Garuda Perdamaian/Surat-surat kiriman
SURAT-SURAT KIRIMAN
BERHENTI SEBENTAR
Tahukah Saudara buhwa Pasukan-pasukan Indonesia di Mesir:
- Melakukan latihan-latihan bila sedang tidak bertugas.
- Untuk mengangkut tjutjian-tjutjian dari Post-post ke Induk Pasukan dilakukan dengan kapal terbang, karena sangat djauh.
- Seorang kawan jang sedang sakit, dirawat sampai ke Rumah sakit di Djerman.
- Pada saat jang senggang mereka mengadakan pertandingan-pertandingan Olah raga dengan Pasukan-pasukan lain Negara.
- Tentara Indonesia amat ditakuti, karena terkenal disiplin bila sedang bertugas mendjaga gudang, sampai-sampai Tentara Kanada bila mendekat, masih djauh sudah angkat tangan dan berteriak ,,I'm Canada".
SEKILAS KEBERANGKATAN POLISI P.B.B.
DARI INDONESIA UNTUK MESIR.
Lts.: Saudin Sagiman.
Tanggal 9 Djanuari 1957. Fadjar hari. Deru kendaraan bermotor menudju lapangan terbang Kemajoran diiringi oleh suara guruh dipagi bari itu sungguh memberikan kesan jang mendalam bagi kita.
Kenapa tidak! Karena inilah merupakan detik-detik peristiwa jang tak dapat dibiarkan lalu begitu sadja dalam rangkaian peristiwa bersedjarah, baik bagi T.N.I. maupun untuk sedjarah kebangsaan.
Tak ada jang akan membantah ini kiranja.
Untuk jang pertama kali, saja ulangi untuk jang pertama kali Republik Indonesia mengirimkan pasukan bersendjatanja keluar negeri dengan tugas jang sutji murni sebagai polisi P.B.B.
Memang murni tugas ini, karena pengiriman detachement Garuda I ini ke Mesir, bukanlah untuk maksud mengobarkan peperangan.
Bahkan sebaliknja, mereka bertugas untuk turut serta mentjegah berlangsungnja peperangan jang dikutuki oleh setiap orang jang berperi kemanusiaan.
Detachement Garuda I ini terdiri dari 3 kompi, masing-masing adalah dari T.T. IV 2 kompi dan 1 kompi lagi dari T.T. V.
Letnan Kolonel Hartojo telah ditundjuk untuk mendjadi komandan dari pasukan ini dengan dibantu oleh Majoor Sudiono sebagai wakilnja.
Sembilan hari sebelum mereka meninggalkan Indonesia mereka telah dilantik oleh Panglima Tertinggi di Istana Negara dan dalam pelantikan itu Panglima Tertinggi telah menjampaikan amanat beliau antara lain sebagai berikut:
......... bahwa ini adalah soal jang pertama kalinja tentara kita memikul tugas internasional, bukan untuk kita sadja tetapi untuk seluruh dunia dan untuk perikemanusiaan.
Saudara hendak berangkat dan membawa nama Indonesia. Saja berikan pangestu dan saja doakan Insja Allah baik diluar negeri nanti dan sekembalinja ditanah air akan tetap mendjadi bunga bangsa Indonesia dalam menjelesaikan tjita-tjita revolusi kita".
Demikian amanat Panglima Tertinggi jang telah didengarkan dengan penuh hikmat oleh pasukan Garuda I.
Dua hari sebelum pelantikan di Istana Negara itu, oleh Kepala Staf Angkatan Darat pasukan ini telah di-inspekteer dan djuga K.S.A.D. menjampaikan pesan sebagai berikut:
...........Tugas kamu ini adalah tugas negara terhadap negara sahabat jang kita hormati dan tugas internasional T.N.I. jang pertama kali jang penuh udjian dan peladjaran. Karena itu laksanakanlah tugas ini dengan sebaik duta negara dalam arti jang sesungguh-sungguhnja".
Kedua amanat diatas telah memberikan pengertian-pengertian dan harapan dari kita semua kepada ,,duta-duta" kita itu untuk senantiasa dapatnja membawa nama baik jang telah dimiliki oleh T.N.I.,. dalam sedjarahnja.
Insjaf dan sadar akan tugas murni jang akan didjalankan inilah barangkali jang telah menimbulkan semangat ingin dapat menunaikannja dengan sebaik-baiknja. Semua ini memang tidaklah diutjapkan dengan kata-kata tetapi sorotan mata jang dipantjarkan ketika mereka akan meninggalkan lapangan terbang Kemajoran telah memberikan gambaran jang djelas bahwa mereka sedikitpun tiada gelisah dan gentar untuk menunaikap tuga jang dipikulkan kepada mereka.
Saja teringat bagaimana seorang wartawan lbu kota waktu menginterview salah seorang perwira Garuda I ini: ,,apakah saudara tidak gentar untuk menunaikan tugas saudara itu dan apakah saudara meminta sendiri untuk ditugaskan ke Mesir ini"?
Perwira tadi tersenjum ketjil dan mendjawab: ,,kalau saja katakan saja tidak gentar djanganlah pula saudara wartawan menganggap bahwa saja berpendapat ke Mesir itu sebagai suatu tourisme, tetapi saja sebagai militer, tugas keluar negeri atau kedalam negeri itu sama sadja soalnja, kalau diperintahkan .................. djalan dan tidak ada tawar-menawar".
Saja sendiri jang menemani pertjakapan mereka itu merasa bangga terhadap rekan saja jang tegas sekali dalam utjapannja itu.
Saudara wartawan melihat dengan kerlingan mata kepada saja dan saja pun mengerti maksudnja lalu menjela: ,,apa jang diutjapkannja itu memang keluar dari hati nuraninja dan saudara tak usah sangsi akan kata-kata itu".
Ia tersenjum gembira dan berlalu dari sana menjusul ketempat-tempat lain mungkin akan mentjari bahan-bahan lain.
Tepat djam 06.00 pesawat Globemaster jang pertama meninggalkan landasan dibawah tepuk tangan jang riuh. Sementara itu pasukan-pasukan lainnja sudah datang lagi memasuki lapangan terbang.
Dari alat pengeras suara terdengar announcer dari Penad: ,,Saudara-saudara jang memasuki lapangan ini adalah pasukan dari Brawidjaja dan mereka akan segera masuk kepesawat udara jang ketiga".
Spontaan terdengar teriakan jang riuh dari jang hadir: ................... hidup Brawidjaja dan selamat bertugas. Tepuk tangan tak henti-hentinja seakan-akan hendak mengimbangi deru pesawat-pesawat Globemaster jang telah mulai memutar baling-balingnja.
Lagi-lagi terdengar suara Kapten Suwamo dari Penad: .......... saja tidak akan djemu-djemunja menjampaikan dan menjerukan, marilah kita bertepuk tangan melepaskan mereka jang pergi ini sebagai lambang selamat djalan dan selamat bertugas". Seruan ini memang mendapat sambutan jang hangat.
Demikian satu demi satu pesawat pengangkut Amerika ini meninggalkan landasan dengan tepuk tangan dan irama-irama mars dari Corps Musik KMKBDR.
Dan setiap pesawat meninggalkan landasan itu, saja sendiri dalam hati berdoa .............. moga-moga mereka akan dapat mendjalankan tugasnja dengan baik dan kembali ketanah air dalam keadaan sehat walafiat".
(Madjallah Angkatan Darat No. I) Bulan Djanuari 1957. |
SAJA DITUGASKAN KE MESIR.
I. KOESNANDIR - Lts.
Sengadja baru sekarang saja menulis untuk teman-teman sekalian di Indonesia. Karena apa? Selama ini dengan penuh perhatian saja menunggu berita hangat dari keluarga saja sendiri di Tanah-air. Barulah 10 hari jang lampau kuterima surat dari rumah, bahwa isteri saja telah melahirkan anak dengan selamat pada tanggal 6 Djanuari 1957 djam 06.10. Berita mengenai bevalling ini telah saja dengar pula sewaktu kedatangan pasukan pada tanggal 12 Djanuari 1957, tetapi berita tersebut, masih bersimpang siur. Ada jang mengabarkan melabirkan dua orang anak kembar, dirawat dirumah sakit Panti-Rapih dan sebagainja. Seperti mungkin Saudara telah maklum saja berangkat mendahului pasukan pada tanggal 2 Djanuari 1957 sebagai anggauta Advance Party Bn. Djadi saja berangkat ke Mesir 4 hari sebelum anak kami jang ke-5 lahir. Dapatlah kiranja teman-teman goreskan, bagaimana perasaan hati seorang bapak jang sedang mendengar dan menunggu berita jang sematjam itu tadi. Bersjukurlah kami kepada Tuhan Jang Maha Esa, bahwa isteri beserta anak kami dalam keadaan jang sehat wal'afiat. Tidak kembar, dan tjantik manis pula parasnja .......... kata ibunja. Mudah-mudahan dalarn achir tahun ini dapatlah kami melihat dan kuraih akan wadjah anak kami tersebut.
Itulah sebabnja teman-teman, Saudara-saudara sekalian. Dan kini kumulailah tjerita kami semendjak pemberangkatan dari Tanah-Air sampai sekarang ini. Tetapi dengan perdjandjian sebelumnja, bahwa dengan tulisan saja ini saja berharap akan menerima surat-surat lebih banjak lagi dari Tanah-Air, dari Saudara-saudara sekalian.
Kami berangkat bersama-sama dengan anggauta Advance Party Bn. Garuda 1 sebanjak 36 orang dibawah pimpinan Majoor Soetikno Kepala Garuda I Bn. Dari Djakarta berangkat pada tanggal 010217.30 dengan menumpang pesawat terbang U.S. Navy Military Air Transport Service. Pesawat tersebut chusus diperuntukkan rombongan kita, jang disamping dapat memuat 40 orang penumpang memuat pula 5 ton barang-barang, Djadi pemberangkatan kami ini tidak dengan pesawat Globemaster Type C-124 seperti jang dipergunakan pemberangkatan Pasukan Batalion.
Diperdjalanan tidak perlu kami tjeritakan, jang pada pokoknja dari Djakarta terus Bangkok-Calcutta-Dahran-Beyruth dan achirnja Abu Suweir.
Pada tiap-tiap pemberhentian tersebut pada umumnja beristirahat 2 djam di Airport, hingga tanggal 010323.00 kita telah mendarat di Beyruth. Di Beiruth kita bermalam di Kamp Tentara Libanon, karena esok harinja akan ganti pesawat. Esok harinja tanggal 4 Djanuari 1957 djam 12.00 kita telah berangkat dari Beyruth Air Port dengan pesawat Flying Boxar dari Canadian Air Force menudju Abu Suweir, dan tiba disana pada djam 14.00. Mulai saat itu kita telah mengindjak bumi Mesir jang kita tudju.
Mulai di Bangkok sampai Abu Suweir rombongan kita selalu didjemput oleh Perwakilan dan Atache Militer kita di Negara-negara tersebut, terketjuali di Dahran karena letaknja terlalu djauh. Dahran ini agaknja memang merupakan pangkalan Amerika di Timur Tengah jang penting, kalau kami lihat pesawat-pesawat U.S.A. dan kekuasaannja disitu. Karena tidak ada jang mendjemput, di Dahran kita dipersilahkan oleh seorang Kapten Amerika untuk makan siang dan didjamu dimessnja.
Mulai di Dahran sudah terasa dinginnja, terlebih di Libanon dan Mesir, karena waktu ini musim dingin. Perhubungan kita dengan crew-members dari Plane mulai Djakarta dan sesampainja ditempat adalah baik sekali dan menjenangkan, servicenjapun memuaskan. Dari Beyruth ke Abu Suweir semua penumpang diwadjibkan mengenakan zwemvest dan parachuute, karena melintasi Laut Tengah dan diatas daerah Israel.
Sesampainja di Abu Suweir, rombongan kita untuk sementara waktu ditempatkan di UNEF doorgangskamp disekitar lapangan terbang. Semendjak saat itu kita telah berada dalam hubungan internasional, karena disitu telah banjak kesatuan-kesatuan dari lain Negara dan Staf UNEF sendiri, seperti dari Kanada, Swedia, Norwegia, Finlandia, Denmark, India dan sebagainja.
Perhubungan kita dengan mereka, termasuk orang-orang Mesir mempergunakan bahasa Inggris, walaupun untuk kami sendiri masih sering ,,keseleo". Tetapi ingat akan pesan Panglima kita, djuga dari Presiden agar djangan sampai ada perasaan minderwaardig, walaupun dengan bahasa Inggris jang sederhana, kami lajani pula mereka itu.
Betul djuga, tidak semua opsir-opsir dari Negara-negara lain itu berbahasa Inggris, bahkan dari kita semuanja lebih banjak jang dapat. Tetapi jang kadang-kadang mendjemukan ialah kalau berbitjara dengan mereka jang memang itu bahasanja, seperti dengan Kanada misalnja. Dianggapnja berbitjara dengan temannja sekampung. Suatu keuntungan jang kedua, ada kesempatan memahami dan memperdalam bahasa Inggris dalam praktek. Keuntungan jang pertama ialah dapat mengenal, mengetahui dan pengalaman-pengalaman seperti tjerita tersebut diatas.
Di Abu Suweir, kita mendapatkan pelajanan jang tjukup baik. Menurut peraturan disini djuga lazimnja dalam ketentaraan Barat, ada pembedaan untuk Peradjurit, untuk Bintara dan Bawahan, jang biasanja tidak terdapat pada T.N.I. kita, misalnja sadja: tempat makan, cantine, kamar mandi dan sebagainja disediakan tersendiri. Mengenai makanannja tidak pernah kita bertemu dengan nasi. Makanan Barat jang disediakan, tetapi sang perut lama-kelamaan ja biasa sadja. Disini perlu sekali etiquete makan kita perhatikan, terlebih bagi anggauta-anggauta bawahan dalam mempergunakan alat-alat makan dan tjara memakan sadjian jang asing itu.
Diatas telah saja katakan, bahwa kini adalah musim dingin. Walaupun pakaian kita telah ditambah dengan underwear, pull over, supperbattle dress, over coat dan memakai sarung tangan masih djuga terasa dingin. Kita mendapatkan tambahan selimut wool 3 helai lagi, toch masih terasa dingin diwaktu tidur malam. Kalau kebetulan terbangun djam 3 malam djangan mengharapkan akan dapat tidur lagi sampai pagi.
Karena itu dinasehatkan djangan tidur disiang hari. Oleh Ibu Duta jang datang ketempat kami, djuga dinasehatkan lebih baik djangan mandi, karena salah-salah bisa mengakibatkan rheumatik. Selama di Abu Suweir ataupun semendjak pemberangkatan dari Djakarta, saja baru mandi satu kali, itupun dengan air panas. Setiap hari tjukuplah hanja „raup kutjing”.
Setelah perhubungan-perhubungan dengan H.Q. UNEF dan persiapan-persiapan di Abu Suweir selesai, maka pada tanggal 8 Djanuari 1957, kita terus menudju ke El Shandura lebih kurang 75 k.m. sebelah selatan Abu Suweir, Shandura Camp, adalah bekas kampemen Mesir atau Inggris dahulu, jang diperuntukkan asrama Batalion kita bila nanti sudah datang.
Djadi pemberangkatan kita ketempat tersebut adalah untuk persiapan-persiapan tempat. Shandura letaknja sedikit sebelah selatan Little Bitterlake ditepi sebelah barat Suez-kanal. Di Camp tersebut telah berada satu Para batalion dari India jang sebulan lebih dahulu datangnja dari kita.
Karena banjaknja kerusakan camp tersebut, maka setiap hari bagian engineer Mesir terus menerus membersihkan dan memperbaiki, hingga tanggal 12 Djanuari 1957 sudah siap menerima kedatangan pasukan, walaupun dalam hal ini anggauta-anggauta kwartiermakers harus bekerdja keras siang dan malam.
Tanggal 011212.00 datanglah rombongan pertama pasukan batalion dibawah pimpinan Majoor Soekarno Kmd. Kie. „A”. Pada hari itu djuga pada djam 17.30 datanglah kompi kami, kompi „B” dibawah pimpinan Kapten Soeprapto. Pada hari-hari jang pertama masih belum teratur keadaannja, karena banjak kesibukan-kesibukan. Terlebih dalam soal pemasakan makanan, karena banjak alat-alat, bahan-bahan bumbu-bumbu dan kelengkapan lainnja masih ketinggalan bersama rombongan jang terachir. Tentunja saudara dapat maklum, bahwa sedatangnja pasukan batalion harus menjelenggarakan sendiri segala hal dengan hubungan permintaannja kepada UNEF.
Jang lebih menjulitkan lagi bahwa waktu itu kita belum menerima kendaraan dari UNEF. Tetapi lama-kelamaan dari hari-kehari keadaan mendjadi lebih baik dan teratur.
Selama di Shandura Camp ini, waktu dipergunakan untuk konsolidasi memperlengkapi segala kebutuhan dan perlengkapan tugas jang akan dihadapi. Djadi kini belumlah kita sampai pada tugas jang sesungguhnja.
Tambahan equipment selain jang sudah saja sebutkan diatas ditambah/diperlengkapi lagi dengan kaos kaki wool, sun glasses, masker (kedua-duanja Wakil Komandan Bn. dan Perwira Israel sedang bertjakap² didekat perbatasan.
ini dipergunakan selama perdjalanan di-dessert), tenda-tenda, vergassers (karena tiap outpost batalion menjelenggarakan makannja sendiri).
Setelah lebih kurang 10 hari kita berada di Shandura dan dalam pada itu Djendral Burns telah menindjau dan inspeksi pasukan, maka tibalah perintah, bahwa satu kompi ialah kompi „A” diperintahkan mengganti tugas Denen didaerah Sinai. Setelah perintah tersebut, berturut-turut tugas chec-post, pendjagaan H.Q. UNEF, post Abu Suweir dan lain sebagainja diberikan kepada batalion kita.
Mengenai keadaan tugas pada umumnja tiadalah berat dan lain sekali sifatnja dengan di G.B.N. ataupun di Djawa Barat.
Seperti tentunja saudara djuga maklum, bahwa kita bukannja dimaksud untuk bertempur. Bahkan djustru kebalikannja, berusaha mentjegah dan djangan sampai terdjadi pertempuran/pertumpahan darah lagi didaerah ini.
Jang agak berat buat pertama kali ialah menghadapi dingin. Tempat tugas dipadang pasir ini lebih dingin lagi dari Shandura, ditambah adanja angin kentjang jang mendingin. Kadang-kadang dinginnja sampai mendekati nul deradjat, hingga air mendjadi beku dan kalau hudjan bertjampur dengan es. Tetapi di Mesir djarang-djarang terdapat hudjan dan kalau ada hanja sebentar-sebentar dan tidak deras.
Sekarang tahulah kita, mengapa orang disini bertjebok dengan kertas. Karena disamping airnja sukar, djuga karena dinginnja. Bisa sang tangan mendjadi kedju karena berani mendjemak air dipagi hari.
Untuk mendapatkan air ini tidak mudah. Baru berpuluh-puluh kilometer kemudian didapat tempat pompa-air.
Seperti sekarang ini setiap hari kompi harus mengambil air dengan triller di waterpomp jang djauhnja 60 km lebih untuk supplyeren pasukan-pasukan didepan. Tetapi pasukan-pasukan didepan djuga telah diperlengkapi dengan jerricans dengan perhitungan rata-rata seorang 1 jerrican untuk sehari, terbatas hanja untuk keperluan masak, minum, sikatan dan mentjutji muka. Dilarang untuk mempergunakan untuk mandi atau mentjutji, karena tjutjian disentraliseer dan terkirim kebelakang (basiss batalion).
Letak outpost Pasukan dari C.P. Kie sampai sedjauh 60 km sama dengan 2 djam perdjalanan kendaraan dipadang pasir. Kadang-kadang pasukan itu mengeluarkan chec-post sedjauh 30 km atau lebih. Tetapi sedemikian itu biasa sadja, karena tiap post diperlengkapi dengan kendaraan dan perhubungan unit P.H.B. selalu lantjar. Transport dan/atau dropping sesuatu jang penting dapat dengan pesawat terbang ketjil type Otter jang untuk landasannja mudah sekali dibuat dipadang pasir ini.
Kendaraan jang dipergunakan didessert harus dalam keadaan jang baik. Jang kita pergunakan sekarang ini adalah Jeep, Austin ¾ tonner, Bedford 3 ton dan truck Canada fluidrive 4 tonner.
Mengambil djalan dipadang pasir adalah tidak begitu sukar, karena djalannja hanja satu. Tetapi harus berhati-hati dimedan luar djalanan kadang-kadang masih terdapat mynen baik jang dahulu dipasang oleh Mesir sendiri maupun oleh Israel. Kalau ada mynenvelden sudah pula diberi tanda-tandanja.
O, ja tadi lupa saja katakan, bahwa sesudah 3 minggu kita menggantikan tugasnja Kie „A”. Ditempat tugas kita sekarang ini diperbantukan tenaga-tenaga Canadian Signal Corps dan Norwey Medical Detashement dengan seorang dokter. Perhubungan anak-anak kita dengan mereka itu (Canada dan Norwegia) akrab sekali. Walaupun dengan bahasa Inggris „Tarzan-tarzanan” mereka itu dapat omong-omong dan bersenda gurau dengan senangnja.
Mengenai kesenangan teman-teman? Djangan dikira, bahwa ditempat tugas dipadang pasir ini tidak ada kesenangannja. Senang sekali, ja kesenangan dalam soldaten leven, Kadang-kadang senang lebih lama bertugas dari pada beristirahat dipangkalan batalion. Bagairnana tidak senang teman-teman? Kalau tidak senang kan berabe, mendjadi susah! Disana segala sesuatu kita kerdjakan sendiri. Bikin rumah dengan tenten opslaan sendiri, memperbaiki ,,perkampungan" sendiri, masak sendiri, perawatan tjukup baik, perhubungan surat dengan keluarga diurus kelantjarannja, sedangkan patroli tidak susah-susah kita berdjalan. Kendaraan harus dipergunakan dan kechawatiran tidak perlu ada.
Welfare terdjamin pula. Tiap minggu kita datangkan barang-barang Cantine berupa rokok, bier, coca-cola, bon-bons dan keperluan sehari-hari dengan harga jang murah. Film djuga diputarkan sampai ke pos-pos pasukan.
Sekarang soal uang saku, teman-teman. Dulu sebelum kami berangkat dari tanah air mungkin saudara djuga mendengar kabar, bahwa kita Polisi P.B.B. akan menerima uang saku 4 pound setiap harinja. Haduuuh Tuaaan, kalau memang sekian menerimanja, bisa tiap peradjurit beli Bell Air setelah setahun bertugas di Mesir itu djumlah jang tidak sedikit Rp. 400,— sehari!
Dan sekarang kenjataan teman-teman. Kita menerima uang saku 30 pianter (PT/30,—) perhari dari UNEF. Bolehlah dipersamakan dengan Rp.30 kita.
Diberikan tiap 10 hari sekali, tetapi tak pernah ada kelambatan dan tidak ada potongan ini itu. Baik bagi jang berkeluarga, jang budjang bagi pradjurit sampai Djendralnja sama jaitu PT 30,— sehari.
Wah, tetapi untuk kita sudah tjukup tuan. Ja asal tidak berkelebih-lebihan sadja. Tidak memimpikan Bell Air-Bell Airan, tidak usah gagah-gagahan, asal keluarga jang ditinggalkan terurus dengan baik, anak-anaknja sehat dan nanti kita kembali dengan selamat sambil dapat membawakan sekedar oleh-oleh untuk isteri dan anak-anak sudahlah puas dan senang hati saja.
Teman-teman dan Saudara-saudara sekalian, tjukup sekian dahulu surat kami jang untuk pertama kali ini. Nanti dalam surat kami jang berikutnja ingin kami mentjeritakan soal:
— Ketentaraan jang tergabung dalam UNEF jang saja kenal.
— Mengikuti sightseeing tour UNEF, keadaan Mozeum, piramyde-piramyde, kota-kota Cairo, Ismailia, Suez dan lain sebagainja .
— Orang-orang Mesir dan orang-orang Badoein jang saja ketahui.
— Keadaan tugas Batalion Garuda I clan lain-lain sebagainja.
Sudah barang tentu kesemuanja ini hanja terbatas kepada kemampuan pandangan saja sendiri dan pula harus bisa kami membatasi diri kepada soal-soal Ketentaraan.
Salam erat dari kami untuk teman-teman, saudara-saudara, sekalian di Tanah-Air.
(Madjallah Angkatan Darat No. 4) Bulan April 1957. |
TJERITERA TENTANG T.N.I. DI GHAZA.
— Masak sajur lode dengan susu sebagai santan.
L.E. MANUHUA.
Kalau pesawat terbang KLM flight-number 821 pada tanggal 3 Djuni 1957 meninggalkan Rome pada djam 10 malam, maka keesokan harinja tanggal 4 Djuni djam 4.25 pagi-pagi benar, mendaratlah ia dilapangan terbang Cairo. Buat saja penerbangan kali ini tak dapat saja lupakan begitu sadja.
Sebab disementara penerbangan inilah, usiaku bertambah setahun. Sama dengan pengalamanku setahun jang lalu. Antara Soa-Siu (ibu kota Propinsi Irian Barat) menudju Pelabuhan Bitung, saja bertambah usia satu tahun.
Hari masih agak gelap.
Ketika saja muntjul dari pintu pesawat, nampaknja saudara Salim Roshidi dari bagian Pers Kedutaan kita dan saudara Ismail Albandjar, pegawai Lokal pada Militer Attache kita telah menunggu-nunggu saja dengan tidak sabar. Kawan-kawan lama: di Makassar, di Cairo dan Beyruth. Pertemuan ini mendjadi lebih meriah lagi, ketika tiba kami dikamar tunggu airport. Ternjata bersama-sama dengan Kapten Widya Latief, ketiga kawan ini telah menunggu saja sedjak djam 3 pagi dan chusus untuk itu, sepandjang malam mereka tidak tidur.
„Apa rentjana saudara dan berapa lamakah akan tinggal di Mesir”? tanja Kapten Widya.
„Ini hari saja mau tidur, sebab semalam-malaman dipesawat tidak tidur, lagi pula selama di Itali, Paris, Djerman, Inggris dan Nederland, tidak pernah tjukup tidur. Djika mungkin sore ingin saja tindjau pembangunan didalam kota Cairo untuk saja bandingkan dengan apa jang saja lihat 2 tahun jang lalu. Besok ingin saja menindjau tentara kita jang bertugas sebagai anggota polisi P.B.B., kemudian lusa tanggal 6 Djuni saja akan meneruskan perdjalanan ke Bangkok dan untuk perdjalanan landjutan ke Bangkok dan Djakarta sudah saja bereskan dengan KLM di Rome”. Demikian dengan spontaan saja mendjawab pertanjaan Kapten Widya itu.
Kawan-kawan ini ketawa mendengar djawaban saja itu.
„Saudara tahu”?, kata Kapten Widya Latief. „Tentara kita bertugas di Ghaza. Markas besarnja terletak di Rafah, 400 km dari kota Cairo ini, atau paling tjepat naik jeep 9 djam.
Masuk kesana tidak gampang dan kesempatan untuk kesanapun tidak saban bari. Satu-satunja kesempatan jang paling baik ialah, kalau sebentar djam 11.00 saudara berangkat dengan Majoor Soekarno jang hendak kembali keposnja. Nah, bagaimana”?
Saja tak mendjawab pertanjaannja jang terachir ini. Tetapi kenjataannja ialah: Sesudah membereskan urusan hotel, djam 11.00 pagi itu telah siap dikantor Kedutaan kita untuk berangkat ke Rafah. Setelan saja sudah saja tinggalkan dirumah Majoor Boedihardjo, atache Udara kita, dan digantikan dengan pakaian hidjau. Tjelana jang kebesaran perutnja, djadi lumajan djuga sesudah diikati dengan koppelriem, lambang PBB dilengan badju sebelah kanan, sedang sebelah kiri tanda ,,Indonesia", lalu kepala ditutup dengan baret hidjau dengan tanda ,,UNEF" (United Nation Emergency Force atau Polisi PBB) sedang tanda pangkat tidak ada.
Djam 1.00 tengah hari barulah kami staart menudju Rafah. Akan tetapi 1 djam lamanja kami harus berkeliaran didalam kota Cairo, sebelum menemui djalan jang arahnja menudju Ismailia, sebab baik sopirnja maupun Majoor Soekarno sendiri, kedua-duanja ternjata tidak mengetahui djalanan keluar kota Cairo jang menudju Ismailia. Pengalaman selama sedjam ini dalam pada itu merupakan kesempatan jang baik sekali bagi saja untuk mengenal rakjat Mesir lebih baik dari dekat.
Dan pengalaman ini sangat mengetjewakan saja. Sebab selama sedjam kesasar didalam kota itu lebih kurang 20 orang Mesir jang kami mintakan bantuan keterangannja tentang djalan jang arahnja menudju Ismailia dan kesemuanja jang ditanjakan itu terhitung beberapa anggauta Tentaranja dan beberapa anggauta polisinja, tidak seorangpun jang memberikan keterangan jang benar. Kalau jeep kami itu sedang menudju kearah timur jang ditanjakan menundjukkan arah kebarat, dan kalau mobil sudah berputar arah kebarat sebentar-sebentar lain orang jang ditanjakan menjuruh kami kembali kearah timur lagi, sebentar-sebentar lagi jang lain menjuruh keutara kemudian jang lain lagi menjuruh mengambil arah keselatan, dan begitulah seterusnja, sampai dengan tidak menghiraukan atau mengharapkan lagi keterangan-keterangan dari rakjat Mesir, kami mentjari sendiri dan menemui sendiri djalan jang harus kami tempuh.
Kesempatan berkenalan dengan rakjat Mesir, saja peroleh lagi di Ismailia, kota didekat terusan Suez jang masih mempunjai reruntuh-reruntuh akibat pemboman angkatan udara agressor Inggris.
Kami beristirahat disini sedjam lamanja. Saja sendiri tidak meninggalkan Jeep. Chawatir kalau-kalau potongan saja jang begitu serampangan karena badju hidjau jang kebesaran badan saja itu didjadikan ukuran oleh rakjat bagi seluruh tentara kita. Maka datanglah rakjat-rakjat jang berada disekitar Jeep kami ini, menghampiri saja berganti-ganti. Jang pertama sekali ialah tukang djual rokok. Mulanja dia mengadjak saja membeli rokoknja jang sesungguhnja tidak saja butuhkan itu sebab mempunjai persediaan tjukup. Tetapi dia tidak berhenti mengadjak, lalu membudjuk dan achirnja memaksa. Dan dia nanti baru mau meninggalkan saja, sesudah timbul rasa djengkel saja sehingga menjuruh dia pergi sambil sebelah tangan diletakkan diatas bedil.
Pergi dia datang jang lain lagi. Ngomong tak berpokok tertentu dan kalau dia melihat saja senjum, lekas-lekas dia minta rokok. Melihat rokok saja berikan, beberapa orang jang berada tak djauh dari situ tidak mau membiarkan kesempatan itu dilalaikan. Ramai-ramai mengulurkan tangannja sambil memudji-mudji tentara Indonesia. Dan kalau rokok sudah habis terbagi, kaleng kosongnja mendjadi rebutan.
Belum habis tjeritera pertemuan singkat ini sebelum jeep kami meneruskan perdjalanannja. Sebab masih ada lagi beberapa jang lainnja menghampiri saja dengan membawa lain tjeritera dan lain akal untuk mendapat sesuatu. Tjeritera tentang Presiden Soekarno jang sifatnja memudji-mudji. Dan kalau saja telah menjatakan terima kasih saja atas pudjian meereka, berartilah terbuka kesempatan buat mereka untuk ................... minta uang! Jah, tentunja saja berikan sekedarnja, kuatir kalau-kalau pudjian itu berobah mendjadi edjekan!
Bermobil menjusur djalan raya ditepi Terusan Suez sepandjang lebih kurang 30 km untuk kemudian menjeberanginja, tidak banjak pemandangan jang merupakan bahan tjeritera. Hari masih tetap panas; panas-panas padang pasir. Dan iring-iringan kapal jang sedang melintasi terusan jang telah kami dekati, telah mendjadi terang matjam kebangsaannja, kalau beberapa saat jang lalu kelihatannja dari djauh seperti kapal-kapal jang berlajar diatas pasir sadja. Kapal-kapal dari Denmark, Djerman Barat dan Belanda.
Kalau djam tangan saja telah menundjukkan pukul 19.30 (7.30 malam), maka kami telah tiba dibagian djalan raja jang penuh dengan lobang-lobang besar dan ketjil; djalan menudju tepi Laut Tengah. Tetapi hari belum djuga gelap. Sebab seperti halnja dengan Eropah, matahari disini djuga ,,sangat radjin"; pagi-pagi belum djam 5 ia sudah muntjul dan nanti menghilang (terbenam) disekitar djam 21.00 (9.00 malam). Djalan-djalan berlobang itu, adalah akibat dihantjurkan oleh Tentara Israel ketika mengundurkan diri Terusan Suez atas perintah Dewan Keamanan PBB. Dihantjurkan dengan bulldozer dan sepandjang lebih kurang 50 km. Sedjak beberapa minggu jang lalu, bagian djalan ini mulai diperbaiki oleh Mesir, Tjepat djuga mereka bekerdja sebab semua setjara mechanis sehingga dalam 1 hari, 1 km selesai dikerdjakan dalam kwaliteitnja sebagai djalanan kelas satu.
Setelah melalui beberapa pos tentara Jugoslavia dan beberapa kubu pertahanan Tentara Mesir, tibalah kami dizone tentara kita. Dan kala jeep kami berhenti dipekarangan markas besar T.N.I. ,,Garuda I", djam menundjukkan pukul 22.00 tempat.
Rafah adalah sebuah desa tak djauh dari Ghaza. Dan tidak djauh dari markas-besar kita ini, membudjur lurus garis demarkasi antara daerah kekuasaan Mesir dan Israel.
Menurut persetudjuan jang ditjapai didalam Dewan Keamanan PBB, pasukan-pasukan Polisi PBB ditugaskan untuk mendjaga garis demarkasi ini dan untuk itu mereka akan menduduki sebahagian wilajah kekuasaan Mesir, dan Komandan Bn. dan rombongan dalam perdjalanan ke post bertemu dengan orang Bedui, dimana mereka berhenti sebentar untuk bertjakap-tjakap. Entah bahasa apa jang dipergunakan! Rupa-rupanja djari-djari dan sikut Pak Susdi berdjasa djuga mendjadi djuru bitjara ..............
sebahagian wilajah kekuasaan Israel disepandjang garis demarkasi itu. Kenjataannja sekarang ini ialah, bahwa mereka hanja menduduki bahagian wilajah kekuasaan Mesir. Sebab Israel tidak memperkenankan mereka menduduki bahagian wilajahnja dengan alasan: Israel tidak pernah menjetudjui resolusi Dewan Keamanan dalam hal ini.
Desa Rafah ini pernah didjadikan markasnja salah satu batalion tentara Israel ketika menduduki seluruh wilajah ini sampai ke Terusan Suez. Dan sewaktu mereka harus mengundurkan diri dari situ, sebahagian besar bangunan-bangunan jang ada, dihantjurkan. Bangunan-bangunan jang tidak sampai hantjur seluruhnja, kini ditempati oleh tentara kita. Tetapi tidak seluruhnja, melainkan hanja mereka jang bertugas pada markas besar batalion. Kompi-kompi seterusnja peleton-peleton disebarkan dengan pos-posnja masing-masing disepandjang garis demarkasi disekitar Ghaza kearah Sinai.
Malam itu Komandan „Garuda I” Overste Suadi, bekas Komandan R.I. 23 di Pare-pare, sedang sibuk mengadakan persiapan-persiapan untuk pagi tanggal 5 Djuni djam 5.00 terbang ke Napoli. Dari sana ia akan mendjalankan vakansi-nja selama 14 hari di Eropah bersama-sama dengan beberapa orang perwira.
Kesempatan satu-satunja malam itu, saja pergunakan dengan sebaik-baiknja untuk bertjeritera dan bertukar fikiran setelah ia selesai dengan persiapan-persiapannia. Agaknja lebih banjak kami bertjeritera tentang keadaan di Sulawesi Ini dari pada keadaan disekitar perbatasan tempat tentara kita ini bertugas. Entah karena Sulawesi lebih mempunjai saat-saat jang ,,spannend", terutama sesudah ,,proklamasi 2 Maret" jang ,,echo"nja djuga sampai diluar negeri.
Sjukurlah kata Overste Suadi, tentara kita jang bertugas sebagai anggauta UNEF, selama ini berada dalam keadaan sehat walafiat. Sebuah truck kita katanja lagi, pernah kena mijn. Jaitu mijn plastik jang sekalipun telah banjak sekali kena pembersihan alat-alat modern pasukan Jugoslavia masih banjak sadja terdapat disana sini. Tetapi untung sekali tidak ada diantara anak-anak kita jang mendjadi korban oleh karenanja. Jang korban hanjalah trucknja, Semua pasukan jang bertugas disini, sudah ,,mendapat gilirannja"; ada jang gugur dan ada jang luka-luka berat dan enteng. Malahan pasukan-pasukan Israel sendiri jang punja mijn-mijn itu tidak luput dari ,,giliran".
Berbitjara tentang makanan, Overste Suadi mengeluh tentanq, ketiadaan hubungan jang baik dengan tanah air, djika dibandingkan dengan pasukan-pasukan lain. Dan ketiadaan hubungan jang baik ini, mempengaruhi kebutuhan anak buah djuga. Sebab oleh-oleh dari rumah terutama rempah-rempah untuk makanan tidak dapat diterima dari rumah. Dan, kata Overste Suadi, kalau sekali-sekali ingin makan sajur lode, terpaksa susu dipakai sebagai pengganti santan kelapa!
Pasukan jang mendjadi Polisi PBB dan jang bertugas mengawasi demarkasi Iijn disekitar Ghaza dan Sinai sekarang ini, berdjumlah lebih kurang 6.000 orang seluruhnja. Berasal dari Canada, Columbia, Brazilia, Denmark, Finlandia, india, Indonesia, Norwegia, Swedia dan Jugoslavia.
Pasukan kita terdiri dari 580 orang.
Tugas pasukan-pasukan PBB ini jang pertama kali ialah mengawasi pengunduran diri dari tentara agressor di Mesir, sambil · mengadakan pembersihan terhadap mijn-mijn jang dipasang oleh tentara agressor itu. Tugas ini telah selesai, Tetapi kemudian kepada mereka diberikan lagi tugas baru, jaitu mengawasi garis demarkasi dan menduduki daerah Ghaza.
Ghaza perlu diduduki, karena sekarang ini mendjadi pokok persengketaan antara Israel dan Mesir. Sebelum timbulnja agressi, daerah ini termasuk didalam de facto dan de jure Mesir. Tetapi sesudah agressi, Israel menolak daerah itu dikuasai oleh Mesir karena memandang kekuasaan Mesir itu sebagai antjaman terhadap Israel. Dan Israel telah memberikan ultimatum, bahwa apabila pasukan-pasukan PBB ditarik mundur dari sana, Israel akan menjerbu masuk Ghaza lagi. Untuk mentjegah kemungkinan itu pasukan-pasukan PBB ditugaskan menduduki daerah itu. Luasnja Ghaza tidak seberapa; hanja pandjang 50 km dan lebar lebih kurang 3 km. Akan tetapi sekalipun sebegitu ketjil, gelagatnja menundjukkan, bahwa penjelesaian tentangnja tak akan habis-habis. Dan berarti dengan sendirinja, bahwa tugas pasukan-pasukan PBB disana tak akan habis-habis pula, ketjuali djika hendak dibiarkan kedua-duanja berhantam-hantaman lagi sampai satu dianiatanja musnah sama sekali. Kalau keduanja sendiri jang berkelahi, barangkali bolehlah. Sajangnja ialah, bahwa dibelakang Israel ada lnggris dan Perantjis sedang Mesir tidak djuga kosong belakangnja.
Kembali kepada keadaan tentara kita, maka satu hal jang membanggakan, ialah bahwa tentara kita dikenal disana sebagai tentara jang ,,goed gedisciplineerd". Mereka dapat bergaul baik d engan 9 matjam pasukan jang lainnja. Berbeda dengan pasukan-pasukan lain itu, jang hanja bisa mnentjapai ,,good understanding" atau bisa berteman dengan satu atau dua pasukan jang lain. Begitupun halnja terhadap pasukan Isreal. Setiap waktu patroli Israel itu bertemu dengan patroli kita digaris demarkasi, Kedua-duanja harus berhenti seketika untuk ngobrol. Garis demarkasi itu berupa selokan dan masing-masing tidak boleh melanggar selokan itu. Berdiri didalamnja disementara ngobrol boleh.
Ketika saja menindjau pos-pos kita disepandjang garis demarkasi itu. saja mendapat kesempatan pula mengobrol, dengan patroli Israel itu. Berbitjara selama lebih kurang 30 menit saja mendapat kesan, bahwa mereka itu terdiri atas ,,bewuste soldaten" (serdadu-serdadu jang berkesadaran). Enrah suatu kebetulan, jang njata buat saja ialah, bahwa anggauta-anggauta patroli mereka jang terdiri atas 6 orang dan mengendarai 2 jeep masing-masing dengan sebuah ,,watermantel", adalah pemuda-pemuda jang berumur tidak lebih dari 22 tahun. Pakaiannja sederhana sekali seperti pakaian tentara gerilja sadja. ,,Hei, mengapa kamu berkelahi dengan Mesir"? tanja saja kepada salah seorang diantara mereka. ,.Mengapa kami berkelahi lawan Mesir"? katanja mengulangi pertanjaan saja itu sambil tertawa, kemudian menjambung. Kalau Mesir merasa berhak menduduki ini daerah, mengapa kami tidak boleh merasa berhak mendudukinja djuga"?
Menurut jang ditjeriterakan oleh anggauta-anggauta pasukan kita dipos-pos terdepan ini. Israel setiap hari mengadakan 3 kali patroli: pagi, sore dan malam. Patroli pagi sering terdiri atas pasukan-pasukan wanita didalam mana sering terdapat seorang gadis (orang Israel) jang lama berdiam di Surabaja. Dengan sendirinja bahasa Indonesianja Iantjar sekali dan bila bertemu dengan pasukan-pasukan kita selalu mempergunakan kesempatan itu untuk bertjerita tentang Indonesia. Sungguh saja amat menjesal, bahwa waktu beradanja saja ditempat bertugas tentara kita ini hanja 2 hari. sehingga terlalu pendek untuk mengundjungi garis demarkasi itu lebih dari sekali untuk dapat pula menjaksikan sendiri bagaimanakah potongan pasukan-pasukan wanita Israel tersebut.
Bertugas dipadang pasir ini, bukan tugas jang ringan. Diwaktu siang, panasnja bukan main: diantara 100 dan 110 deradjat Fahrenheit dan anggauta-anggauta pasukan jang tidak bertugas tentu sadja harus berlindung didalam tenda-tendanja masing-masing Jang memusingkan kepala mereka, dan seluruh pasukan umumnja ialah, bahwa disekitar daerah bertugasnja ini banjak sekali perujuri. Hal ini memang dapat dimengerti, sebab rakjat disitu sangat miskin. Rakjat djelata Mesir, kaum badui dan pengungsi-pengungsi dari Palestina. Hampir tiap malam ada pentjuri tertangkap. Dan malam pertama saja berada di Rafah ini, seorang pentjuri ditangkap didalam salah satu gudang pasukan k ita, Ketika didengar keterangannja antara lain dia berkata: ,,Last night I was walking with God" (Tadi malam saja berdjalan bersama-sama Tuhan).
Reaksi jang mereka peroleh sangat balk. Hampir setiap malam mereka dapat menonton tari-perut jang penarinja didatangkan dari Cairo untuk menghibur pasukan-pasukan PBB umumnja.
Begitupun terpentjil mereka segala keramaian menjebabkan tari perut itu seperti nampak pada gambar dibawah ini tak pernah membosankan mereka.
Tiap-tiap 3 bulan bertugas, mendapat kesempatan vakansi selama 2 minggu ke Beyruth, pusat kola pelesir Timur Tengan, dan kalau telah 5 bulan bertugas boleh 14 hari ke Eropah Barat. Mengenai Eropah, UNEF hanja menanggung transport pergi pulang Cairo-Napoli (Italia).
Dan menurut rentjana kemarin dengan dipimpin oleh Majoor Sudiono, 30 anggauta pasukan kita berangkat ke Mekkah untuk naik hadji.
Tetapi sekalipun demikian, masih djuga ada soal jang menimbulkan persungutan. jaitu selama 5 bulan bertugas di Mesir bersama-sama pasukan-pasukan dari 9 Negara lainnja, mereka belum pernah bisa mengadakan suatu pertemuan minum teh kepada pasukan-pasukan lainnja, sedang mereka itu selalu mendapat undangan dari ke-9 pasukan itu bukan sadja sekali melainkan berkali-kali. Sebabnja ialah: tidak ada fondsnja untuk itu sebab tidak diberi oleh Djakarta.
Dan mereka djuga mendongkoI terhadap tjara-tjara Drakarra suka membodohi dirinja sendiri dengan show-shownia iane tidak-tidak. Umparnanja sendjata dan kendaraan bisa didapat setjara gratis. Djakarta menolak dan menundjukkan kesanggupannja untuk membeli. Tawaran-tawaran bantuan jang bisa menguntungkan pasukan-pasukan kita, djuga kena tolak dengan djawaban-djawaban gagah-gagahan: kami sanggup memenuhinja atau mentjapainja sendiri. Katanja ................ untuk mempertahankan prestige!
Saia menjudahi tulisan ini dengan menjampaikan salam pasukan-pasukan kita itu kepada segenap pembatja sekalian.
(PEDOMAN RAKJAT) 29-6-1957. |
POS EL THARIEF — 40 KM BERHADAPAN
DENGAN TENTARA ISRAEL.
- Pasukan-pasukan kita dan Israel tak pernah tembak-menembak,
- Tidak mudah mentjari tempat-tempat di Padang Pasir iang ada didalam peta.
Pembatja jang budiman.
Marilah kita meneruskan penindjauan kita. Suatu pos sebesar satu peleton, jang djauhnja 49 km dari induk Kompi, langsung berhadapan dengan pasukan-pasukan Israel. Namanja El Tharief. Djalan antara El Themed (dimana Komando Kompi berada) dan El Tharief, tak banjak berbeda dengan djalandjalan jang pernah ditulis duluan. Padang jang kita laluinja, adalah padang batu, seperti dataran tinggi dipegunungan jang habis ditimpa bandjir. Penuh batu-batu besar, Untungnja tidak terlalu berdebu.
Djuga pos El Tharief ini dalam bentuk luarnja, tak banjak berbeda dengan pos El Kuntilla. Tenda-tenda hidjau kehitam-hitaman, Mobile Unit dari R.C.S.C. (Royal Canadian Signal Corps), lapangan Volleyball, bendera UNO, pos pengintai, lobang-lobang penembak disekitarnja, tanah gundul berbatu disekelilingnja, dan agak djauh pegunungan-pegunungan jang tegak membisu. Keistimewaannja, beberapa kilometer lagi, terdapat pos depan Israel dipisahkan oleh tanah tak bertuan dengan pos kita.
Tentu para pembatja ingin tahu, bagaimana sikap Tentara Israel terhadap kita. dan sebaliknja bagaimana kita terbadap mereka. Kalau hal ini saja sampaikan kepada para pembatja, saja chawatir akan menimbulkan pro dan kontra. itupun masing-masing mempunjai dasar jang kuat untuk membenarkan pendiriannja. Djuga tergantung dari sudut mana pembatja memandangnja. Dan itu bukan diadi tudjuan dari pada tulisan ini. Djadi tjukuplah saja sampaikan, bahwa antara Israel dan kita belum pernah terdjadi tembak-menembak.
Tetapi jang hendak saja suguhkan kepada para pembatja adalah peristiwa penting jang terdjadi dipos ini pada tanggal 15 Maret 1957. dimana pasukan-pasukan Israel ditarik mundur dari daerah Mesir, dan pos El Tharief diadjukan lebih kurang 25 km. hingga dekat dengan perbatasan. Gaza-strip pada waktu itu telah diduduki oleh pasukan-pasukan UNEF pada tanggal 8 Maret 1957, djadi sepekan lebih dulu.
Pada hari itu pagi-pagi benar, Komandan Kompi El Themed area, mendapat perintah melalui radio. bahwa hari itu pos El Tharief harus telah diadjukan sampai dekat perbatasan. Udara waktu itu dingin, dan angin hembus dengan kekuatan 30-40 mil/sedjam. Segera Komandan Kompi beserta wakilnja dan sopir, berkendaraan Landrover rnenudju El Thariet. Sementara itu perintah-perintah Jain telah ditinggalkan, seperti pemberitahuan ke El Tharief dengan radio tentang kehendak Komandan, bagaimana bantuan angkutannja, mengatur makannja dan lain-lain. Demikian setibanja di El Tharief, Komandan Peleton setempat didjelaskan tentang perintah Batalion dan rentjana pelaksanaannja.
Beberapa kesukaran, seperti apakah benar-benar Israel telah mengundurkan diri, dimana letaknja jang dinamakan Ras El Naqb selaku kedudukan baru, bagaimana nilai djalan jang dilaluinja dan betapa bentuk medannja nanti. Pertanjaan-pertanjaan jang dipeta telah tjukup djelas, tetapi dimedan sebenarnja tak sedjelas dan sebenar bajangan kita. Tentang ini kami telah banjak makan garam. Suatu tjontoh, apa jang digambar dipeta sebagai suatu djalan, dalam kenjataannja sama sadja bentuknja dengan medan berpuluh-puluh km. disampingnja. Tetapi T.N.I. telah mengalami kesukaran-kesukaran jang djauh lebih besar dari pada soal-soal jang demikian sadja, dus djalanlah.
Km. di Landrover kita perhatikan dan dengan kendaraan jang berisi 4 orang ini ditambah dengan Komandan Peleton El Tharief, ladjulah. Peta, kompas, teropong dan memperhatikan bekas-bekas djalan-djalan kendaraan, jang kadang-kadang begitu simpang siur, kadang-kadang hampir tak njata lagi. Beberapa lapangan randjau, lalu .................. sekonjong-konjong ditjakerawala kita lihat sebuah jeep lari dengan kentjangnja diselubungi debu. Agak djauh dibelakangnja, satu power, dan kepul debunja merupakan perisai baginja. Kita heran, mengapa dapat demikian tjepatnja kendaraan-kendaraan tersebut ladjunja. Adakah kemungkinan djalan besar disana? Dan tentulah mereka itu kendaraan Israel.
15 menit kemudian kita sampai didataran alam, jang benar-benar datar dan rata seperti dibuat oleh tangan manusia sadja. Dataran ini dengan sekonjong-konjong sadja dibatasi oleh pegunungan-pegunungan batu jang belum pernah kita djumpai dibagian Sinai jang lain. Pegunungan-pegunungan itu berwarna ungu, dan terdiri dari batu-batu tadjam mengkilap. Kemudian dataran landjutan jang kita lalui ini terbuat dari beton putih, dan begitu rata serta luas. Tak aral lagi, ini adalah lapangan udara jang maha besar, tanpa perumahan satupun. Kita tengok dipeta, memang ada tanda bulatan merah, tanpa keterangan. Tentu pula kendaraan-kendaraan Israel jang kita lihat ladju dengan tjepatnja tadi berada disini. Kitapun tanpa perhitungan lebih landjut, menekan pedal gas, mengikuti djedjak jang samar-samar tampak. Setelah melalui djalan jang begitu konjol, sekali-sekali baik djuga untuk lari kentjang dengan ketjepatan 100 km/sedjam.
Spedometer di Landrover kita telah menundjukkan suatu penambahan angka 25. Berarti kita sudah dekat perbatasan. Dibentangkan peta dan kompas, tak ada tanda-tanda medan jang dapat dipakai patokan. Kita tjoba salah satu dari begitu banjak bekas roda mobil dengan arah jang kira-kira sesuai dengan Pasukan „Garuda” dan pasukan Israel bergambar bersama-sama disalah-satu perbatasan Mesir-Israel.
tudjuan. Benarlah kita lihat suatu puing dari satu rumah batu bertjampur tanah. Tentu inilah Ras El Naqb. Kita mengadakan orientasi lagi. Tjelakanja kiblat dikompas rasanja tak sesuai dengan perasaan kita. Tentulah kompas jang benar.
Kita lihat lembah sebelah puing-puing rumah. Banjak kaleng-kaleng kosong tempat makanan tahan lama. Kita perhatikan kaleng-kaleng. Tulisan Hebreeuw, berarti Tentara Israel pernah mendirikan tenda-tendanja disini. Setidak-tidaknja pernah makan disini. Rumah ini dulu tentulah suatu rest-house merangkap suatu pos polisi perbatasan. Dihantjurkan oleh Tentara Israel, seperti djuga mereka menghantjurkan tiang-tiang telepon djalan-djalan, dan motorbloc dari kendaraan-kendaraan Tentara Mesir jang telah hangus terbalik itu dipinggir djalan-djalan. Mungkinkah ada randjau-randjau disekitar sini? Sukar untuk diterka. Tidak seorangpun jang suka memberi keterangan pada kita. Djadi hati-hati sadja dan adu untung!
(Minggu Merdeka)
30-6-1957.
_______________
DENGAN TAK SENGADJA LAMPAUI PERBATASAN
DAN MASUK ISRAEL.
— Tapi Letnan Benjamin dari Israel menjambut dengan baik.
— Tidak mudah pasang tenda-tenda dalam arus angin jang berkekuatan 40 mil sedjam.
Pembatja jang terhormat.
Kita sampai sudah di Ras El Naqb, atau lebih tepat kita sampai ditempat jang kita sangka Ras El Naqb. Berdasarkan peta tentunja, tetapi hal ini masih harus kita buktikan. Mengadakan orientasi jang lebih intensief telah tak mungkin lagi. Satu-satunja djalan jang masih terbuka adalah check-ken dengan perbatasan. lni riskant tetapi harus. Djalan disela-sela gunung, penuh batu dan tak terurus, kita tempuh. Sekonjong-konjong sadja ada pagar kawat, inipun tak terurus dan telah tampak tua dimakan waktu.
Kita ikuti kawat ini dengan pandangan, dilereng-lereng gunung kita lihat pilaar-pilaar tegak berdiri, tak berarti bila dibandingkan dengan kebesaran alam sekelilingnja. Kita lihat dengan teropong, dan kita menentukan sendiri, tentu inilah batas negara. Pagar kawat jang sudah hampir tak berupa pagar ini tidaklah terus memotong djalan. Djadi djalan masih dapat kita lalui dengan kendaraan. Hanja dipagar kawat pinggir djalan ada tulisan Hebreeuw diatas karton jang telah usang. Kita tak dapat membatjanja, tetapi dapat menerka apa artinja.
Kita berunding sebentar, keputusan diambil, perbatasan dilalui, dan landrover kita menderu mentjari djalan diantara batu-batu, menandjak menentang lerengan gunung batu jang tjuram lagi seram. Belum lagi kita madju sampai 100 meter, kita lihat sesosok tubuh, berpakaian seragam, berada diatas ketinggian sebelah kiri kita. Djiwa kita ada ditangannja, medanlah menentukan itu. Landrover kita hentikan, kita keluar didjalan. tangan dilambaikan, ia mendjawabnja. Ia memberi isjarat kepada kita, supaja kita tinggal ditempat, seorang lain lagi, djuga berpakaian seragam tampak disebelahnja dengan senapan mesin ditangan, sedang orang jang tampak pertama tadi menghilang. Sebentar lagi dari balik gunung, datang seorang berkendaraan powerwagon, menudju kearah kita. Seorang Letnan Israel, perawakannja tinggi, mukanja tak begitu terurus, mengenakan overcoat. Kita kenal dia, Letnan Benjamin, jang dulu posnja berhadapan dengan pos El Tharief, dan telah pernah kita djumpai di ,,daerah tak bertuan".
Setelah kita berdjabatan tangan. tanja teniang keadaan kita masing-masing, bitjara tentang tjuatja dan udara, ia memberi tahu bahwa kita telah melintasi perbatasan. Kita beri pendjelasan duduk persoalannja, dan ia mengangguk menerima. Landrover kita balik, dan kita bersama-sama menudju pagar kawat usang. Disana kita semua turun, dan kita minta pendjelasan-pendjelasan jang kita perlukan dari Letnan Benjamin.
Tentang batas Negara, tentang penjelundup-penjelundup, tentang rumah pos polisi, tentang lapangan randjau, tentang tjuatja, pendek kata tentang semua persoalan jang kita perlukan. Kita tjotjokkan dengan peta jang kita bawa. Sementara itu dipuntjak ketinggian, kita melihat seorang Tentara Israel sedang membuat perlindungan. Ditempat jang sangat dominerend, dapat menguasai djalan satu-satunja jang menudju ke Eilath, itu pelabuhan Israel diteluk Aqaba.
Tak lama kemudian datanglah sebuah station wagon bertjat putih bertanda U.N. Kendaraan tersebut mendekati kita, berhenti, dan keluarlah perwira UNMO (United Nation Military Observer) jang bertempat tinggal di El Themed, Majoor Van Elen, seorang Canada, disertai Kapten Dr. Fylling, Perwira kesehatan El Themed beserta dua orang anggauta lain. Menurut prosedur, seharusnja kita berangkat bersama-sama Perwira UNMO tersebut, tetapi waktu kita telah siap untuk berangkat dari El Themed, beliau masih njenjak tidur dus kita tak hendak menjia-njiakan waktu dan berangkatlah. Sekarang beliau terpaksa mentjari teman dan menjusul kita dalam keragu-raguan. Untung djua tak salah djalan.
Karena segala sesuatu telah kita selesaikan, tinggal lagi mendjelaskan kepada beliau tentang rentjana kita, selandjutnja menjusul pelaksanaannja. Tidak banjak lagi jang harus dibitjarakan tak lupa diabadikan lalu masing-masing menjelesaikan tugasnja sendiri-sendiri. Berarti, Israel kembali, Perwira UNMO dengan rombongannja kembali dan kita mentjari tempat untuk kemah-kemah dan untuk pos pengawas. Untuk jang tersebut belakangan sangat mudah, tetapi untuk kemah Peleton, tak mudahlah ditentukan, mengingat terbukanja tempat-tempat tersebut terhadap angin dan jang terachir dan jang terpenting, faktor keamanan. Achirnja ditentukan suatu tempat jang agak rendah dan sedikit terlindung dari angin, jalah dibawah puing-puing rumah pendjagaan polisi perbatasan.
Pada tengah hari, truck dari El Tharief datang membawa separuh kekuatan serta tenda-tenda. Pada waktu itu angin sangat dingin dan bertiup dengan kekuatan 40 mil sedjam. Dapat dibajangkan, betapa sukarnja mendirikan tendatenda dalam arus angin sematjarn itu. Untuk mendjaga agar tenda-tenda dapat tahan menghadapi angin, sewaktu piket-piket belum tertantjap, maka digunakan truck untuk menahannja. Belum lagi tanahnja jang begitu keras. sehingga piket-piket kaju tak dapat masuk tanah atau mendjadi patah. Mobile Unit Canadapun, jang harus mengurusi perhubungan radio segera datang, demikian pula truck-truck lain dengan barang-barang dapur dan tenda-tenda. Demikianlah kita berdjam-djam berdjuang melawan angin dan suhu jang sangat dingin.
Melihat dipeta, semestinja harus ada djalan jang menudju kepos El Kuntilla dan jang kekanan menudju kedudukan Kompi dari Finlandia. Kita mentjari djalan jang ke El Kuntilla. Lapangan terbang beserta datarannja kita kelilingi. Peta, kompas, teropong, semua kita pergunakan. Kemungkinan berkenalan dengan randjau tak kita ambil pusing. Berdjam-djam kita mentjarinja, tak djua berhasil. Djalan ini baru dapat kita ketemukan 2 hari berikutnia, jalah dengan mengirimkan patroli dari El Kuntilla, menembus lembah-lembah gunung dan lerengan-Ierengan ungu, melintasi djalanan-djalanan jang telah sangat berbeda dengan gambar dipeta menudju ke Ras El Naqb dengan pedoman terachir, bendera UNO jang terpantjang tinggi diatas bukit. Dengan demikian tertjapailah hubungan segi tiga sama kaki antara El Themed dalam kedudukan sebagai Komando Kompi dan El Kuntilla-Ras EJ Naqb selaku outpost Peleton.
Demikianlah pembatja jang terhormat, sekelumit kisah njata disemenandjung padang pasir Sinai, dimana pasukan-pasukan Tuan menunaikan tugas ,,Following the Israeli's withdrawal" kedjurusan Aqaba, jang dapat berlangsung menurut rentjana dan tanpa insiden. Suatu saat bersedjarah, jang merupakan titik kulminasi dari tugas damai UNEF di Sinai dan Gaza.
(Minggu Merdeka)
7-7-1957.
MASALAH BAHASA DJADI PERSOALAN SULIT.
– Peradjurit-peradjurit Canada, Norwegia dan lain-lain, sudah bisa bilang ,,Selamat pagi".
– Kalau andjing padang pasir menjalak dimalam hari, bulu tengkuk berdiri .......................
– Randjau-randjau masih banjak tersebar.
Saja sambung lagi tjerita saja mengenai checkpost El Thisa –– El Nakhl. Djadi pos ini berada ditengah-tengah padang pasir. Hanja terdiri dari dua tenda. Jang satu untuk anggauta-anggauta jang djaga, jang lain untuk pesawat dan anggauta perhubungan. Bajangkan hanja dua tenda ditengah-tengah padang pasir. Kemana mata memandang, pasir melulu. Sudah barang tentu angin dan dinginnja bukan main. Terutama dalam Minggu jang lalu ini.
Andjing-andjing padang pasir menjeramkan.
Pada malam hari banjak andjing-andjing padang pasir berkeliaran. Biasanja dalam djumlah jang besar. Bentuknja bagus, besar dan bulunja pandjang. Bila lapar, mereka berani djuga menjerang manusia. Tetapi, sementara waktu ini, kita tidak perlu chawatir diserang mereka, 2––3 bulan lagipun tidak akan mereka kelaparan! Hanja kalau menggonggong, kadang-kadang rasanja seperti menusuk-nusuk hati. Apalagi djika sedang djaga bertiga pada malam hari, kantuk-kantuk sedikit, lalu dengar andjing-andjing itu sajup-sajup melolong, ach sungguh dapat berdiri bulu tengkuk. Dan jang tidurpun nggak dapat tenteram.
Bagaimana bisa tenteram, dipadang seluas itu, hanja kita satu regu. Dan gelap, serta sunjinja padang pasir sungguh menakutkan ditambah pula dengan anginnja jang sangat keras. Sekalipun kita jakin dan pertjaja, bahwa kita disini tidak akan diserang siapapun djuga, toch lebih suka berada ditengah-tengah kawan di Camp Shandura. Lebih suka lagi berada dirumah sendiri bersarna anak dan isteri!
Apa jang saja lihat dan dengar dibioscoop sadja selarna ini kita alami sekarang. Belum pernah saja mendengar angin bersuit-suit seperti itu. Orang berdiri biasa sadja hampir tak tertahankan. Malah sebuah tenda di El Themed bahkan terangkat oleh angin pada suatu malam hari buta. Belum lagi kalau bertjampur pasir. Untungnja belakangan ini kita diperlengkapi dengan katja mata padang pasir. Dan barang itu banjak menolong.
Tentang makan dan minum, seperti telah saja tulis dalam surat saia jang lalu, dikirim dari basis. Sekali kirim untuk 24 djam. Djadi djangan Sport adalah usaha mendjaga kesehatan, tetapi bagi anggauta-anggauta Bn. Garuda kita artinja lebih dari itu. Ia adalah alat untuk mengusahakan persahabatan dan kemesraan dikalangan teman-teman seperdjuangan.
Dalam gambar ini kita lihat anggauta-anggauta Cie B sedang bermain volley dengan anggauta-anggauta Pasukan Norwegia.
mengharapkan makanan panas! Kalau dapat datang pada waktunja sadja, sukurlah sudah. Dan air terbatas 4 (empat) jerrycan. Untung sudah kalau kita dikirim sambal. Dapat menambah semangat makan. Meskipun lomboknja kering.
Randjau-randjau.
Beberapa hari jang lalu, karena tak disengadja, ada diketemukan ,,sematjam randjau" didekat tenda kita. Kurang lebih hanja dalam djarak 5 m. Anak-anak mulai katjau. seorang anggauta jang kebetulan dongkar-dongkar pasir, dengan kebetulan sadja mendjumpainja. Waktu hendak diteruskan membongkar, jang lain tidak setudju, dan Bentara djaganja melarang. Tampak ada barang bulat-bulat, dan ada pula matjam pernja. Hal itu sangat mentjurigakan. Segera diberi tanda, diberi pagar dan para anggautanja dilarang mendekati. Tetapi anak-anakpun masih was-was djua, djangan-djangan pada malam hari ada andjing jang mengindjaknja. Memang ada pengumuman jang menjatakan bahwa masih banjak sekali randjau-randjau tersebar jang tidak diketahui maupun tak diberi tanda. Maka dari itu, bila mengadakan patroli pengamanan, harus sangat dibatasi. Dan membongkarpun dilarang, artinja, hanja boleh dilakukan oleh mereka jang memang ditundjuk untuk itu, Dan saja ingat benar, waktu saja masih di Beyruth, ada diiulis disurat kabar tentang adanja Tentara UNEF jang luka-luka akibat terbentur randjau sekena-kenaja sadja. Ada jang terlanggar truck-truck Belanda ada jang menghasilkan daging lembu, dan ada pula jang diindjak oleh pedagang gula dalam zaman status quo.
Achirnja, setelah hal tersebut dilaporkan ke Batalion, maka datanglah dua orang anggauta Genie untuk membereskan. Setelah diperiksa dengan teliti, dibongkar, ja memang randjau, tetapi tinggal dasarnja sadja .............
Soal bahasa djadi kesukaran
Sebenarnja tidak banjak pekerdjaan jang dilakukan disini. Kendaraan jang lalu tiap harinja, kalau ada delapan, itu sudah mendingan. Itu dalam 24 djam, djadi rata-rata dalam 3 djam baru ada kendaraan lalu, Memang lalu lintas untuk umum belum dibuka. Djadi jang lalu hanjalah UNEF melulu. Kendaraan-kendaraan Mesir sangat terbatas, dan itupun harus dengan persetudjuan/idjin UNEF. Tentang ini akan saja djelaskan lebih landjut dibelakang hari (kalau diidjinkan). Susahnja jalah, bahwa ditiap regu tidak tentu ada jang dapat menulis dan membatja Arab. Djadi kalau kita harus mentjatat nomor-nomor kendaraan Pemerintah Mesir — jang tidak ada hurufnja Latin, ja terpaksa menggambar angka.
Kadang-kadang suratnjapun dalam tulisan Arab melulu. Kalaupun kita dapat membatja, belum lagi mengerti apa maksudnja. Bahasa Inggris kadang-kadang penumpang seluruh kendaraan itu tidak ada jang tahu. Kalau diantara penumpangnja ada jang dapat bitjara lnggris, difihak kita diuga tidak selalu ada jang dapat berbitjara bahasa tersebut. Serba susah bukan, dan dengan gerakan-gerakan tak tepat dapat digambarkan tudjuannja, mungkin malah djadi salah mengerti.
Dalam hal jang demikian, mereka terpaksa kita tolak, dus kembali. Akibatnja, Komandan mereka ,.Menghadap" Komandan Batalion kita. Akibatnja lagi, dalam surat-surat djalan kendaraan mereka, terdapat huruf-huruf jang dapat kita batja.
Memang, soal bahasa ini kadang-kadang sungguh menggelikan, dan banjak tjerita-tjerita serta pengalaman-pengalaman jang lutju. Ambil sadja Tentara kita jang djaga di El Ballah maupun di Abu Suweir. Tempat, dimana matjam ragam Tentara UNEF bersimpang siur. Mau tidak mau mereka harus berhubungan satu sama lain. Tjaranja. kalau mereka saling tak mengerti bahasanja, Tuhanlah jang tahu. Terapi saja sering lihat peradjurit Indonesia dengan peradjurit Canada atau Denmark, India begitu asjik ,,mengobrol". Peradjurit-peradurit kita sudah pandai bilang ,,Thank you", ,,What is your name" dan peradjurit-peradjurit Canada, Norwegia. Columbia sudah dapat bilang ,,bagaus-bagaus", ,,terima kasih", ,,selamat pagi" dan lain-lain.
Dan kalau ada Perwira kita jang buta huruf bahasa Inggris, itupun tidak ada alasan untuk malu. Saja pernah ketemu dengan Kapten Jugoslavia Kapten Jugo bintangnja empat jang hanja ketawa sadja kalau diadjak ngomong, seorang Letnan satu Columbia jang memanggil Kaptennja dulu waktu harus mengadakan timbang terima. Dan sementara itu pasukan Perwira kita tersebut diatas kita beri nama Peleton Tarzan dan collega-collega mengedjeknja dengan ,,Tarzan hungry" ,,Tarzan will eat".
Memang susah disini bila tak dapat berbahasa Inggris, sebab surat-surat perintah, pengumuman-pengumuman maupun instruksi-instruksi dari Head Quarter selalu dalam bahasa lnggris, dan laporan-laporan dari pos-pos ketjilpun, jang harus langsung dikirimkan setjara radiografis harus pula dalam bahasa Inggris. Djuga kalau anak-anak beli apa-apa ditoko, tentu dengan kawannja jang dapat mendjadi perantara. Atau kadang-kadang ja matjam Djepang waktu datang di Indonesia dulu itu!<
Tidak kalah gede.
Dan mengenai postuur, djangan ketjil hati. Tinggi anggauta Batalion Garuda, paling tidak sama dengan anggauta para Batalion India. (Orang-orang India ini tidak sebesar dan setinggi Gurkha-gurkha jang kita kenal dalam permulaan revolusi), ataupun Batalion Columbia. Dan karena pakaian-pakaian orang-orang Columbia menjerupai kita (atau kita jang menjerupai pakaian mereka) didjalan-djalan di Ismailia kita sering disangka orang Columbia oleh penduduk kota. Memang pakaian peradjurit-peradjurit Columbia djuga hidjau (hanja stofnja lebih baikan lagi) dan berjacket hidjau pula. Hanja jacketnja lebih pandjangan sedikit.
Uniform Garuda kurang kwaliteitnja.
Berbitjara soal uniform, memang kitalah jang paling rendah sendiri. Dapat dilihat sendiri, kalau tentara kita berdjalan bersama-sama dengan Tentara UNEF lain. Djuga kwaliteit ,,winter dress" jang kita terima di Mesir, adalah mengetjewakan. Tetapi ini semua bukan alasan untuk berketjil hati maupun malu. Kan kita ,,Duta Negara" jang harus mendjundjung tinggi nama dan kehormatan bangsa, demikian pesan P.J.M. Presiden. Dan kata-kata ini selalu melengking ditelinga kita. Semoga.................
(Minggu Merdeka)' 28-4-1957. |
TJERITA 24 DJAM HIDUP DI KAMP EL THEMED.
— Bersjukurlah kalau bisa mandi sekali dalam dua minggu.
— Anggota-anggota Pasukan Norwegia beladjar volley-ball dari,,anak-anak Garuda"
— Siapa itu ,,Kolonel Simpoleon"?, tanja seorang dokter Norwegia.
Pembatja jang budiman.
Masih banjak jang dapat kita lihat dan kita tjeritakan mengenai El Themed ini. ·Marilah kita ikuti, apa sadja jang dikerdjakan selama 24 djam itu oleh ,,penduduk" El Themed ini.
Pada umumnja mereka bangun sangat siang. Ada jang djam 07.00 bahkan ada jang dam 08.00. Orang-orang Norwegia bangun djam 08.30. Tjuatja telah sangat terang, tetapi udara masih sangat dingin. Malas djadi untuk bangun pagi-pagi. Atau sekalipun sudah bangun, masih menetap sadja di veldbed, tertutup rapat dengan 3 buah selimut wol. Memang disini orang tidak ambil pusing, djam berapa kita bangun, sebab masing-masing telah ada kewadjiban tertentu sendiri-sendiri. Mengenai haripun, tak seorang djua tahu hari apa hari ini. Sebab kehidupan jah begitu-begitu sadja. Tak ada bedanja, hari satu dengan hari jang lain. Sedang dibuku harian hanja ditjatat tanggalnja sadja. Seakan-akan nama hari telah tak berguna lagi untuk masjarakat terpentjil ini.
Baiklah kita sekarang tjutji muka. Djangan mengharapkan mandi disini. Selain terlalu dingin djuga airnja tak mentjukupi. Bila kita sempat mandi sekali dalam dua minggu, untunglah sudah itu. Banjak tergantung ,,kantong air", dimana kita dapat tjutji muka dan tjutji mulut. Kantong-kantong air ini sangat praktis, seperti drum-drum kain jang digantungkan, dimana terdapat kraankraan untuk mengetap air.
Kawan-kawan umumnja melakukan ,,warming up" sendiri-sendiri, lalu menudju depan dapur, dimana telah tersedia roti dengan mentega, kedju dan jam serta kopi susu. Djam berapa orang-orang dapur mereka teman-teman peradjurit sendiri mengaturnja, kita tak memperdulikan. ltu urusan mereka, kita tinggal menghabiskan.
Lalu sebagian besar kawan-kawan menudju truck isi bahan-bahan, jang mengangkut kita kernarin, Ada jang lalu menurunkan bensin dan kerosin, dibawanja ke ,,gudang perminjakan", suatu tempat dengan tulisan ,,no smoking" dan .danger". Semua ditjatatnja dan sebentar lagi datang kendaraan-kendaraan Canada dan Norwegia untuk meminta bensin disini.
Rombongan lain menurun-nurunkan jerrycans air dan dibawanja ketempat-tempat kantong air untuk dituangkan disitu. Jerrycans kosong diisi lagi dengan air dari trailler.
Jang Jain lagi menurunkan bahan-bahan mentah jang ada dalam truck. Semua sadja diturunkan, kool, bloemkool, boontjes, tomaat, daging lembu, roti, mentega, kedju, gelei, juice, susu. telur, appel, dan entah apa lagi. Dibawah pimpinan Bentara Pengawas Makanan, barang-barang tersebut dibagi-bagi, Untuk Pos El Kuntilla, Pos El Tharief', orang-orang Canada dan Norwegia dan penghuni-penghuni El Themed bagian Indonesia, sendiri. lni dilakukan teliti sekali, supaja pos-pos tidak merasa dianak tirikan, sehingga daerah-daerah ini memberontak terhadap ,,pusat".
Tak lama kemudian datang truck-truck dari El Kuntilla dan El Tharief, dengan membawa jerrycan-jerrycan kosong. Jang kosong turun, jang penuh naik, termasuk jerrycan-jerrycan sebanjak 30 buah untuk masing-masing pos. Karena pos-pos tersebut letaknja kurang lebih 60 km djauhnja dari tempat ini, maka berartilah bahwa air harus diangkut 120 km Jebih dahulu, agar pendjaga-pendjaga dipos dapat minum, dan itupun terbatas dengan 30 jerrycans sadja. Bahan-bahan makanan dinaikkan, dan sebentar lagi truck-truck tersebut telah tak berbekas lagi.
Demikian kesibukan pada pagi hari. Marilah kita keliling sebentar untuk melihat-lihat dengan Jebih mendalam. Agaknja kebersihan dan ketertiban didjaga benar-benar disini. Kita lihat lobang-lobang untuk: tempat sampah, dan dapat kita lihat hitam-hitam hangus. Djadi tiap-tiap kali sampah tersebut dibakar. Untuk buang air ketjil, dibuatkan tempat-tempat chusus dan untuk buang air besar disediakan tempat dalam djarak lebih kurang 100 m dari perkemahan. Dibuat dari pada drum-drum, dan dipagari oleh senz-senz, Tempat ini diberi tulisan besar-besar ,,use me", jang dapat dibatia dari diarak 100 m. Dihalaman depan, banjak djuga jang telah diselesaikan kawan-kawan. Umpamanja sadja tugu tiang bendera. Cement diambilnja dari rumah-rumah rusak di El Nakhl. Berapa karung sadja ada, asalkan mau mengangkutnja. Batu dikumpulkan dari reruntuhan resthouse. Dengan demikian, maka batu jang ditumpuk-tumpuk dan diberi cement merupakan tugu seri empat jang kokoh sentausa. Lalu ditiap-tiap bidang ditulis .. U.N.E.F. ,,Bn. INDONESIA., .. GARUDA I" dan.,C COY BRAWlDJAJA" (jang mengerdjakan dan menjelesaikan kebetulan Kompi C jang berasal dari T.T. V/ Brawidjaja). Untuk menjelesaikan itu, memakan waktu hampir sebulan.
Tepat ditengah-tenaah simpang tiga, jang masing-masing menudju ke El Kuntilla, El Tharief dan El Nakhl. ada bak tempat air jang sudah tak terpakai. Kubus itu ditjart putih, lalu diberi tulisan-tulisan djuga, diantaranja ada jang pakai huruf Arab.
Didalam tenda-tenda hidjau tersebut instruksi-instruksi dan perintah-perintah serta direntjanakan pelaksanaannja. Diatas medja darurat. kursi darurat, disebelah almari darurat. Tentara darurat ini sanggup melaksanakan tugas internasional jang begitu rumit. Kerdja sama disinipun tampak baik sekali. Teman-teman peradjurit dapat bergaul dengan Tentara Canada dan Norwegia tanpa bitjara. Sudah barang tentu kadang-kadang timbul kesukaran-kesukaran karena. nja, Peristiwa-peristiwa jang lutju-lutju tiap hari terdjadi. Kadang-kadang perlu minta pertolongan ,.bapak-bapak" untuk dapat diketahui, bahwa mereka itu minta telur dan bukannja minjak gas.
Setelah makan siang, biasanja teman-teman Norwegia itu mengadjak main volley. Mereka bilang, bahwa mereka belum pernah main volley-ball ditanah airnja. Memang aneh, anak tjutju viking ini, datang begitu djauh, untuk beladjar volleyball dari orang-orang kulit sawo matang ditengah padang pasir Sinai. Setelah mereka agak dapat, tidak mau henti-henti, hingga kawan-kawan tjapai melajaninja.
Djuga Dokter Norwegia jang ada disini, sangat akrab sekali pergaulannja dengan anak-anak Indonesia. la suka sekali beladjar Volleyball. Sering ngobrol tentang tanah airnja, isterinja, anaknja. Djuga sewaktu Perang Dunia 11 dan tanah airnja diduduki oleh Tentara Djerman. Saja ganti tjeritera tentang tanah air kita dengan pohon kelapanja, tentang revolusi dan tentang gerilja. Banjak persamaan-persamaan jang terdapat. Waktu ia tanja tentang pengchianat-pengchianat sewaktu gerilja saja katakan bahwa djumlah mereka .. tidak terlalu banjak", Sekali waktu ia tanja tentang Kolonel Simpoleon dengan pembandelannja. jang ternjata Kolonel Simbolon jang dimaksudkan.
Demikianlah kehidupan di El Themed sehari-hari, menunggu terbenamnja matahari dan menunggu lagi, hingga berganti hari.
(Minggu Merdeka) 16-6-1957. |
BATALION GARUDA MENGGANTIKAN BATALION BRAZILIA.
Pembatja jang terhormat,
Selama Batalion Garuda lebih kurang 3 bulan berpangkalan di El Shandura, berlangsunglah sudah peristiwa-peristiwa jang satu disusul dengan jang lain,jang kesemuanja mempengaruhi tugas dari pada ;,Tentara Darurat". Semua peristiwa ini berkisar disekitar Teluk Aqaba, Terusan Suez dan Gaza-strip.
Sementara itu pangkalan dari pada kebanjakan pasukan U.N.E.F. dan H.Q.-nja telah berlatih di Gaza-strip, ketjuali Batalion Indonesia. Untuk pengawasan jang lebih sempurna terhadap pasukan-pasukannja dan terutama sekali menurut desakan keinginan Pemerintah Mesir agar pasukan-pasukan U.N.E.F. ,,angkat kaki" dari canalzone, maka sudah dapat diperhitungkan lebih dulu, bahwa pangkalan Batalion Indonesia pasti djuga akan dipindahkan. Pangkalan Batalion India, jang semula sebelah-menjebelah dengan Batalion Indonesia, sudah pula dipindahkan di Gaza-strip. Djadi tanda-tanda untuk pindah ini telah dapat dilihat sebelumnja. Hanja kemana, inilah jang masih mendjadi teka-teki. Ada dua kemungkinan, mengoper tugas · Contingent Finlandia jang bertugas disepandjang pantai Aqaba, dan merupakan pasukan tetangga kita dalam tugas, atau masuk Gaza-strip sama sekali. Ternjata hal jang kedua jang mendjadi kenjataan. Dengan demikian, berangkatlah dari Shandura menudju Rafah - tempat diperbatasan Mesir dengan Palestine - suatu recce party jang dibagi mendjadi dua rombongan. Rombongan jang satu berangkat melalui Ismailia-Qantara-El Arish dan pantai Lautan Tengah, sedang rombongan lain berangkat memotong padang pasir Sinai, melalui El Nakhl-Bir Hasanah terus El Arish.
Djalan Sinai ternjata terlalu berat untuk dipakai dalam pemindahan. sedang djalan melalui Qantara dirusak Israel sepandjang lebih kurang 80 km, diantaranja jang to km telah diperbaiki. Achirnja diputuskan - jang ternjata sesuai dengan perintah H.Q. U.N.E.F. - bahwa pemindahan dilaksanakan melalui Qantara. Dari Shandura ke Qantara pasukan naik bus-bus. Di Qantara menjeberang terusan Suez, dan perdjalanan diteruskan dengan kereta api, jang pada saat itu hanja berdjalan sekali dalam 2 hari menudju ke Gaza. Barang-barang jang urgent ikut bersama pasukan, sedang barang-barang lain, diangkut dengan convooi kendaraan-kendaraan Batalion sendiri.
Reece party jang darang di Rafah, segera mendirikan tenda-tenda dihalaman rumah-rumah janz masih ditempati tentara Brasil. Mernang kita nantinja menempati perumahan-perumahan jang pada waktu itu masih didiami tentara Brasil. Disini kita mengenal dari dekat tata tjara serta sifat-sifat tentara Amerika Latin ini. Suatu bangsa jang berdjumlah kira-kira sama dengan bangsa Indonesia, datang dari daerah tropisch pula sematjam kita dengan tanah air jang tjukup kaja dan berbahasa Portugis. Sangat djarang diantara mereka jang dapat berbahasa lnggris, djuga perwira-pewiranja, Bila di Staf Batalion kita ada terdapat dua orang Majoor, jang rasanja sudah terlalu banjak, maka di Staf Batalion Brasil ini terdapat 6 (enam) Majoor. Kalau kita sudah mengedjek akan kemalasan dan kekotoran kita sendiri, ternjata orang-orang Amerika Selatan ini dalam hal tersebut selalu pangkat dua.
Mereka djuga makan nasi sematjam kita, dan selama induk pasukan kita belum datang, kita mendjadi tamu mereka jang terhormat, Agaknja lidah mereka banjak persamaannja dengan lidah kita, sehingga masakan-masakan jang mereka hidangkan selalu mendapat sambutan hangat. Mereka djuga ,,pamer" tentang senapan serta jeep dan truck jang dibuat di Brazilia sendiri. Tentang kopi dan karetnja, tentang mambo dan sambanja, tentang kapal udara mereka jang datang setiap seminggu sekali dengan membawa bingkisan-bingkisan dan tentang hubungan radio telefonis tiap malam dengan tanah airnja. Mereka adalah tuan rumah jang baik hati selama beberapa hari itu, dan memberi kepada kita madjalah-madjalah jang banjak gambarnja, tetapi jang kita tak sedikit djuga mengerti maksudnja. Madjalah-madjalah jang selalu ada gambarnja pertandingan sepak-bola, dan gambar-gambar pertandingan sepak-bola pula melekat dipapan-papan pengumuman Batalion. Agaknja orang-orang Brasil ini memang kerandjingan sepak-bola.
Pada satu waktu saja pernah ditundjukkan isi gudang-gudang mereka. Masjaallah, penuh dengan bahan-bahan jang mereka bawa dari tanah air mereka sendiri. ,,U.N.E.F." kasih apa sama kita! demikian Perwira logistiknja menerangkan kepada kita, dan ia lupa bahwa Brasil adalah Contingent terachir datang di Mesir.
Mengenai kebersihan, para pembatja jang terhormat, memang benar-benar audzubillah, koprohnja orang-orang tropisch ini. Ditambah lagi dengan gedung-gedung setengah rusak jang mereka tempati, sungguh suatu pemandangan jang menjedihkan, Dan gedung-gedung serta tempat ini nantinja mendjadi pangkalan Batalion kita. Kita telah segera membajangkan, pekerdjaan-pekerdjaan jang ada didepan kita, untuk mengatur agar rumah-rumah setengah puing ini dapat mendjadi menarik untuk kita tempati. Sedang kita tahu, bahwa kita bukan dewa-dewa dari khayangan, djuga bukan tukang sulap. Sedang Brasil dengan kekajaannja, dengan lichtagregaatnja, dengan piringan hitam - pick up - loudspeakernja, dengan bahan-bahan kiriman tanah airnja, masih berupa demikian!
Tetapi kita bukannja orang-orang pessimis, tidak pula tinggal diam. Pekerdjaan pertama, segera membuat ..... W.C. dengan tulisan-tulisan besar ,,Love me" dan ,,Kiss me". Hal ini sudah suatu kemenangan atas Brasil dengan segala materinja, jang buang kotoran..... sesuka hatinja sadja.
Kita mentjari persamaan-persamaan. Kalau kita bilang sepatu, mereka sepatu, kalau kita medja, mereka meza, kita djendela, mereka zendela, kita mentega, mereka djuga mentega, dan kalau mereka bilang soudadu kita ...... peradjurit! Memangnja orang Portugis telah membekas djua ditanah air kita.
Demikianlah para pembatja jang terhormat achirnja pada pagi hari berikutnja, telegrafist kita dengan mahirnja sudah teriak-teriak dengan bahasa Brasil membangunkan sersannja: ,,He sersanto, banguno, makan mentega diatas meza". Kita djuga bangun tjutji muka lalu makan roti dengan mentega diatas medja.
Orang-orang Brasil inipun berpakaian seragam hidjau, bersepatu combat matjam kita, tinggi-tinggi serta perawakannja sama dengan kita, kulitnja tidak terlalu putih, dan roman mukanja matjam anak-anak Indo Belanda jang sudah sukar berbahasa Olanda ditanah air kita. Bahkan ada djuga jang hitam Negro, dan ada djuga beberapa gelintir anak-anak kolonist dari Djepang. Mengenai orang-orang Djepang ini, mereka sangat suka sekali bahwa diantara kita ada jang dapat ngomong Djepang. Hingga ia semalam-malaman datang dikemah kita dan ngadjak bitjara bahasa Dai Nippon Teikoku! Dengan demikian kita mendjadi ingat bahwa ,,arigatoo" adalah terima kasih, dan bila mau memaki-maki harus bilang ,,bakeroo"!
Beberapa hari lagi rombongan kwartiermakers datang, jang segera mendapat petundjuk-petundjuk dari recce party. Rombongan inipun segera mempersiapkan tempat-tempat untuk induk pasukan jang 2 hari lagi akan datang. Bulan itu adalah bulan Puasa dan pasukan-pasukan kita pada saat pemindahan tersebut masih ada jang bertugas didaerah El Themed, di Abu Suweir dan di Port Said. Djadi pada bulan sutji itu pula kita menjampaikan ,,selamat tinggal" kepada El Shandura dan Suez dan mulailah babak baru bagi Batalion Indonesia.
,,MERDEKA" 17-7-1957. |