberikan informasi yang lengkap. Hal itu disebabkan oleh tidak adanya subjek, yaitu orang yang melakukan pekerjaan bermain dan memanjat. Dengan demikian, kedua contoh itu harus ditambah unsur subjek,



65

misalnya Ani dan mereka. Perhatikan kalimat perbaikannya berikut ini,


(50a) Ari selalu bermain tali di halaman sekolah kami. (22, 1, KI)

(51a) Mereka memanjat pohon pinang hanya memakai serawa tanpa baju. (24.2.KL)

Contoh yang lain dapat dilihat pada data berikut ini.

(52) Pada hari Minggu tanggal 25-8-2003 di kantor kelurahan mengikuti perlombaan panjat pinang.

(53) Di kantor kecamatan juga perlombaan yang serupa.


Kalimat (52) dan (53) tidak dapat disebut sebagai kalimat karena tidak mempunyai unsur yang lengkap sebagai kalimat. Kalimat (52) tidak mempunyai subjek. Selain itu, sebaiknya nama bulan ditulis dengan huruf bukan dengan angka. Contoh (53) juga tidak dapat disebut sebagai kalimat karena tidak mempunyai predikat. Seharusnya contoh (52) diberi subjek, misalnya, kami atau saya, dan pada contoh (53) diberi predikat, misalnya, diadakan. Berikut ini adalah perbaikannya.


(52a) Pada hari Minggu tanggal 25 Agustus 2003 di kantor kelurahan kami mengikuti perlombaan panjat pinang.

(53a) Di kantor kecamatan juga diadakan perlombaan yang serupa.


4.5.2 Kalimat Majemuk dalam Karangan Siswa

Selain ketidaklengkapan unsur-unsur kalimat, dalam karangan siswa juga ditemukan pemakaian kalimat majemuk yang kurang tepat. Perhatikan contoh berikut ini.




66 (54) Aku sudah sampai ke atas lalu aku terjatuh sampai ke tanah lalu aku naik lagi ke atas lalu mama, papa, dan kakakku juga pergi melihat hari kemerdekaan (29,2 BB)

Kalimat (54) tidak efektif karena mengulang satu kata beberapa kali dan menggunakan kata yang kurang tepat. Penulis dapat menggunakan kata yang berbeda dengan pengertian yang sama. Perhatikan perbaikan kalimat berikut ini.

(54a) Aku sudah sampai ke atas, aku terjatuh sampai ke tanah lalu aku naik lagi ke atas. Mama, papa, dan kakakku juga pergi melihat hari kemerdekaan (29,2 BB)

(55) karena itu meletakkan balon di atas dan menghiasinya sebagus mungkin.

Kalimat (55) tidak tepat karena tidak memiliki unsur kalimat yang lengkap, yaitu subjek. Kalimat tersebut merupakan lanjutan dari kalimat sebelumnya yang menyatakan simpulan. Dengan demikian, kata karena pada kalimat itu harus dilengkapai dengan oleh karena itu. Perhatikan perbaikannya berikut ini.

(55a) Oleh karena itu, (ani) meletakkan balon di atas dan menghiasinya sebagus mungkin.

Contoh yang lain dapat dilihat pada data berikut ini.

(56) Dan teman-teman dipersilakan pulang dengan perut kenyang dan membawa hadiah pulang dan saya di rumah makan kue ulang tahun dan mengasih sebagian kue ulang tahun kepada tetangga. (10, 5, SM)

Kalimat (56) tidak tepat karena sering dilakukan Pengulangan kata dan penggunaan kata yang tidak baku.


67

Dengan demikian, kalimat di atas tidak efektif. Kata yang diulang-ulang itu dapat diganti dan membentuk kalimat majemuk yang apik. Perhatikan perbaikannya berikut ini.
(56a) Teman-teman dipersilakan pulang dengan perut kenyang dan membawa hadiah. Setelah itu, saya di rumah makan kue ulang tahun dan memberikannya sebagian kepada tetangga. (10, 5, SM)

4.5.3 Penggunaan Kalimat dalam Karangan Siswa di Kecamatan Lubuk Kilangan

Berdasarkan analisis terhadap 85 buah karangan siswa SD di Kecamatan Lubuk Kilangan, tingkat penguasaan siswa terhadap pemakaian kalimat menunjukkan bahwa hanya 8 siswa atau 944 yang mendapat nilai B, 42 siswa atau 4944 mendapat nilai C, dan 35 siswa atau 41,24 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap kalimat adalah baik. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 9
TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP EJAAN DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 15 Koto Ilalang Lubuk Kilangan 26 2 11 13
2. SD 05 Bandar Buat Lubuk Kilangan 31 1 14 16
3. SD Semen Padang Lubuk Kilangan 28 5 17 6
Jumlah Siswa 85 8 42 35
Persentase 100% 9,4% 49,4% 41,2%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.5.4 Penggunaan Kalimat dalam Karangan Siswa di Kecamatan Lubuk Begalung

Berdasarkan analisis terhadap 95 karangan siswa SD di Kecamatan Lubuk Begalung, tingkat penguasaan siswa terhadap kalimat menunjukkan bahwa hanya 6 siswa atau 11,99 mendapat nilai B, 42 siswa atau 44,2% mendapat nilai C, dan 42 siswa atau 44,2% mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpuikan bahwa tingkat penguasaan Siswa terhadap kalimat di kecamatan itu baik. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 2
TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP KALIMAT DI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 30 Lubuk Begalung Lubuk Begalung 32 - 5 27
2. SD 05 Pampangan Lubuk Begalung 34 - 23 11
3. SD 36 Cengkeh Lubuk Begalung 29 11 14 4
Jumlah Siswa 95 11 42 42
Persentase 100% 11,6% 44,2% 44,2%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.5.5 Penggunaan Kalimat dalam Karangan Siswa di Kecamatan Pauh

Berdasarkan hasil analisis terhadap 80 buah hasil karangan siswa SD di Kecamatan Pauh, tingkat penguasaan siswa terhadap kalimat menunjukkan bahwa tidak satu pun siswa yang mendapat nilai B, 2 siswa atau 2,57% mendapat nilai C, dan 78 siswa atau 97,5% mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap kalimat sangat rendah. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 31
TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP KALIMAT DI KECAMATAN PAUH
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 13 Padang Pauh 23 - 1 22
2. SD 02 Inti Puah 38 - - 38
3. SD 06 Piai Pauh 19 - 1 18
Jumlah Siswa 80 - 2 78
Persentase 100% - 2,5% 97,5%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.5.6 Rekapitulasi Penggunaan Kalimat dalam Karangan Siswa di Kecamatan Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, dan Pauh

Setelah diuraikan secara terperinci penguasaan terhadap materi Kalimat melalui karangan siswa di tiga kecamatan, berikut ini disajikan rekapitulasi penguasaan siswa terhadap Kalimat pada sembilan sekolah yang berada pada tiga kecamatan tersebut. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

TABEL 12
TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP KALIMAT DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN, LUBUK BEGALUNG, DAN PAUH, PADANG
No. Nama SD Jumlah Siswa Nilai
B S K
1. SD 13 Padang 23 - 1 22
2. SD Inti 02 28 - - 28
3. SD 06 Piai 19 - 1 18
4 SD 15 Koto Lalang 26 2 11 13
5. SD 15 Bandar Buat 31 1 14 16
6. SD Semen Padang 28 5 17 6
7. SD 30 Lubuk Begalung 32 - 5 27
8. SD 03 Pampangan 34 - 23 11
9. SD 36 Cengkeh 29 11 14 4
Jumlah siswa 260 19 86 155
Persentase 100 7,3 33,1 59,6

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.6 Penggunaan Paragraf

Paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan yang biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan baris baru atau alinea baru. Berdasarkan analisis terhadap karangan siswa ditemukan berbagai kesalahan pembentukan paragraf, misalnya, terjadi penumpukan ide dalam satu paragraf dan pembentukan alinea yang tidak benar. Perhatikan contohnya berikut ini.

(57) Pada suatu hari Elia main ke rumah Ani. Di sana ia melihat dinding kamar dihias semua, terutama kamar Ani. Kata Ani teman-teman akan diajak melihat-lihat rumahnya di hari itu. Ternyata, banyak hiasan bunga di sana. Bunganya sangat mirip dengan bunga yang asli. Namun, sebagian juga diletakkan di luar, karena ruangan rumah ani sempit. Walapun begitu, rumahnya dihias dengan indah kok. Lusanya, Elia pergi ke rumah Susi. Rumah Susi cukup luas. Di halaman banyak bunga-bunga. Katanya, teman-teman akan diberi bibit bunganya.
Teman-teman yang lain juga sibuk mencari kado.

Misalnya, Ani... (15, SM)

(58) Amir dan Tono bamain di lapangan sekolah Budi bamain sama Imron di belakang sekolah Imron Tomi diajak bermian dengan Tina di rumah ani Sinta diajak Ivo bermain di rumah ari Rina diajak bermian catur dengan si ari di rumah rina Meli disuruh Rino membeli minyak di warung dekat rumah Toni Toto diajak Tino bermain sepak bola di lapangan rumah Tino Roni diajak bermain oleh Juni bermain bulutangkis Di lapangan sekolah Jufri Tuti diajak Rini bermian putar tali di rumah Rini... (20,B)

Paragraf (57) kurang baik karena dalam paragraf tersebut terdapat dua ide pokok, yaitu rumah Ani dan kepergian Elia ke rumah Susi. Kesinambungan antarkalimat tidak memperlihatkan pengembangan ide pokok yang ada.

Contoh (58) adalah contoh paragraf yang belum bisa disebut sebagai sebuah paragraf. Penulis tidak mampu membuat kalimat untuk mengembangkan beberapa ide pokok yang disampaikan sebelumnya. Berikut ini adalah penilaian terhadap karangan siswa yang menjadi sampel penelitian ini.

4.6.1 Penggunaan Paragraf dalam Karangan Siswa di Kecamatan Pauh

Berdasarkan penelitian terhadap karangan siswa SD di Kecamatan Pauh, dapat ditentukan tingkat penguasaan siswa terhadap paragraf. Dari 80 buah hasil karangan siswa yang dianalisis dalam penelitian ini, tidak satu pun yang mendapat nilai B, 1 siswa atau 1,254 mendapat nilai C, dan 79 siswa atau 98,75% mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap paragraf sangat rendah. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 13
PENGGUNAAN PARAGRAF DALAM KARANGAN SISWA SD DI KECAMATAN PAUH
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 13 Padang Pauh 23 - 1 22
2. SD 02 Inti Puah 38 - - 38
3. SD 06 Piai Pauh 19 - - 19
Jumlah Siswa 80 - 1 79
Persentase 100% - 1,25% 98,75%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.6.2 Penggunaan Paragraf dalam Karangan Siswa di Kecamatan Lubuk Kilangan

Berdasarkan analisis terhadap 80 buah hasil karangan siswa SD di Kecamatan Lubuk Kilangan, tingkat penguasaan Siswa terhadap paragraf menunjukkan bahwa 8 siswa atau 9,4% mendapat mendapat nilai B, 51 siswa atau 60% mendapat nilai C, dan 26 siswa atau 30,64 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap paragraf adalah baik. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 14
PENGGUNAAN PARAGRAF DALAM KARANGAN SISWA SD DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 15 Koto Ilalang Lubuk Kilangan 26 2 16 8
2. SD 05 Bandar Buat Lubuk Kilangan 31 - 18 13
3. SD Semen Padang Lubuk Kilangan 28 6 17 5
Jumlah Siswa 85 8 51 26
Persentase 100% 9,4% 30,6% 35,3%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.6.3 Penggunaan Paragraf dalam Karangan Siswa di Kecamatan Lubuk Begalung

Berdasarkan analisis terhadap karangan siswa SD di Kecamatan Lubuk Begalung, ternyata tingkat penguasaan siswa terhadap kalimat, dari 80 siswa hanya 13 siswa atau 13,7% yang mendapat mendapat nilai B, 40 siswa atau 42,1% mendapat nilai C, dan 420 siswa atau 44,2% mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap paragraf cukup baik. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 2
PENGUASAAN SISWA TERHADAP EJAAN DI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 30 Lubuk Begalung Lubuk Begalung 32 - 5 27
2. SD 05 Pampangan Lubuk Begalung 34 - 24 10
3. SD 36 Cengkeh Lubuk Begalung 29 13 11 5
Jumlah Siswa 95 13 40 42
Persentase 100% 13,7% 42,`% 44,2%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50 === 4.6.4 Rekapitulasi Penggunaan Paragraf di Kecamatan Pauh, Lubuk Kilangan dan Lubuk Begalung===

Dari beberapa uraian serta analisis yang telah dilakukan terhadap karangan siswa tentang penggunaan paragraf, dapat dilihat rekapitulasi hasil penilaian terhadap penggunaan paragraf dalam karangan siswa pada tiga kecamatan yang menjadi sampel penelitian ini dalam tabel berikut.

TABEL 16
REKAPITULASI PENGGUNAAN PARAGRAF DALAM KARANGAN SISWA SD KECAMATAN PAUH, LUBUK KILANGAN, DAN LUBUK BEGALUNG
No. Nama SD Jumlah Siswa Nilai
B C K
1 SD 13 Padang 23 - 1 22
2 SD Inti 02 28 - - 28
3 SD 06 Piai 19 - - 19
4 SD 15 Koto Lalang 26 2 16 8
5 SD 05 Bandar Buat 31 - 18 13
6 SD Semen Padang 28 6 17 5
7 SD 30 Lubuk Begalung 32 - 5 27
8 SD 03 Pampangan 34 - 24 10
9 SD 36 Cengkeh 29 13 11 5
Jumlah Siswa 260 21 92 147
Persentase 100 8,1 35,4 56,5

Keterangan: B= 71-80 C=51-70 K=30-50 Berikut adalah contoh karangan siswa yang mendapat nilai baik (B), cukup (C), dan kurang (K). Berikut ini adalah paragrap yang bernilai Baik:


Pagi hari yang cerah SD Suka Maju terlihat ramai dikunjungi oleh para siswa-siswi yang akan melakukan kegiatan belajar. Sekolah tersebut terlihat bersih, rapi, tenang, tertib dan aman. Keadaan itulah yang membuat siswa-siswi dapat belajar dengan baik.

Tanaman bunga yang ada di taman depan sekolah selalu disiram setiap pagi. Sebelum pelajaran dimulai siswa berbaris dulu di halaman sekolah dan ketua kelas masing-masing menyiapkan barisan, lalu masuk ke kelas masing-masing dengan tertib.

Bu guru masuk kelas lalu mengajak kami berdoa bersama dan dipimpin oleh Sardi. Ia ketua kelas 5a. Keadaan kelas hening sejenak. Kami berdoa dengan hitmad.

Selanjutnya, ibu guru memulai pelajaran baru, setelah pelajaran, kami beristirahat (24, KL).


Paragraf dalam karangan itu dapat dinilai baik karena paragraph-setiap yang terdapat di dalam karangan tersebut memiliki kesatuan gagasan dan koheren. Kesatuan gagasan itu maksudnya adalah alinea tersebut menyatakan satu pokok pikiran yang sama, sedangkan koherensi adalah, terciptakan kesinambungan antarparagraf dan antarkalimat. Berikut ini adalah contoh karangan siswa yang mempunyai paragraf dengan nilai cukup. Berikut ini adalah paragrap yang bernilai Cukup :


Bulan depan Ani dan Susi berulang tahun. Rencananya mereka akan merayakannya di sekolah dan di rumah. Ani dan Susi sama-sama ulang tahun yang ke-7. Walapun keduanya ulang tahun di bulan yang sama, hari dan tanggalnya berbeda. Ani ulang tahun di hari Senin, tanggal 15. Susi pada hari Rabu dan tanggal 17. Tentu

76 mereka cukup sibuk, sebab mereka merayakan di sekolah dan di rumah. Ada beberapa orang tua murid lain yang mau membantu menyediakan kebutuhan lainnya, seperti membuat kue, memberi pita dan lain-lain.

Pada suatu hari Elia main ke rumah Ani. Di sana ia melihat dinding kamar dihias semua, terutama kamar Ani. Kata Ani teman-teman akan diajak melihat-lihat rumahnya di hari itu. Ternyata, banyak hiasan bunga di sana. Bunganya sangat mirip dengan bunga yang asli. Namun, sebagian juga diletakkan di luar, karena ruangan rumah ani sempit. Walapun begitu, rumahnya dihias dengan indah kok. Lusanya, Elia pergi ke rumah Susi. Rumah Susi cukup luas. Di halaman banyak bunga-bunga. Katanya, teman-teman akan diberi bibit bunganya.

Teman-teman yang lain juga sibuk mencari kado. Misalnya, Ani.... (15, SM)


Paragraf tersebut dinilai C karena siswa kurang mampu membuat paragraf yang baik. Ide atau pokok pikiran antarparagraf kurang padu. Berikut ini adalah contoh karangan siswa yang mendapat nilai Kurang.

gambar orang memanjat pinang

adaRumah

aDa Burung
aDa BadeRa
ADa pohon Kayu
ADa gambar mata hari
ADa gam Bar Baju
ADa gam Bar suRya
Bar tas
ADa gam
ADa gam Bar tali
ADa gam Bar kelapa
ADa gam Bar lapang
ADa gam Bar orang manonton
ADa gam Bar .... (38, A)
Tidak satu pun dalam karangan itu yang menunjukkan adanya ciri paragraf. Lebih tepat karangan itu, disebut puisi. Siswa tidak dapat mengembangkan ide pokok dalam karangannya. Ia tidak mampu bercerita tentang gambar

yang diberikan kepadanya.


4.7 Daya Apresiasi

Menurut KBBI (2001:241) daya adalah (1) kemampuan mendatangkan hasil dan manfaat, (2) kemampuan menjalankan tugas dengan baik, sedangkan apresiasi (KBBI, 2001:62) bermakna kesadaran terhadap nilai seni dan budaya.


Kesadaran memberikan penilaian atau penghargaan terhadap sesuatu. Penghargaan yang diberikan merupakan hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai dalam seni dan budaya itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa daya apresiasi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menilai atau memberikan penghargaan terhadap sesuatu.


Berbicara tentang apresiasi tidak hanya terbatas pada apresiasi sastra saja. Apresiasi dapat meliputi segala aspek kehidupan manusia, seperti budi pekerti, agama, dan kesenian (lukisan, musik, sastra, dan lain-lain).


Pada bagian ini pembicaraan tidak terfokus pada apresiasi sastra karena dalam hal ini tidak memakai karya sastra sebagai objek apresiasi tersebut, tetapi apresiasi terhadap sebuah gambar.


Gambar adalah bagian dari sebuah karya seni yang melukiskan tiruan tentang sesuatu (orang, binatang, alam, tumbuh-tumbuhan, dsb). Artinya, sebuah gambar juga bercerita tentang sesuatu pada penikmatnya, seperti halnya karya sastra bercerita pada pembacanya. Oleh karena itu, gambar juga bisa diapresiasikan, seperti halnya karya seni dan budaya lainnya.


Gambar yang diberikan terdiri atas tiga tema, yaitu hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, ulang tahun, dan waktu beristirahat di sekolah (lihat lampiran). Tema


78 yang diberikan sangat sederhana dan dekat dengan kehidupan mereka. Tema tersebut sesuai dengan pola pikir mereka yang masih kanak-kanak. Tema yang sederhana ini sengaja dipilihkan agar mereka tidak kesulitan dalam mengapresiasikannya ke dalam bentuk karangan.


Jika gambar itu dianalogikan sebagai karya sastra, gambar tersebut harus diperlakukan sebagai karya sastra. Dalam mengapresiasikan sebuah karya sastra ada empat unsur yang harus diperhatikan, yaitu tema, tokoh, latar, dan alur. Keempat unsur tersebut harus ada dalam suatu proses apresiasi.


Tema merupakan hal pokok dalam sebuah cerita. Tema menjadi dasar pengembang seluruh cerita. Sebuah tema menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak (Nurgiantoro, 2000: 68).

Tokoh adalah penggerak atau yang memainkan peran dalam cerita. Melalui tokohlah nantinya sebuah cerita akan dikisahkan.

Latar adalah waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam cerita. Latar mengaktualkan kehadiran tokoh. Dengan latar yang bagus, cerita akan hidup dan meyakinkan pembaca.


Alur atau jalan cerita merupakan unsur penting dalam sebuah cerita. Jalinan peristiwa di dalam cerita memperlihatkan kepaduan karangan. Kepaduan tersebut diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab akibat tema dan tokoh, atau tema, tokoh, dan alur.


Empat unsur tersebut digunakan untuk melihat kemampuan para siswa mengapresiasi gambar ke dalam bentuk karangan (cerita). Empat unsur tersebut juga merupakan dasar penilaian terhadap karangan yang telah mereka buat. Empat unsur itu diwujudkan dalam tiga kriteria penilaian, yaitu kesinkronan, imajinasi, dan estetika


Ketiga kriteria penilaian tersebut diberi nilai, baik dengan angka maupun dengan huruf. Tingkat nilai tersebut adalah sebagai berikut. 71-80 baik 51-70 cukup 30-50 kurang

Keterangan :

Baik, sebuah karangan dapat dinilai baik jika siswa mampu menceritakan

seluruh isi gambar secara utuh dan padu.

Cukup, sebuah karangan dapat dinilai cukup jika siswa belum sepenuhnya

mampu menceritakan isi gambar.

Kurang, sebuah karangan dapat dinilai kurang jika siswa tidak mampu atau hanya dapat menceritakan sebagian kecil dari isi gambar.


4.7.1 Kesinkronan

Kesinkronan berakar dari kata sinkron, yang berarti sejalan, sejajar, sesuai, dan selaras (KBBI, 2001:1072). Dalam penelitian itu kesinkronan dapat diartikan kesesuaian atau keselarasan isi gambar dengan hasil karangan siswa.


Daya apresiasi siswa untuk menceritakan gambar dalam bentuk karangan berbeda-beda. Hal itu terlihat pada karangan siswa. Ada yang mampu menceritakan semua yang terdapat dalam gambar secara keseluruhan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki jiwa kepekaan. Peka dalam menafsirkan gambar yang diamati. Siswa tersebut seakan-akan hadir dalam gambar itu. Ia masuk secara total ke dalam dunia gambar dan melibatkan sepenuhnya pikiran dan perasaannya. Dengan demikian, ia dapat mengungkapkan semua yang terdapat dalam gambar secara utuh.


Selain itu, siswa juga harus memiliki sikap apresiatif terhadap gambar. Jika sudah memiliki pemahaman dan sikap apresiatif, proses apresiasi akan berjalan dengan lancar. Terjalinnya komunikasi yang baik antara siswa dengan gambar akan membuat mereka larut bersama karya yang diamati sehingga karangan yang mereka tulis memiliki kesinkronan dengan gambar yang diceritakan.

Hal lain yang perlu diperhitungkan dalam pengapresiasian adalah pengetahuan. Pengetahuan tentang apa yang terdapat dalam gambar, membuat siswa dengan mudah menjelaskan apa yang mereka lihat.

Siswa yang mempunyai pengetahuan yang luas akan menghasilkan apresiasi yang baik. Sebaliknya, siswa yang tidak mempunyai wawasan yang cukup akan menghasilkan apresiasi yang minim. Berikut ini disajikan contoh kesinkronan bernilai baik, cukup, dan kurang dalam karangan siswa. Contoh kesinkronan yang bernilai baik


Lomba Memanjat Batang Pinang

Sekolah baru beberapa hari dimulai. Suasana awal tahun ajaran baru masih terasa. Gedung dan pekarangan tampak tercelak. Gerbang dan pagar depan di pasangi marawa dan umbul-umbul. Di depan gedung terbentang sehelai spanduk yang bertuliskan, "Dirgahayu RI: Selamat HUT Proklamasi Kemerdekaan: 17 Agustus 2003.


Gairah dan kegiatan menyambut kedatangan hari kemerdekaan sudah mulai tampak. Kantor-kantor dan rumah penduduk kelihatan lebih bersih, indah, dan rapi daripada biasanya. Berbagai macam hiasan dipajang dan dipasang. Beraneka ragam perlombaan dan pertandingan sudah pula digelar. Ada yang dilaksanakan di kantor-kantor, di sekolah, dan masyarakat. Olah raga, kesenian, dan permainan rakyat pun tak ketinggalan.


Dikelurahan digelar berbagai macam perlombaan dan permainan. Diantaranya pacu karung, tarik tambang, dan panjat batang pinang. Acara itu diikuti anak-anak, wanita, dan orang dewasa.


Pukul 16.00 orang sudah ramai berkerumunan. Ada yang ingin mengikuti perlombaan, dan kebanyakan mereka ingin menyaksikan saja sebagai hiburan. Semacam demi semacam perlombaan sudah dilaksanakan. Pengunjung dan penonton tampak puas dan gembira. Permainan akan diakhiri dengan lomba memanjat batang pinang.


Sebuah batang pinang yang telah di kupas kulitnya berdiri dengan kokoh. Tingginya lebih kurang 10 meter. Di puncaknya dipasang melintang 2 potong kayu. Seakan-akan empat buah jari-jari. Ujuang jari-jari dilingkari dengan sebilah bambu. Takahnya persis seperti sebuah roda dengan poros tertancap di tanah. Di puncaknya dipancangkan sebuah bendera. Kayu melintang dan lingkaran bambu diberi hiasan kertas beraneka warna. Di kayu dan di bambu digantungkan bebagai jenis barang. Terdapat sisir, buku tulis, sapu tangan, baju kaus, handuk, dan barang lain yang berharga dan berguna. Benda-benda diperuntukkan sebagai hadiah bagi siapa yang berhasil memanjat sampai ke atas. Namun jangan lupa, bahwa setelah diketam licin, batang pinang dilepoti dengan gomok. Licinnya bukan main. Semut saja tak mampu mendakinya.


Panjat batang pinang segera kita mulai. "Peserta boleh naik secara perorangan dan masing-masing mengambil sebuah hadiah yang disukai, kemudian turun kembali. Pemanjat juga boleh saling membantu atau berkelompok", demikian pengumuman panitia.

Setelah aba-aba berbunyi batang pinang mulai di panjat orang. Mereka memanjat dengan badan telanjang tanpa baju, hanya berserawa pendek saja. Ada yang membawa abu dapur untuk ditaburkan di batang pinang, supaya kesat. Gelak tawa, tempik sorak, dan tepuk tangan penonton mulai terdengar kembali. Mereka memanjat bergantian.

"Ayo.......ayo……………………………….panjat terus,panjat terus", teriak pengunjung. Sudah 6 orang mencoba. Namun belum seorang pun berhasil. Satu..............., dua............…... tiga............ …........, tiga kali angguk saja, lalu melorot, terperanyak, dan terperangah dibawah. Sorak sorai penonton semakin menjadi-jadi.

82 Sekelompok anak-anak mendekati batang pinang. Semuanya 4 orang. Seorang diantaranya Tara yang bertubuh subur dan berdegab. Kelus berbadan paling kecil di antara mereka. Mereka saling berbisik, sementara pengunjung mengamat-amati dengan penuh perhatian.

"ayo kita mulai", ucap Tara mengajak teman- temannya, seraya mencangkung dan memanjat batang pinang. Seorang kawannya naik, dan jongkok di atas pundaknya sambil memegang batang pinang erat-erat. Kelus yang bertubuh kecil mendaki bahu anak yang kedua, lalu tegak di atasnya. Mudah-mudahan acara seperti ini diadakan lagi pada waktu yang akan datang.

Catatan: Karangan dituliskan sebagaimana aslinya


Hasil karangan tersebut memperlihatkan daya apresiasi siswa yang tinggi karena siswa dapat menceritakan semua yang terdapat dalam gambar secara utuh. Karangan tersebut memperlihatkan bahwa siswa memahami gambar yang diamatinya sehingga apa yang diceritakannya tidak keluar dari jalur yang telah ada.

Dilihat dari segi temanya, siswa telah mampu mengemas tema cerita sedemikian rupa dengan menghadirkan tokoh dan latar. Semua gambar diceritakan dengan alur yang datar.

Murid yang memiliki daya apresiasi sedang (cukup) tidak sepenuhnya mampu menceritakan apa yang terdapat dalam gambar, seperti contoh berikut ini. Contoh kesinkronan bernilai cukup


Merayakan Kemerdekaan R.I

Pada hari 17 Agustus orang-orang merayakan hari ulang tahun Rakyat Indonesia. Dan orang- orang merayakan panjat pinang dan banyak yang tidak sampai. Dan orang bertepuk. Tapi ada orang yang hampir sampai tapi jatuh sampai ke tanah.

83

Lalu orang-orang melihat sampai bergembira. Dan ada sebagian dua orang menunjuk ke atas. Dan 3 peserta dua orang memanjat ke atas. Lalu 1 orang yang akan naik. Lalu ada melihat 1 keluarga. Lalu ada bapak, ibu, dan anaknya. Dan ada orang yang bersorak dan bergembira.

Lalu orang bergembira sambil bersorak. Dan cuaca sangat cerah. Matahari bersinar dengan cerah dan orang pun banyak yang melihat. Anak-anak pun ada yang banyak melihat. Lalu orang-orang bergembira.

Catatan: Karangan dituliskan sebagaimana aslinya.

Karangan tersebut memperlihatkan bahwa pengetahuan siswa yang terbatas serta penguasaan kosakata yang cukup minim sehingga cerita tidak dapat dikemas dengan baik. Hal lain yang menyebabkan ketidakmampuan siswa dalam mengapresiasi gambar adalah karena ketidaktelitian siswa dalam melihat apa yang bisa diceritakan dari gambar tersebut. Misalnya, bagaimana menceritakan sesuatu yang sederhana, seperti pohon pinang yang dijadikan sebagai tempat menggantungkan hadiah. Dengan melihat pohon pinang itu, sebenarnya ada banyak hal yang bisa diceritakan, seperti contoh karangan pertama. Contoh kesinkronan bernilai kurang


Hut Kemerdekaan RI

Pada hari minggu agustus tanggal 25-8-2003 kami mengadakan perlombaan misalnya lomba panjat pinang, makan kerupuk dan pacu karung.Di sana aorang ramai sekali. Papa dan mama juga ikut, adikku juga ikut perlombaan. Senang di sana tidak ada orang yang bertengkar. Matahari cerah sekali, burung berkicau. Aku juga ikut perlombaan tapi aku hany lomba makan kerupuk. Saudara-saudaraku juga ikut. Ibu guru dan pak guru juga ikut. Semuanya hadir di sana. Di sana kami tidak


84 belajar. Kami di sana hanya berlomba. Kami memakai baju bebas. Baju kami bagus-bagus. Bagi yang permpuan memakai rok, bagi yang laki-laki memakai celana. Masing-masing memakai pakaian yang berbeda. Ani dan Ana juga memakai pakaian yang berbeda. Tono dan Dina juga memakai pakaian yang berbeda. Semua anak memakai pakaian yang berbeda. Semua anak berpakaian rapi tidak ada yang berpakaian kotor. Semua tertip di sekolah tidak ada yang berbicara kotor di sekolah. Siapa pun yang berbicara kotor dia akan dihukum.

Catatan: karangan dituliskan sebagaimana aslinya.


Karangan itu memperlihatkan bahwa murid tidak memiliki kemampuan dalam mengapresiasi gambar ke dalam bentuk karangan dengan baik. Karangan tersebut tidak memiliki kesinkronan dengan gambar. Murid tidak mampu mengembangkan tema dan memaparkan latar waktu maupun tempat dengan baik. Begitu juga halnya dengan alur, yang tidak koheren dengan unsur lain (tema dan latar).


4.7.2 Imajinasi

Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dsb) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang (KBBI, 2001:427).

Imajinasi yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah daya pikir atau daya khayal siswa untuk membayangkan atau menciptakan karangan berdasarkan gambar yang ada. Murid memiliki kebebasan dalam mengekspresikan pikirannya. Akan tetapi, pikiran yang dituangkan dalam karangan tidak keluar dari konteks gambar atau tema yang ada.

Kemampuan berimajinasi yang dimiliki siswa menunjukkan pengetahuan yang dimilikinya. Ia tidak hanya menceritakan apa yang terlihat dalam gambar saja, tetapi juga sebaliknya. Sesuai dengan makna imajinasi, yaitu yang tidak hanya semata-mata khayalan tetapi juga kenyataan. Berikut ini disajikan contoh karangan siswa yang dinilai baik, cukup, dan kurang. Contoh imajinasi bernilai baik.


Hari Ulang Tahun

Tepat pada hari Minggu yang kemarin pada tanggal 20 Februari aku merayakan ulang tahunku yang ketujuh. Aku merayakannya di rumah nenekku. Aku mengundang beberapa orang temanku. Seperti Rido, Nia, Dedek, dan Lona. Teman yang kuundang ternyata datang semua. Mereka sangat gembira di acara ulang tahunku.


Di acara ulang tahunku banyak sekali acara-acara yang yang ditampilkan, seperti pertama pembukaan oleh protokol atau pembawa acara, setelah itu kata sambutan dari orang tuaku, setelah itu aku yang memberi kata sambutan lagi. Setelah acara kata sambutan lanjutkan lagi kepada acara permainan. Di acara permainan banyak lagi permainan yang ditampilkan seperti menyuapi kue. Menyuapi kue diadakan secara berpasangan. Setelah itu ada lagi acara meniup lilin dengan menggunakan terompet dan banyak lagi permainan-permainan ulang tahun.


Setelah acara permainan selesai dilanjutkan lagi acara makan bersama. Setelah acara makan selesai dilanjutkan lagi acara makan bagikan kue. Ketika acara membagi-bagikan kue ada temanku meminta balon yang ada di ulang tahunku. Banyak orang yang memberikan kado untukku. Ada bermacam-macam bentuk kado yang diberikan oleh temanku. Seperti ada kado yang berbentuk permen dan ada yang berbentuk kubus dan lain-lain.


Ketika acara sudah selesai ada empat orang temanku bermain di rumah nenekku. Ada yang bermain balon dan ada yang mencoba lagi meniup

86 lilin dengan menggunkan terompet. Mereka meminta topi ulang tahunku yang mereka pakai di acara ulang tahunku. Aku bilang boleh, sebab topi itu memang dikasih kepada teman-temanku yang datang di acara ulang tahunku ini. Malah ia berkata, mudah-mudahan tahun besok acara ulang tahunku diadakan lagi. Aku berkata mungkin ia kalau orang tuaku masih ada uang untuk tahun depan kalau tidak ada uang mungkin tidak.

Ketika teman-temanku sudah pulang aku langsung membuka kado yang diberikan oleh temanku. Hadiah yang diberikan oleh teman-temanku sangat bagus. Ada yang memberikan baju, topi, uang, buku, kotak pensil, dan banyak lagi. Aku senang sekali bahwa umurku sudah bertambah satu. Aku berdoa kepada tuhan semoga acara ulang tahunku ini menjadi berkah dalam hidupku. Aku berdoa kepada tuhan mudah-mudahan ketika umurku bertambah satu aku akan selalu melaksanakan perintahmu dan tidak akan melanggarnya. Mudah-mudahan tuhan mendengar doaku ini. Orang tuaku sangat senang bahwa anaknya sudah agak besar. Mudah-mudahan tambah besar tambah pintar. Itulah keinginan dari orang tuaku.

Catatan: karangan dituliskan sebagaimana aslinya.

Kemampuan berimajinasi murid pada karangan tersebut dinyatakan baik. Kemampuan itu terlihat dari kesinkronan gambar dengan karangan dan kemampuannya menghadirkan hal-hal lain yang tidak terdapat dalam gambar. Misalnya, dia bercerita bahwa acara ulang tahunnya dimulai dengan acara pembukaan oleh protokol, kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari orang tua dan anak yang berulang tahun. Ini memperlihatkan bahwa ia telah berhasil mengimajinasikan sebuah acara ulang tahun. Ia kemudian mampu menceritakan apa yang terjadi dalam acara ulang tahun itu dengan bahasa yang sangat sederhana. Contoh imajinasi bernilai cukup

Ulang Tahun

Dalam rangka menyambut ulang tahun adikku, seminggu menjelang pelaksanaan ulang tahunnya, ayah, ibu dan aku merencana merayakannya.

Dalam hal ini kami menyiapkan undangan, susunan acara dan jedah. Aku ditugaskan ayah untuk mengisi undangan dan mebagikan pada teman-teman.

Ayah dan ibu menata ruangan dan menyiapkan jedahnya, setelah selesai perencanaan, tibalah hari ulang tahun adikku.

Teman dan saudara yang kami undang cukup banyak yang datang

Adik serta ayah dan ibu sangat berbahagia dan juga aku

Dalam acara tersebut aku ditugaskan sebagai pembawa acara dengan susunan acara sebagai berikut:

(1) Pembukaan, dengan membaca al-Quran
(2) Kata sambutan dari ayah
(3) Meyanyikan lagu selamat ulang tahun bersama-sama
(4) Membakar dan meniup lilin
(5) Pemotongan kue
(6) Hiburan
(7) Acara jedah
(8) Penutupan dan bersalam-salaman

Demikian acara perayaan ulang tahun adikku. Kalau ada kekurangan dan kejanggalan dalam acara ini kami, kami atas tuan rumah minta maaf yang sebesar-besarnya.

Catatan: karangan dituliskan sebagaimana aslinya.

Karangan tersebut memperlihatkan kemampuan siswa memahami gambar yang diamatinya dan menuliskannya dalam bentuk karangan. Akan tetapi, ia kurang memiliki kemampuan dalam mengembangkan imajinasinya. Susunan acara ulang tahun yang seharusnya dapat ia kembangkan dalam bentuk cerita, tidak dilakukannya karena keterbatasan imajinasi yang dimilikinya. Contoh imajinasi bernilai kurang

Berulang Tahun

pada hari ini usiaku genap 9 tahun tepatnya pada tanggal 20-6-03 tahun 2003 saya sengaja membuat undangan untuk kawanku pada hari itu saya dan kawan2ku merayakan hari ulang tahunku yang ke 10 tahun saya sangat gembira kedatangan kawanku di rumahku saya adakan acara yang pertama yaitu menyanyi bersama2 saya dan kawanku sangat gembira sekali dan acara yang kedua makan-makan bersama dan yang ketiga terakhir meniup lilin dan saya ucapkan terimakasih atas kadatangan teman-temanku/kawan-kawanku saya bergembira ria dengan teman-temanku sesudah meniup lilin dan makan-makan kubaru menari-nari dan menyanyi sama-sama sesudah itu mngucapkan ulang tahunku dengan jabatan tangan sesudah jabatan tangan minta izin pulang bersama-sama aku mengantarkan teman-temanku didepan pintu langsung temanku mengangkat tangan sambil berjalan pulang saya mengucapkan terima kasih teman-teman

Catatan: Karangan dituliskan sebagaimana aslinya.

Karangan itu mengambarkan ketidakmampuan siswa dalam mengapresiasi gambar. Ini terlihat dari ketidaksinkronan antara gambar dan karangan. Pada gambar dinyatakan bahwa ulang tahun yang diadakan adalah ulang tahun yang ketujuh sementara pada karangan ia menuliskan ulang tahun yang kesepuluh. Ketidakmampuan mengamati gambar mengisyaratkan ketidakmampuan dalam

89

berimajinasi dengan baik.

4.7.3 Estetika

Estetika merupakan cabang filsafat yang mengemukakanhakikat keindahan dan tanggapan penikmat terhadapnya (Zaidan, dkk, 1991: 41). Dalam KBBI (2001: 308) disebutkan juga bahwa (1) estetika adalah cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya, (2) kepekaan terhadap seni dan keindahan.

Estetika yang dimaksudkan dalam pembicaraan itu adalah keindahan bahasa yang digunakan dalam menceritakan gambar. Keindahan itu lebih ditekankan pada penggunaan bahasa yang baik dan apa yang diceritakan tidak lepas dari konteks gambar.

Karangan atau cerita adalah salah satu karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Ide, pikiran, dan perasaan akan terungkapkan sepenuhnya apabila penulisnya menguasai bahasa dengan baik. Penguasaan bahasa yang baik akan menghasilkan karya yang bermutu. Sebaliknya, wawasan bahasa yang minim akan melahirkan karya yang tidak bernilai apa-apa. Melalui karangan itu juga akan tercermin tingkat wawasan dan pengetahuan penulisnya. Berikut ini adalah contoh karangan siswa yang bernilai baik, cukup, dan kurang. Contoh estetika bernilai baik

Permainan yang Disenangi

Pada suatu hari anak-anak murid kelas empat bermain Mereka mempunyai permainan yang sangat mereka senangi. Permainan yang mereka senangi adalah main tali. Mereka sering bermain tali kalau sudah waktunya keluar atau istirahat. Mereka suka sekali main tali karena permainan itu adalah permainan yang mereka senangi sejak mereka kelas tiga. Nama mereka adalah Ani, Tuti, Ana, Nabila dan Yuka. Pada suatu hari ada seseorang laki-laki kelas empat juga, tetapi dia

90 adalah juga menyukai permainan itu. Nama dia adalah prima. Kalau nabila, Ana, Tuti, Ani dan Yuka sedang bermain tali Prima melihat atau menonton mereka main tali. Ternyata rima juga suka dengan permainan tali. Mereka juga senang, karena tidak pernah bertengkar atau berkelahi. Mereka juga senang karena semua murid juga menyukai permainan mereka yaitu permainan tali. Mereka juga senang karena pagi itu mereka juga saling bergantian main tali. Mereka kalau bermain tali mereka sangat senang. Dia atau mereka menaati peraturan sekolah. Peraturan ialah kalau istirahat mereka tidak boleh bermain di kelas. Kalau istirahat mereka bermain di luar pekarangan sekolah. Mereka sangat suka bermain di samping pekarangan sekolah atau di dekat tanaman yang ada di pekarangan sekolah, karena kalau sedang bermain tali merka dapat melihat matahari yang ada di atas langit. Kalau pagi mereka juga senang bermain tali kalau haripagi karena dapat menyaksikan suara burung berkicau di atas genteng sekolah. Kalau siang hari mereka dapat melihat pohon yang ada di sekitar pekarangan sekolah. Kalau lonceng telah berbunyi maka permainan tali mereka diundur besok atau dirumah. Kemudian mereka masuk kelas mereka masing-masing dan mereka belajar kembali.

Catatan: karangan dituliskan sebagaimana aslinya.

Untuk tingkat pendidikan sekolah dasar, karangan tersebut dapat dikatakan baik karena sesuai dengan pengetahuan bahasa yang mereka miliki. Penilaian baik yang diberikan terhadap karangan tersebut berhubungan dengan kesinkronan antara gambar dan karangan. Dari segi bahasa yang digunakan memang tidak sepenuhnya baik/indah. Akan tetapi, keberhasilannya bercerita dengan bahasa yang sangat sederhana sudah merupakan prestasi yang cukup bagus bagi mereka. Contoh estetika bernilai cukup

91

Bermain Di Sekolah

Pada hari minggu kami ke sekolah kami bermain-main yang perempuan main tali yang laki-laki bermain kelereng siti memanggil teman-temannya bermain tali dan loncat-loncatan semua teman-teman siti gembira siti memberitahukan kepada teman-temannya siapa yang salah diberi hukuman hukumannya adalah memutar tali kiranya siti salah siti yang memegangnya lagi yang keluar lagi yang memegang tali.

Permainan anak laki-laki kelereng ada anak namanya si amir ia memanggil teman-temannya pula si amir mengajak teman temannya bermain kalereng. Teman-teman ayok kita bermain kalereng yok ayok siapa berani kalereng kamu ada berapa Amir, ada lima pasang lima sekali ini pasang lima kiranya si amir kalah si amir tidak punya kalereng lagi karena dia sudah kalah. Si amir Cuma melihat permainan anak perempuan.

Amir kamu tidak main kata titi karena kalereng aku habis kamu mau main tali kata titi aku kan laki-laki masah main perempuan nanti aku di ejek teman ku nanti. Ya udah teman-teman yuk kita lanjutkan permainan kita ayok. Siapa memegang tadi ana dan si suci. Susi pegang ini ana pegang juga kita ulang permainan kita dari semula, pertama adalah kaki dua, beleng bertepuk tangan, pinggang, kaki satu, duduk, baca koran, mandi. Dll teman-teman kalau sudah jamo kita pulang lagi ya nanti marah orang tua kalian.

Cepat kita lanjutkan permainan kita ayok kiranya siti tidak keluar yang temannya lagi siti yang tukang megang tiba anak-anak nakal namanya adalah DiDi dan ujang adalah anak-anak nakal mengacau permainan tuti lalu mereka lalu tiba Amir ia bertengkar lalu ia bertengkar lalu tiba ibu guru DiDi dan ujang kenak hukum dengan ibu guru hukuman itu untuk besok harinya. Bubar-

92 bubar kata ibu guru baik bu kata murid murid lalu mereka pulang masing.

Catatan: karangan dituliskan sebagaimana aslinya.

Karangan itu cukup baik tetapi sayang siswanya tidak memahami perihal tanda baca sehingga kalimat demi kalimat tidak ada pembatasnya. Pemakaian tanda baca dalam hal ini tidak harus mutlak benar karena yang dipentingkan di sini orang bisa sedikit paham dengan hasil karangannya.

Contoh estetika bernialai kurang

Sekolah

Amin dan tono bermain di lapangan sekolah
Budi bermain sama imron dibelakang sekolah
Tomi diajak bermain dengan Tina dirumah ani
Sina diajak Iva bermain di rumah ani
Rina diajak bermain catur dengan si ani dirumah
Rina
Meli di suruh Rina membeli minyak diwarung
dekat rumah toni
Toto diajak tino bermain sepak bola di lapangan
rumah tino
Roni diajak bermain oleh Jupri bermain bulu
tangkis
dilapangan sekolah jupri
Tuti diajak Rini bermain putar tali di rumah Rini
Kilia diajak Riko bermain bolakasti dilapangan
Riko

Catatan: Karangan dituliskan sebagaimana aslinya.

Karangan itu singkat dan tidak sinkron dengan gambar. Oleh karena itu karangan tersebut mencerminkan ketidakmampuan murid dalam menggunakan bahasa. Ketidakmampuan tersebut menimbulkan kesulitan untuk melahirkan ide, pikiran, dan perasaan ke dalam bentuk tulisan. Kesulitan itu salah satunya disebabkan kurangnya penguasaan kosakata sehingga karangannya tidak bermutu. 4.8 Tingkat Apresiasi Siswa terhadap Gambar di Kecamatan Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, dan Pauh.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa daya apresiasi masing-masing murid memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Tingkatan tersebut dilihat dari segi kesinkronan gambar dan karangan, imajinasi, dan estetika. Berikut ini secara berturut-turut disajikan tingkat apresiasi siswa di Kecamatan Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, dan Pauh.

4.8.1 Tingkat Apresiasi Siswa terhadap Gambar di Kecamatan Lubuk Kilangan

Berdasarkan analisis terhadap 85 buah hasil karangan siswa SD di Kecamatan Lubuk Kilangan, nilai kesinkronan gambar karangan siswa menunjukkan bahwa hanya 7 siswa atau 8,2% mendapat nilai B, 21 siswa atau 24,7% mendapat nilai C, dan 57 siswa atau, 67,1% mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesinkronan gambar dan karangan kurang. Hal itu dapat dilihat dengan lengkap pada tabel berikut ini.

TABEL 17 NILAI KESINKRONAN GAMBAR DENGAN KARANGAN SISWA DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 15 Koto Ilalang Lubuk Kilangan 26 3 6 17
2. SD Semen Padang Lubuk Kilangan 28 3 7 18
3. SD 05 Bandar Buat Lubuk Kilangan 31 1 8 22
Jumlah Siswa 85 7 27 57
Persentase 100% 8,2% 24,7% 67,1%

Keterangan: =71—80 C=51—70 K=30—50

Nilai imanijasi dalam karangan siswa di kecamatan ini menunjukkan bahwa dari 85 siswa 30 siswa atau 35,2% mendapat nilai B, 36 siswa atau 42,4% mendapat nilai C, dan 19 siswa atau 22,4% menadap nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan daya imajinasi siswa baik. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut.

TABEL 18 NILAI IMAJINASI DALAM KARANGAN SISWA DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 15 Koto Ilalang Lubuk Kilangan 26 9 14 3
2. SD Semen Padang Lubuk Kilangan 28 20 8 -
3. SD 05 Bandar Buat Lubuk Kilangan 31 1 14 16
Jumlah Siswa 85 30 36 19
Persentase 100% 35,2 42,4% 22

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

Penilaian terhadap estetika dalam karangan siswa di kecamatan ini menunjukkan bahwa dari 85 siswa, 23 siswa atau 27,1% yang mendapat nilai B, 59 siswa atau 69,4 siswa yang mendapat nilai C, dan 3 siswa atau 3,54 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai estetika karangan siswa baik. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut

TABEL 18 ESTETIKA DALAM KARANGAN SISWA DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 15 Koto Ilalang Lubuk Kilangan 26 6 18 2
2. SD Semen Padang Lubuk Kilangan 28 13 12 1
3. SD 05 Bandar Buat Lubuk Kilangan 31 2 29 -
Jumlah Siswa 85 23 59 3
Persentase 100% 27,1 69,4 3,5

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

4.8.2 Tingkat Apresiasi Siswa terhadap Gambar di Kecamatan Lubuk Begalung

Berdasarkan analisis terhadap 95 hasil karangan siswa SD di Kecamatan Lubuk Begalung, nilai kesinkronan gambar dan karangan siswa menunjukkan bahwa 18 siswa atau 19,24 mendapat nilai B, 42 siswa atau 44,24 mendapat nilai C, dan 35 siswa atau, 36,84 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesinkronan gambar dan karangan siswa bernilai cukup. Hal itu dapat dilihat dengan lengkap pada tabel berikut ini.

TABEL 20 NILAI KESINKORAN GAMBAR DENGAN KARANGANSISWA
DI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 15 Koto Lalang Lubuk Kilangan 26 6 18 2
2. SD 15 Semen Padang Lubuk Kilangan 28 13 12 1
3. SD 05 Bandar Buat Lubuk Kilangan 31 2 29 -
Jumlah 85 23 59 3
Presentase 100% 27,1 69,4 3,5

Keterangan: B-71-80 C-51—70 K-30—50

Nilai imajinasi siswa menunjukkan bahwa dari 95 Siswa, 9 siswa atau 95,25 mendapat nilai B, 44 siswa atau 46,35 mendapat nilai C, dan 42 siswa atau 44,24 menadap nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa daya imajinasi siswa cukup baik. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

TABEL 21 NILAI IMAJINASI DALAM KARANGAN SISWA DI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 36 Cengkeh Lubuk Begalung 29 5 18 6
2. SD 03 Pampangan Lubuk Begalung 34 10 16 8
3. SD 30 Lubeg Lubuk Begalung 32 3 8 21
Jumlah 95 18 42 35
Presentase 100% 19% 44,2% 36,8%

Keterangan: B=71-80 C=51—70 K=30—50

Nilai estetika dalam karangan siswa menunjukkan bahwa dari 95 siswa, hanya 1 siswa atau 1% yang mendapat nilai B, 35 siswa atau 37% siswa yang mendapat nilai C, dan 59 siswa atau 62% mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai estetika karangan siswa kurang. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

TABEL 22 NILAI ESTETKKA DALAM KARANGAN SISWA DI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 36 Cengkeh Lubuk Begalung 29 - 15 14
2. SD 03 Pampangan Lubuk Begalung 34 - 18 16
3. SD 30 Lubeg Lubuk Begalung 32 1 2 29
Jumlah 95 1 35 59
Presentase 100% 1% 37% 62%

Keterangan: B=71-80 C=51—70 K=30—50

4.8.3 Tingkat Apresiasi Siswa terhadap Gambar di Kecamatan Pauh

Berdasarkan analisis terhadap 80 hasil karangan siswa SD di Kecamatan Pauh, nilai kesinkronan gambar dan karangan siswa menunjukkan bahwa tidak satu pun siswa yang memperoleh nilai B, 6 siswa atau 74 mendapat.rulai C, 74 siswa atau 93 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesinkronan gambar dan karangan kurang. Hal itu dapat dilihat dengan lengkap pada tabel berikut ini.

TABEL 23
NILAI KESINKORAN GAMBAR DENGAN KARANGAN SISWA DI KECAMATAN PAUH
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 02 Inti Pauh 38 - - 38
2. SD 06 Piai Pauh 19 - 3 16
3. SD13 Kapalo Koto Pauh 23 - 3 20
Jumlah 80 - 6 74
Persentase 100% - 7% 93%

Keterangan: B-71—80 C-51—70 K-30—50

Nilai daya imajinasi dalam karangan siswa di kecamatan ini menunjukkan bahwa dari 80 siswa tidak satu pun yang mendapat nilai B, 5 siswa atau 6,24 mendapat nilai C, dan 75 siswa atau 93,84 memperoleh nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan daya imajinasi siswa kurang. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

TABEL 24
NILAI IMAJINASI DALAM KARANGAN SISWA DI KECAMATAN PAUH
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa
B
1. SD 02 Inti Pauh 38 -
2. SD 06 Piai Pauh 19 -
3. SD13 Kapalo Koto Pauh 23 -
Jumlah 80 -
Persentase 100% -

Keterangan: B271—80 C-51-70 K-30-509 Nilai estetika dalam karangan siswa di kecamatan ini menunjukkan bahwa dari 80 siswa tidak satu pun yang mendapat nilai B, 2 siswa atan 2,54 siswa yang mendapat nilai C, dan 78 siswa atau 97,54 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai estetika karangan siswa kurang. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini.


TABEL 25
NILAI ESTETIKA DALAM KARANGAN SISWA DI KECAMATAN PAUH
No. Nama SD Kecamatan Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 02 Inti Pauh 38 - - 38
2. SD 06 Piai Pauh 19 - 1 18
3. SD13 Kapalo Koto Pauh 23 - 1 78
Jumlah 80 - 2 78
Persentase 100% - 2.5% 97.5%

Keterangan: B - 71—80 C-51-70 K-30—5$


4.8.4 Rekapitulasi Kesinkronan, Imajiansi, dan Estetika dalam Karangan Siswa di Kecamatan Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, dan Pauh

Berdasarkan uraian dan analisis tentang kesinkronan, imajinasi, dan estetika di dalam karangan siswa di tiga kecamatan tersebut dapat dilihat rekapitulasi nilai siswa berdasarkan kecamatannya dalam tabel berikut.

TABEL 26
REKAPITULASI NILAI KESINKRONAN DALAM KARANGAN SISWA DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN, LUBUK BEGALUNG, DAN PAUH
No. Nama SD Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 36 Cengkeh 29 5 18 6
2. SD 03 Pampangan 34 10 16 8
3. SD 30 Lubuk Begalung 32 3 8 21
4 SD 15 Koto Lalang 26 3 6 17
5. SD 15 Semen Padang 28 3 7 18
6. SD 05 Bandar Buat 31 1 8 22
7. SD 02 Inti 38 - - 38
8. SD 06 Piai 19 - 3 16
9. SD 13 Kapalo koto 23 - 3 20
Jumlah siswa 260 25 69 166
Persentase 9,7% 26,5% 63,8%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50

Berdasarkan data di atas dapat dilihat kesinkronan antara gambar dan karangan. Dari 260 karangan siswa, hanya 25 siswa atau 9,74 mendapat nilai B, 69 siswa atau 26,54 mendapat nilai C, dan 166 siswa atau 63,896 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesinkronan gambar dan karangan bernilai kurang.

Dari 260 karangan siswa di tiga kecamatan yang menjadi sampel penelitian ini, untuk hal daya imajinasi siswa diperoleh gambaran bahwa hanya 39 siswa atau 154 yang mendapat nilai B, 85 siswa atau 3344 mendapat nilai C, dan 136 siswa atau 5274 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa daya imajinasi siswa kurang. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut.

TABEL 27
REKAPITULASI NILAI IMAJINASI DALAM KARANGAN SISWA SD DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN, LUBUK BEGALUNG, DAN PAUH
No. Nama SD Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 36 Cengkeh 29 5 16 8
2. SD 03 Pampangan 34 1 23 10
3. SD 30 Lubuk Begalung 32 3 5 24
4 SD 15 Koto Lalang 26 9 14 3
5. SD 15 Semen Padang 28 20 8 -
6. SD 05 Bandar Buat 31 1 14 26
7. SD 02 Inti 38 - - 38
8. SD 06 Piai 19 - 2 17
9. SD 13 Kapalo koto 23 - 3 20
Jumlah siswa 260 39 85 136
Persentase 15% 33% 52%

Keterangan: B-71—80 C-51-70 K-30—50

Dari 260 karangan siswa SD yang menjadi sampel penelitian di tiga kecamatan ini, untuk nilai estetika dapat dilihat bahwa hanya 24 siswa atau 995 mendapat nilai B, 96 siswa atau 374 siswa mendapat nilai C, dan 140 siswa atau 54 mendapat nilai K. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai estetika karangan siswa kurang. Hal itu dapat dilihat dengan lengkap dalam tabel berikut ini.

TABEL 26
REKAPITULASI NILAI ESTETIKA DALAM KARANGAN SISWA DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN, LUBUK BEGALUNG, DAN PAUH
No. Nama SD Jumlah Siswa Nilai
B C K
1. SD 36 Cengkeh 29 - 15 14
2. SD 03 Pampangan 34 - 18 16
3. SD 30 Lubuk Begalung 32 1 2 29
4 SD 15 Koto Lalang 26 6 18 2
5. SD 15 Semen Padang 28 15 12 1
6. SD 05 Bandar Buat 31 2 29 -
7. SD 02 Inti 38 - - 38
8. SD 06 Piai 19 - 1 18
9. SD 13 Kapalo koto 23 - 1 22
Jumlah siswa 260 24 96 140
Persentase 9% 37% 54%

Keterangan: B=71—80 C=51—70 K=30—50