SAMBUTAN Mgr. A. SOEGIJAPRANATA S.J., VIKARIS APOSTOLIK , SEMARANG. Pengurus jang terhormat, Diberi hati oleh pemerintahan Pengurus Panitya Pusat Harian, jang kami terima dengan sjukur, maka kami dengan rendah hati memberanikan diri untuk mempersembahkan sekadar buah pikiran, sebagai pernjataan penghargaan, penghormatan dan perhatian kami terhadap Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, dalam memperingati hari ulangnja 25 tahun. Adapun harapan kami ialah untuk menambah tjadangan lauk-pauk, djikalau persediaan kurang tjukuplah adanja. I. Inilah pelengkap jang kami sadjikan dengan ichlas hati: a) Hendaknja Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia disamping berdjoang untuk memperoleh hak-hak peri kemanusiaan bagi dirinja dalam masjarakat, pun pula berusaha memperbaiki dan memperkuat rumah tangga sebagai dasar Negara jang kokoh, sebagai tempat pendidikan jang terpenting, sebagai sumber kemakmuran jang amat perlu. b) Hendaknja para Wanita dan Ibu sungguh sungguh menghargai dan mendjundjung tinggi pangkat deradjat dan tugas-kewadjiban isteri dan Ibu dalam rumah-tangga. c) Hendaknja para Wanita dan Ibu meluluskan kewadjibannja dengan ketjintaan jang murni. Segala sesuatu, jang harus dan patut diseleng garakannja untuk kepentingan rumah-tangga, hendaknja dipandang sebagai kebaktian sehari hari terhadap Tuhan, kepada Negara dan bangsa. d) Hendaknja mereka berani mempertahan peraturan Tuhan, Pentjipta bangsa-manusia, dalam membentuk rumah-tangga, berdasarkan perdjandjian perkawinan, jang adil dan bilateral, jang sentosa dan leluasa. e) Hendaknja para Isteri dan Ibu berusaha, masing-masing menurut kurnia lahir dan batin, jang dianugerahkan oleh Tuhan kepadanja, |
supaja mereka semua boleh disebut ketjintaan illahi, jang nampak mendjelma mendjadi manusia. Artinja semoga tiap-tiap Isteri dan Ibu mewudjudkan ketjintaan, jang dapat lupa diri sendiri, jang mampu menjangkal diri sendiri, jang menghambakan diri kepada Tuhan, dengan menghambakan diri kepada rumah-tangganja. Demi kepentingan rumah-tangganja Isteri dan Ibu sedjati haruslah berani berpuasa dan berpantang, pun pula berani menderita kesukaran dan menahan kesusahan, apalagi berani berkorban dalam segala-galanja. II. Iseng-iseng untuk mengisi waktu, jang agak reda, sudi apalah kiranja para Ibu merenungkan beberapa perkara, jang mengenai azas-azas pendidikan:
Bapak-Ibu tiada diperbolehkan mempergunakan kuasa atas rumah tangganja semata-mata melulu untuk meluluskan kehendak hati sendiri. Sebab kuasa tersebut dianugerahkan kepada orang-tua demi keselamatan anak-anaknja. Memang beratlah tanggungan orang-tua tentang anak-anaknja. Dari pada itu hanja Tuhan sendirilah jang mampu mengurniakan hadiah sepatutnja kepada Bapak-Ibu atas djasa-djasanja kepada anak-anaknja. Sekianlah sambutan kami untuk menambah santapan rohani dalam perajaan pesta perak Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia. |
117