Hal Bunji Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia/Bab 15
BAB XV
HAL LAGU.
338. Lagu dalam bahasa² Indonésia ialah pengalun pengalun suara (stemmodulatic), mélodi (gerakan nada² menurut tinggi dan rendahnja dalam birama dan irama), témpo (tjepat dan lambat pada musik). tjara berbitjara, mendaras.
339. Kita dapat mem-béda²kan tiga matjam lagu, jaitu lagu bahasa, lagu individu dan lagu keadaan, gerak rochani jang timbul dari bahasa, individu dan keadaan itu. Lagu jang kedua tak dapat dibitjarakan dalam uraian kami ini.
I. Lagu bahasa. ,,Bangsa Sunda berbitjara dengan per-lahan² dan tenang dengan suara jang tertentu, se-akan² bernjanji." (Coolsma). ,,Bangsa Atjéh berbitjara tjepat" (Snouck Hurgronje). ,,Dalam dialék Puqu-m-Boto orang berbitjara dengan nada jang lebih pandjang dan baik didengarnja dari pada dalam bahasa Barèqé umum. Dalam dialék To-Lage orang berbitjara dengan nada jang sombong dan mengédjék didengarnja, begitu djuga halnja kalau kaum budak dan anak² berbitjara dalam dialék itu". (Adriani).
II. Lagu keadaan. Dalam lagu ini atjapkali vokal dan konsonan sangat pandjang suaranja. ,,Dalam bahasa Minangkabau seorang orang jang ingin hendak menjatakan belas kasihan kepada orang lain, berkata: tuaaan: Seorang orang jang melihat seékor kuda lepas berlari, berseru: kudooo!" (van der Toorn). Dalam bahasa Madura seorang orang jang ingin hendak menjatakan rasa héran, berkata: kab...bhi (semua!) (= kabbhi).
340. Dari témpo terdjadi beberapa gedjala bunji jang tertentu, jaitu bentuk lénto (lambat) dan allégro (tjepat). Dalam bahasa Dajak artikal i terlebur mendjadi satu dengan kataganti (pronomen) aku dan merupakan kata yaku (saja). Kalau orang Dajak berbitjara perlahan, maka kata itu diutjapkannja sebagai iaku. laku itu ialah bentuk lento, tetapi bentuk jang normal ialah yaku. Menurut Ophuysen kata duwabělas dalam bahasa Melaju, kalau diutjapkan dengan tjepat, terdengar sebagai dobělas. Kata dobělas itu ialah bentuk allegro dan djarang didengar. Dalam bahasa Atjéh dari kata bah + le (biarlah) terdjadi bale. Tetapi kalau orang berbitjara perlahan maka bunji h dapat didengar lagi; bahle ialah bentuk lénto.
341. Berlainan dengan bentuk lénto dan allégro, dalam bahasa Latin kata2 diduakalikan, seperti kata nihil jang terdjadi dari kata nil. (,,Handbuch der Lateinischen Laut- und Formenlehre" oléh Sommer); begitu djuga halnja tentang kata labaŋ jang menjatakan sangkalan, disamping kata laŋ dalam bahasa Karo.