Graaf de Monte-Cristo/Bab 6
VI.
WAKIL PROCUREUR BAGINDA RADJA.
Pada hari dan pada waktoe Edmond Dantes membikin perdjamoean, adalah djoega lain orang membikin perdjamoein toendangan di dalam oemah boewatan koeno di djalanan du Grand hours.
Aken tetapi orang-orang jang berkoempoel di edjamoeiin ini, boekanlah orang-orang kefjil, seperti matroos-matroos dan soldadoe-soldadoe, hanja orang-orang bangsawan besar, jaitoe ponggawa-ponggawa negri jang telah melepasken djabatannja ini bawah tachta Napoleon, officier-officier toewa, jang telah meninggalken bala-tantara Keizer itoe dan pergi berkawan di dalam bala-tantara Pangeran Condée, dan anak-anak moeda toeroenan bangsawan Jang tjada soeka sama Napoleon.
Marika ini doedoek berdjamoe pada sapoetar medja besar, dan sambil santap dan minoem, dia orang poen rame berkata-kata dari hal banjak perkara. Baginda Keizer Napoleon, Radja poelo Eiba, se soedahnja memerintah di atas sabagian boemi dan biasa dengar soerakan: hidoeplah Napoleon! di- triakken oleh saratoes doewapoeloeh joeta manoesia dengan sapoeloeh roepa bahasa, — sekarang ini poen ada memerintah sadja di atas rahajat lima atawa anem riboe orang. baginda inilah ada di- omongken di dalam itoe perdjamoetin, seperti sa- orang jang telah hilang dari tachta Frankrijk dan tida boleh diharap lagi oleh itoe karadjain. Pong Sawa-ponggawa negri omongken Baginda itoe poenja perboewatan-perboewatan Jang salah di dalam hal pemerintahan: ponggawa ponggawa perang bitjara dari hal di Moskou dan Leepzig : orang-oranng prampoewan omongken pertjeretin jang telah djadi di antara Baginda itoe dan Josephine. *) Maka njatalah jang marika itoe ada orang-orang jang soeka pada Baginda Radja Lodewijk XIII dan adalah kalihatan jang orang-orang itoe ada merasa amat girang, oleh kerna karadjaiinnja Napoleon telah terpetjah.
Saorang toewa, jang dadanja terhias dengan bintang bahadari Heiligen Lodewijk, bangkit dari korsinja dan mengoendang pada sekalian tetamoe soepaja minoem aken slamatnja Baginda Radja
_______
- ) Tatkala Napoleon berpangkat generaal, ia kawin sama Josephine
djandanja soewatoe generaal. Tempo soedah djadi keizer, Baginda, tjerein Jokephine itoe, kerna hendak menikah pada poetri negri Oostenrijk.
Lodewijk XVIII: orang toewa itoelah markies de
Saint Meran.
Sekalian tetamoe lantas berbangkit dan mengangkat tjawan anggoer, sedang orang-orang prampoewan mengepoes kembang-kembang perhiasannja dan sebarken itoe di atas medja.
»Itoe orang-orang jang telah socka sama republiek dan tida soeka terperintah oleh radja, hingga soedah mengoesir Baginda Radja,” kata njonja markies de Saint Meran jang masih pantas diseboet eilok, maski soedah beroesia limapoeloeh tahon: »marika itoelah haroes taoe, bahoewa hati satia ada pada kita-orang dan tida ada padan'a! kita ini poen ber: kaoem pada radja jang djatoh, sedang marika itoe hormati mata-hari jang naik, dan ia-orang dapat kakajain, sedang kita-orang poenja harta-banda mendjadi habis. Ia-orang haroes dapat taoe, bahoewa kita poenja Radja ada dengan sasoenggoehnja pantas ternama Lodewijk jang Tertjinta, sedang marika poenja djoendjoengan boekan lain adanja, hanja Napoleon jang haroes dikoetoeki! Boekanlah bagitoe, Villefort?”
»Apa, Njonja markies? ... Brilah maaf padakoe: saja soedah tiada dengar betoel bitjaramoe, kerna lagi mengomong sama nona anakmoe ini."
" »Och,. biarkenlah anak-anak itoe, Njonja!” kata toewan markies pada istri sendiri: »ia-orang poen maoe berangkat 'djadi penganten, maka tantoelah ia orang misti omongken perkara jang lain dari hal negri.”
»Saja minta maaf, iboekoe!” kata satoe nona moeda dan eilok : »sekaranglah boleh kaoe bitjara sama toewan Villefort, jang saja soedah adjak mengomong, hingga ia tida dengar omongmoe. Toewan Villefort, iboekoe hendak berkata-kata padamoe,”
»Saja sadia aken menjahoet, kaloe Njonja hendak oelang pertanjaannja, jang saja soedah tida dengar betoel,” kata Villefort.
»Kaoe soedah dapat maitkoe, Reng!” kata njonja markies dengan tersenjoem kapada anak sendiri jang amat tertjinta: »Akoe telah berkata, Villefort! bahoewa orang-orang Bonapartisch tida ada ampoenja kasatiaan, sabagimana jang ada pada kita-orang.”
»Aken tetapi, Njonja!” sahoet Villefort: »maski tida bersatia, ia-orang ada bertachajoel. Sabagimana nabi Mohamad di Tanah-Arab, bagitoelah Napoleon ada ternama besar di antara orang-orangnja : boekan sadja ia ternama besar di dalam hati orang-orang jang biasa, hanja terdjoendjoeng dan dipertoewan oleh orang-orang jang berhati tinggi : maka maskipoen telah terdjatoh aken tiada bangoen kombali, baginda itoe masih ada ampoenja djoega orang-orang jang mendjoendjoeng padanja.”
»Tidakah kaoe merasa, Villefort! bahoewa omong. moe itoe ada berbaoe Bonapartisch?” kata poela njonja markies: »Aken tetapi akoe bri maaf pada moe: kaoe poen tida bisa djadi anak Girondin, dengan tida sekali njataken atsal diri sendiri.”
Moekanja Villefort djadi merah dengan terkoenjoeng-koenjoeng.
»Ajahkoe ada bernama Girondin, Njonja!” kata Villefort: »itoelah benar sekali, tapi ajahkoe soedah tiada tjampoer soewaranja pada soewara orang-orang jang hendak memboenoeh Radja: ajahkoe sendiri telah dihoekoemi oleh orang-orang itoe, hingga koerang sedikit sadja kapalanja boleh djadi terpoetoes dengan golok algodjo, sabagimana kapalanja ajahmoe sendiri.”
Maskipoen djadi mendapat ingat pada itoe perkara ngeri, njonja markies itoe tida berobah ajer moekanja.
»Ja,” sahoet njonja itoe pada Villefort: »tapi perkaranja doewa oraug itoe ada berlawan satoe pada lain: aken kanjataan hal itoe, koelawargakoe ada tetap bersatia hati pada Poetra-poetra jang terboewang, sedang ajahmoe soedah sigraken dirinja aken berkaoem sama pemerintah jang baroe, hingga itoe orang ketjil nama Noirtier Girondin djadi bernama graaf Noirtier Senateur,”
»Iboekoel iboekoe!” kata nona De Saint Meran pada njonja markies itoe: »kaoe taoe bahoewa kita-orang telah berdjandji aken tida mengomong lagi dari hal itoe perkara jang tida enak."
»Njonja!” kata Villefort: »saja mengikoet pada nona De Sait Meran aken meminta dengan hormat, soepaja kaoe meloepaken sama segala perkara jang telah laloe. Boewat apatah djoega berbantah aken hal perkara-perkara jang tida dapat dirobah lagi! Allah djoega tida bisa robahken perkara jang telah djadi. Aken tetapi kita-orang, manoesia, boleh djoega boeras-boerasken itoe dengan lantaran tiada seboet-seboet lagi. Dan saja ini, boekan sadja saja soedah tida mengikoet pada pikirannja ajahkoe, hanja saja soedah toekar djoega namakoe. Ajahkoe telah diadi dan brangkali djoega masih djadi orang Bonapartisch, dan ada bernama Noirtiers saja ini ada mendjoendjoeng Baginda Radja dan seboet dirikoe Villefort. Biarlah itoe napsoe aken roeboehken tachta Radja djadi habis di hatinja itoe orang jang soedah toewa, dan saja tertjere dengan sampoerna dari padanja.”
»Bagoes, Villefort! bagoes! baik sekali penjahoetanmoe!” kata toewan markies: »Akoe poen telah sering meminta, soepaja istrikoe meloepaken itoe perkara doeloe, tapi belon djoega permintaankoe terkaboel! akoe harap, jang kaoe ini ada lebih beroentoeng di dalam permintainmoe."
»Baiklah," kata njonja markies itoe: »biarlah kita loepaken perkara-perkara itoe : akoe poen ingin djoega bagitoe, dan kitaorang telah berdjandji djoega aken loepaken itoe samoewa: tapi biarlah Villefort tetap hati dan djangan berbalik pikir di belakang kali. Djanganlah loepa, Villefort! jang kita-orang ada menanggoeng kaoce di hadepan Baginda Radja, dan Baginda djoega — dengan lantaran permoehoenan — kita-orang — hendak meloepaken samoewa perkara jang telah laloe, sabagimana kita-orang meloepaken itoe dengan lantaran permintainmoe. Maka djikaloe ada saorang dari koempoelan djahat terdjatoh ka dalam tanganmoe, biarlah kaoe beringat, bahoewa orang ada menilik betoel-betoel kapadamoe, sebab orang taoe, jang kaoe ini ada bersanak pada orang-orang jang brangkali djoega ada berkawan pada orang-orang koempoelan djahat.”
»Njonja,” kata Villefort: »saja poenja pakerdjaan, terlebih poela di ini tempo, ada memerintah pada koe aken berlakoe keras, dan saja tiada nanti berhati lembek. Saja soedah misti menoendjang djoega pada bebrapa toedoehan aken tjilakanja orang-orang jang terdakwa di dalam hal karadjain, dan di dalam hal ini soedah djoega saja tjoba pake hati kakoe. Soekarlah djoega aken saja, oleh kerna ini perkara bagini roepa belon bisa djadi habis.”
»Bagitoe kaoe rasa?” kata njonja markies.
»Saja koewatir ada bagitoe. Napoleon jang sekarang ada di poelo Elba, ada terlaloe dekat pada Frankrijk: sebab bagitoe, sekalian orang jang soeka padanja, djadi ada ampoenja harapan besar, kaloe-kaloe baginda itoe dapat balik kombali ka atas tachta Frankrijk. Di ini kota Marseille ada banjak ponggawa-perang jang sekarang ini mendapat sadja saparo gadji, saban hari orang-orang ini ada tjari sadja lantaran aken berbantah sama orang-orang jang mendjoendjoeng pada Baginda Radja Lodewijk, maka dengan lantaran hal ini terbitlah kalahian di antara orang-orang bangsawan, dan pemboenoehan di antara orang-orang ketjil.”
»Ja,” kata graaf de Salvieux, sobatnja markies de Saint Meran: »tapi kaoe toch taoe, bahoewa koempoelan Radja-radja Europa jang ternama Koempoelan Soetji, nanti pindahken Napoleon ka lain tampat?”
»Ja: tempo kita ampir berangkat dari Parijs, ada dibitjaraken hal itoe,” kata markies: »tapi ka manatah orang nanti laloeken dia?”
»Ka poelo Sint-Helena.”
»Ka Sint-Helena! di mana adanja itoe?' kata njonja markies.
»St.-Helena itoe soewatoe poelo jang ada doewariboe mijl djaoehnja dari sini dan ada di tampat panas,” sahoet itoe graaf.
»Bagoes!” kata njonja markies: »Sabagimana Villefort bilang, salah sekali orang kasih tinggal manoesia itoe di dekat Korsika, di mana ia dilahirken, dan di dekat kota Napels, di mana iparnja masih bertachta, dan di damping Italis, jang ia soedah maoe djadiken karadjain aken anaknja sendiri.”
»Sajang, ada itoe djandjian jang terbikin di tahon 1814,” kata Villefort: »dan orang tida boleh ganggoe Napoleon dengan tiada melanggar djandjian itoe.”
»Tida oeroeng orang nanti langgar itoe djandjian,” kata toewan Salvieux: sapa Napoleon ada pegang djandjinja, tempo ia titahken boenoeh hertog d'Enghien?”'
»Ja”” kata poela njonia markies: »memang soedah ditakdirken, bahoewa itoe Koempoelan Soetji nanti laloeken Napoleon dari benoewa Europa, dan Villefort nanti oendoerken sekalian orang Bonapartisch dari Marseille. Kaloe Baginda Maha Radja tida bertachta, ialah tida ada di karadjaiin ini, tapi kaloe ia bertachta, ia poenja ponggawa-ponggawa misti berhati tegoeh dan tetap, itoelah adanja daja aken tjegahken perkara djahat.”
»Tapi, Njonja!” kata Villefort dengan tersenjoem: »Wakil-Procureur Baginda Radja salamanja poen baroe kalihatan, djikaloe kadjahatan telah terdjadi.”
»Kaloe ada bagitoe, dialah jang wadjib poenah- ken itoe,” kata itoe njonja markies.
»Saja boleh bilang padamoe, Njonja!” kata poela Villefort: »bahoewa kita-orang boekan poenahken itoe, hanja membalas djahat atas hal itoe.
»Ach, Toewan Villefort!” kata satoe nona moeda dan eilok, anaknja Graaf Salvieux: sadakenlah hal memeriksa perkara besar, salagi kita-orang masih ada di ini kota Marseille. Saja belon sekalj taoe menonton pengadilan-besar bersidang, dan orang bilang, menonton itoe ada enak sekali.”
»Dengan sabenarnja djoega, enak sekali, Nona!” sahoet itoe Wakil-Procureur: »kerna segala perkara doeka dan tjilaka jang terdengar di sitoe, ada terdjadi dengan sasoenggoehnja, boekanlah seperti di panggoeng wajang, Orang hoekoeman atawa pesakitan jang kalihatan di panggoeng wajang, dia itoelah — pada sasoedah kain pedengan ditoeroenken — berdjalan poelang ka roemah sendiri, berdoedoek makan dan minoem serta anak-istri sendiri dan tidoer dengan senang, hingga di lain sore ia boleh berlakoe kombali sabagimana jang telah soedah; tapi orang hoekoeman jang kalihatan di depan pengadilan, ia poelang ka pemboewian, di mana ia dapatken algodjo jang menoenggoe padanja Maka djika saorang berhati lembek ingin mendapat rasa ngiloe hati jang sangat, tiadalah ada lain tampat jang lebih baik, aken ia dapatken itoe Saja djandji padamoe, Nonal bahoewa djikaloe ada satoe perkara Jang boleh terbitken rasa itoe, saja nanti oendang kaoe menonton,” :
»Ia bikin kita goemetar hati, tapi ia tertawa,” kata nona Reng dengan poetjat warna parasnja.
- Toewan Villefort menengok pada toendangaunja
itoe, laloe berkata: »Apatah sekarang saia nanti bilang? Di dalam hal itoe poen ada kalahian di antara pesakitan dan saja. Soedah lima atawa anem kali saja menoentoet hoekoeman mati aken orang Jang tertoedoeh ada salah di dalam perkara negri... Brangkalilah djoega di ini waktoe ada banjak orang menggosok golok dengan semboeni, atawa ada banjak golok jang soedah diantjamken kapadakoe ini.” »Ach, Allahkoe!” kata Rene dengan berdoeka: »apa kaoe berkata dengan benar, Toewan Villefort?”
»Dengan benar sekali, Nona!" sahoet Villefort dengan tersenjoem: »Dan semingkin ada banjak perkara, semingkin tambah djeleknja hal dirikoe Ini. Sedang bagitoe, djikaloe baroesan Nona Reng berkata ingin menonton pengadilan periksa perkara besar, saja poen ingin ada sadja perkara bagitoe, kerna di dalam perkara bagitoe saja bekerdja dengan “bernapsoe, maskipoen adanja hal itoe nanti tambahi banjaknja orang jang gosok golok. Aken tetapi ingatlah bagini: apa soldadoenja Napoleon nanti berpikir doeloe, kaloe ia maoe menjerang kapada moesoeh? apa ia nanti merasa doeka, kaloe ia misti boenoeh satoe moesoeh, biarpoen siapa djoega adanja moesoeh itoe? tantoe tida, boekan ? Hal itoelah sadja ada mengentengken pikiran kita- orang di dalam hal mengoekoemi sasama manoesia."
»Saja sendiri djadi bergombira, kaloe malihat matanja satoe pesakitan djadi mentjorot oleh kerna amarah,” kata poela Villefort itoe: »pada waktoe bagitoe boekanlah ada perbantahan, hanja ada kalahian di antara pesakitan itoe dan saja: ia mela- wan padakoe, sedang saia menjerang kapadanja, dan achirnja kalahian itoe sabagimana biasa djoega: saorang menang, saorang kalah. Bagitoelah halnja berbantah di hadepan pengadilan. Orang jang bekalahi, — dari sebab takoet kalah, ia kaloewarken sekalian tenagan'a: orang jang berlawanan bitjara, — dari sebab ingin menang, ia poen kaloewarken kapintarannja. Djikaloe sahabis bitjara, saja ditertawai oleh pesakitan, tantoelah saja djadi merasa bahoewa bitjarakoe tiada bagoes, segala omongkoe tawar adanja dan tiada koewatnja: tapi ingatlah bagimana senang hatinja satoe Procureur Bagirida Radja, djikaloo ia ada rasa njata adanja kasalahan si pesakitan, dan dengan lantaran bitjara jang tadjam, pesakitan itoe djadi poetjat, koentjoep dan dan lemas. Pesakitan itoe toendoekken kepalanja, dan kapala itoe aken terdjatoh!"
»Auw!” kata nona Rene, sebagimana orang jang mengeri.
»Itoelah bitjara bagoes!” kata satoe tetamoe jang dengari Villefort itoe berkata-kata.
»Njatalah, jang Toewan Villefort ini ada djadi seorang jang bergoena besar pada negri di ini tempo,” kata saorang lain.
»Di dalam sidang jang paling belakang, kaoe poen soedah bitjara tadjam sekali, Villefort!” kata tetamoe jang katiga: »Tiadakah bagitoe tempo kaoe menindih pada itoe orang jang soedah boenoeh bapanja sendiri? Kaoe matiin orang itoe, pada sabelon algodjo merabah kapadanja.”
»0! aken hal saorang jang boenoeh bapa sendiri,” kata poela nona Rene: vitoelah saja tida maoe perdoeli; tida ada hoekoeman jang tjoekoep beratnja aken hoekoemi manoesia bagitoe: aken tetapi, boewat saorang jang diterka bersalah di dalam perkara negri! ...."
»Perkara itoe ada lebih besar lagi, Nona!” kata Villefort: skerna soewatoe radja ada djadi bapanja rahajat, hingga perkara djatohken atawa boenoeh Baginda Radja, ada sama dengan memboenoeh pada bapanja antero rahajat Frankrijk.”
»Ach, saja tida maoe ingat bagitoe, Toewan Villefort!” sahoet Ren6: »Apa kaoe soeka berdjandji padakoe, jang kaoe nanti berhati moerah aken orang-orang jang saja nanti oendjoek ?"
»Senangkenlah hatimoe!” sahoet Villefort dengan tersenjoem: »kita berdoewapoen memang bakal membikin soerat djandjian!”
Di itoe waktoe datanglah satoe boedjang, jang membilang satoe apa dengan berbisik kapada Villefort. Toewan ini lantas meminta masif pada sekalian tetamoe, berbangkit dari korsinja dan teroes djalan ka loewar roemah. Sabentar lagi ia datang kombali dengan tersenjoem, sedang nona Rene memandang tetap kapadanja dan ingin taoe mengapa ia misti pergi di loewar.
»Ada perkara amat besar!” kata Villefort itoe: »dan kaloe benar adanja apa jang orang bilang padakoe, brangkalilah djoega orang jang salah di dalam ini perkara, nanti poetoes lehernja.”
»Allahkoe!” kata nona Rene, sedang parasnja djadi poetjat.
»Soenggoeh-soenggoehtah ada perkara bagitoe?” kata sekalian tetamoe bersama-sama.
»Kalihatannja. orang ada dapatken satoe koempoelan dari orang-orang Bonopartisch,” sahoet mek Lihatlah ini soerat jang berisi toedoehan."
Habis bilang bagitoe, Villefort itoe membatja bagini:
»Toewan Procureur Baginda Rudja dibri taoe oleh sobatnja tachta dan «gama, bahoewa saorang bernama Eamond Dantes, stuurman besar dari kapal Pharao, jang tadi pagi baroe datang dari Smyrna pada sasoedahnja mampir di Napels dan Porto Ferrajo, telah ada membawa soerat dari Murat kapada Napoleon, dan oleh Napoleon disoeroeh membawa satoe soerat kapada kawanan dari orang-orang Bonapartiseh di kota Parijs. — Orang nanti dapatken kenjatatin salahnja stuurman itoe, kaloe orang tangkap dia, dan dapatken iloe soerat pada badannja atawa di roemah bapanja, atawa di dalam kamarnja di kapal Pharao."
"Tapi soerat itoe tida tertanda dengan tanda-tangan penoelisnja,” kata Rend: »dan boekan dialamatken kapadamoe, hanja kapada Procureur Baginda Radja.”
» Benar sekali, ' sahoet Villefort: »tapi Procureur Baginda Radja kabetoelan tida di roemah, hingga soerat ini datang kapada secretarisnja jang boleh boeka segala soerat: ini secretaris soedah boeka dioega soerat ini dan lantas soeroeh tjari saja, dan tempo soeroehannja tida dapatken saja, lantas djoega secretaris itoe membri perintah aken menangkap dan menggeledah,"
»Kaloe bagitoe, itoe orang jang bersalah, soedah kena ditangkap?” kata njonja markies.
»Belon tantoe ia bersalah, ia poen baroe terdakwa sadja,” kata nona Rene,
»Ja, njonja!” sahoet Villefort pada njonja markies: »dan kaloe terdapat boekti kasalahaunja, orang itoe aken mendapat tjilaka besar sekali.”
»Di manatah sekarang adanja orang itoe?” kata Rene.
»la menoenggoe di roemahkoe,” sahoet Villefort.
»Kaloe bagitoe, berangkatlah, sobatkoe!” kata njonja markies pada Villefort: »djangan laleken kawadjibanmoe dengan meladeni pada kita-orang di sini, sedang kerdjain negri ada menoenggoe kaoe di lain tampat.”
»Toewan Villefort!” kata Ren dengan soewara haloes: »oendjoeklah kamoerahan hatimoe: hari inipoen harian kaoe bertoendangan.”
Villefort djalan berpoetar dan mengamperi pada toendangannja itoe, laloe dengan memegang pada belakang korsi, ia berkata pada nona itoe:
»Soepaja kaoe tida goendah hati, saja nanti perboewat apa jang boleh aken toeroet pesananmoe, Rene! tapi djikaloe apa jang terseboet di dalam soerat dakwaiin itoe, benar adanja, wadjiblah algodjo merabah pada goloknja.”
Rene goemetar saliwatan tempo dengar itoe omongan jang dikataken paling belakang.
»Djangan kaoe dengari omongnja anak itoe, Villefort!" kata njonja markies: slamalama ia poen tida nanti mengeri lagi, kaloe dengar orang seboet golok.”
Sambil berkata bagitoe, njonja markies itoe membri slamat djalan pada Villefort jang lantas pegang dan tjioem tangannja njonja itoe, tapi sambil melirik pada nona Reng, seperti ia hendak membilang dengan sorotnja mata, bahoewa di dalam hati ia menjioem tangan si nona.
»Satoe alamat jang tida bagoes!” kata Rene sendiri-diri.
»Ach, Rene!” kata njonja markies: »kaoe ini sama sekali dengan anak ketjil! boewat apalah djoega kaoe hoeboengken hatimoe jang lembek pada perkara negri!”
»Ach, iboekoe!” kata Rene dengan berlakoe doeka.
»Brilah maaf pada Nona Rene, Njonja markies!” kata Villefort: »saja berdjandji padamoe, jang saja nanti lakoeken benar kawadjiban djabatankoe, jaitoe, saja nanti berlakoe angkar,”
Tapi sembari bilang bagitoe pada njonja markies, Villefort melirik pada Rene, salakoe hendak berkata: »Senangken hatimoe, Rene! kerna katjintainkoe padamoe, saja nanti oedjoek kamoerahan hatikoe.”
Rene tersenjoem aken sahoeti lirikan toewan Villefort, dan toewan ini lantas berdjalan pergi dengan senang hati.