Langit Kelabu Di Atas Mekah/Bab 2
2. Tantangan Terhadap Islam
Abu Lahab dan Abu Jahal ialah dua orang tokoh utama sebagai musuh Islam nomor wahid. Kedua nama ini diabadikan Tuhan pula dalam kitab suci Al- Quran. Pemikiran kedua orang ini setiap menit hanya mencari usaha bagaimana untuk menghancurkan Nabi Muhammad dengan segala ajarnanya. Sebab mereka mempunyai keyakinan bahwa ajaran yang dibawa nabi ialah sebuah ajaran yang salah yang jauh berbeda dengan ajaran nenek moyang mereka.
Salah satu usaha mereka ialah membendung dan melarang kepada kaum mereka yang ingin hendak memasuki agama Islam. Mana yang berniat demikian akan menerima bermacam ancaman dan malahan ada yang disiksa. Sungguh, tidak sedikit alangan dan cobaan yang di derita oleh penganut islam sewaktu agama ini mulai berkembang di tanah Arab.
Kelaliman, penganiyaan, siksaan dan sebangsanya menjadi hal biasa bagi penganut Islam yang baru itu. Namun betapa juga beratnya, berapa juga pedihnya satu incipun mereka tidak bergerak dari keyakinannya itu.
Abu Lahab dan Abu Jahal merupakan seakan-akan seribu setan yang bergabung menjadi satu untuk membantah kebenaran yang diturunkan Tuhan dengan melalui rasulNya itu. Demikian pula semua pengikutnya bersatu dengan segala kekuasaan dan kekuatannya untuk menghancurkan Nabi dengan semua pengikutnya pula. Dan mereka itu ialah pembesar-pembesar Quraisy yang sedang memegang kekuasaan, hulu pedang siap dalam tangan, dan kedudukannya masih disegani. Juga dibelakang mereka bertumpuk harta benda berlimpah ruah yang siap dipergunakan untuk menumpas Nabi Muhammad dengan semua pengikutnya.
Dan begitulah jadinya. Ada diantara mereka yang dapat meresapi hadirnya agama baru ini . Di lubuk hatinya timbul rasa kesadaran dan kepercayaan bahwa agama Islam itu benar. Tetapi mereka masih takut secara terang-terangan menjadi pengikut nabi. Mereka takut dengan pembalasan dan tindakan yang bakal ditimpakan oleh kawan-kawannya. Sebab mereka sesaat tidak luput mengawasi tindak tanduk mereka yang menyeleweng dari keyakinannya yang lama.
Akhirnya benteng ke kurafatan mereka runtuh dan ambruk juga. Mungkin inipun satu hikmah dari Tuhan juga. Jika tersebarnya agama Islam ini pada mulanya dengan gampang saja, barangkali nilainya tidaklah akan setinggi itu. Rasa manis yang dikecap sesudah menderita kepahitan yang tidak bertara, menjadikan satu kenikmatan yang ditiup angin dari sorga.
Cobaan-cobaan, penderita-penderitaan yang dialami Nabi Muhammad s.a.w. tidak kurang hebatnya dari penderitaan yang dirasai oleh para nabi-nabi dahulu seperti: Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Musa, bi Isa.
Dan marilah kita kisahkan bagaimana nasib yang diderita oleh seorang calon Muslin itu . Salah seorang kaum Musyrikin yang sudah mendapat seberkas nur yang suci itu bernama walid bin Al Mugirah. Walid ialah seorang terpandang dan terkemuka di Mekah. Dan mula-mula ia pun termasuk golongan yang membenci Nabi Muhammad dengan segala ajarannya.
Pada suatu hari Walid sempat berjumpa dan bercakap-cakap dengan Nabi Muhammad s.a.w. Nabi membacakan beberapa ayat suci kepadanya. Mendadak saja kalbunya yang gelap dan hitam seperti malam yang paling gelap seakan-akan mendapat seberkas sinar. Sinar yang membawanya kejalan yang benar.
Walid merasa amat tertarik dengan ajaran Muhammad, dan merasa yakin dalam hatinya bahwa ajaran baru itulah yang benar. Dan iapun bermaksud akan memeluk agama itu ialah agama Islam.
Tetapi Walid tidak menyimpan sendiri niatnya itu. Ia menyampaikan pula maksudnya itu kepada teman-teman dekatnya dan mengajak mereka ikut serta. Dan bagaimana sambutan teman-temannya? Merasa tertarikkah mereka dengan niat suci Walid itu? Lalu kemudian beramai-ramai masuk kedalam agama Islam?
O, tidak, jauh sekali panggang dari api. Yang terjadi ialah sebaliknya.
Mereka merasa amat sedih karena Walid yang cukup terkenal itu sudah terkena jebakan ' ahli sihir ' terbesar pada masa itu. Walid sudah menjadi salah seorang korban sihir. Walid dapat sakit. Dan harus di tawar se cepat-cepatnya. Supaya penyakitnya sembuh dan jangan menular pula kepada yang lain.
Dan laporan segera pula disampaikan kepaca Abu Jahal tentang peristiwa yang sudah menimpa salah seorang kawan mereka. Dan memohonkan kepada Abu Jahal supaya teman mereka yang terkena korban sihir itu di tawari dan diobati seperlunya.
Abu Jahal hanya senyum-senyum saja nendengar laporan teman-temannya lalu berkata:
" Kawan-kawan tak usah kuatir! Sayalah nanti yang akan membereskannya. Masalah ini akan sanggup saya selesaikan sampai tuntas. Tunggu saja hari mainnya ! "
Lalu pergilah Abu Jahal menemui Walid. Mukanya merah padam dan beringas.
Melihat kehadiran Abu Jahal dengan agak lain gayanya itu dan wajah yang tidak seperti biasa Walid lalu bertanya:
" Hai Abul Hakam, apakah maksud kedatanganmu dengan gerak gerik yang berlainan dari biasa ini?"
Abu Jahal hanya senyum-senyum mesem dan menjawab:
" Begini wahai Walid! Teman-teman kita sudah mengumpulkan sejumlah harta benda yang tak terkira-kira banyaknya. Dan semuanya itu akan di hadiahkan kepada engkau..."
" Apa ?" tanya Walid dengan melongo keheranan. Mulutnya menganga seperti mulut gua Hira'. Sebab dia mengira Abu Jahal akan mendampratnya habis habisan karena dia sudah menyeleweng. " Ya, teman-teman kita sudah bertekad demikian mereka akan memberi hadiah kepadamu..."
" Anda jangan main-main Al Hakam! Kalian tahu bahwa aku ialah salah seorang yang kaya raya di kota Mekah ini. Malahan harta bendaku yang paling tanyak dari semua kalian yang ada dalam kota ini. Apa yang kurang pada ku. Jika kota Mekah ini ada tampuknya pasti ku jinjing. Jadi apa maksud tuan-tuan dengan permainan ini?"
" Kalau begitu Walid. Cobalah kau terangkan bagaimana faham engkau tentang kebencian dan ke engkaran kita terhadap si Muhammad manusia yang paling kita benci itu. Kita biasa menantangnya dan kini engkau memperlihatkan sikap sebaliknya. Apakah engkau sudah lupa dengan pendirian kita untuk membenci si Muhammad sejak dulu sampai selama-lamanya?"
Walid berpikir sejenak dan dengan tenang ia menjawab:
" O, itu masalahnya! Demi Allah, apakah yang akan ku jelaskan? Tidak seorangpun dari antara kalian yang lebih mengerti dari aku tentang syiir-syiir baik dari manusia atau dari jin sekalipun.
Demi Allah! Aku harus mengakui bahwa tidak ada syiir yang dapat mengatasi dan menyamai dari segala apa yang sudah disampaikan Muhammad. Sungguh, semua perkataannya amat manis, dan susunan kata-katanya teramat elok. Sesungguhnya diatasnya berbuah lebat, didalamnya teramat subur dan segala perkataannya amat tinggi nilainya den tidak ada yang melebihi tingginya. Dan sebenarnya kata-katanya dapat memecakan apa jua yang ada dibawahnya."
Abu Jahal sangat bingung mendengar jawaban tidak di sangka-sangkanya itu. Sebab walid ialah salah seorang anggota kaum Musyrik yang biasanya yang setia. Abu Jahal hanya menjawab:
" Kau benar walid. Memang begitulah sifat seorang tukang sihir. Indah rupa dan lemah lembat semua yang dilakukannya. Tetapi dibaliknya tersimpan upas racun yang amat berbahaya.
Kami tidak rela dengan sikapmu ini hai Walid. Kau sudah menunjukkan sikap permusuhan dengan kaummu sendiri. Kau akan menyesal nanti. Tetapi semuanya akan berubah seperti sedekala manakala engkau tetap membenci si Muhammad..."
Walid hanya menjawab ringkas:
" Da 'ni hatta ufakkir....." ( Tinggalkan aku sampai aku dapat berpikir ).
Dan peristiwa itu sangat menghebohkan kalangan kaum Musyrik. Sebab kalau sampai Walid memasuki agama Islam, berarti salah seorang teras kaum Masyrikin akan hilang. Dan tentu saja ia akan membawa beberapa orang teman-temannya yang lain. Ini terarti benteng mereka akan tertambah lemah dan pengikut Muhammad akan semakin kuat. Dan ini tidak boleh terjadi.
Pada waktu itu sudah dekat musim haji. Tetapi caranya tentulah belum seperti naik haji yang di turunkan kemudian oleh Rasul. Barangkali baru dapat dikatakan pergi ziarah. Tetapi waktu itu ramai sekali berdatangan orang-orang dari berbagai daerah.Pada masa itu pulalah Nabi Muhammad s.a.w. mempergunakan kesempatan itu untuk berdakwah menebarkan dan meluaskan faham agama Islam. Dan ini pulalah yang amat di tentang dan di tantang oleh kaum Musyrikin.
Lalu diadakanlah sebuah pertemuan bertempat dirumah Walid. Mereka membicarakan apakah tindakan untuk mengatasi peristiwa yang bakal muncul itu.
Seorang dari hadirin berkata:
" Cobalah keluarkan pendapat tuan walid lebih dahulu kami ingin mendengarnya."
" Tidak! Saya ingin hendak mendengar pendapat tuan-tuan lebih dahulu," jawab Walid.
" Baiklah!" jawab mereka be ramai-ramai. Seseorang lalu mengeluarkan pendapatnya :
" Saya berpendapat bahwa segala yang dikatakan atau disampaikan oleh Muhammad tak lebih dari kata-kata seorang tukang sihir yang ahli."
" Walid menyatakan pembelaannya :
" Demi Allah! Kita lebih mengerti bagaimana sikap dan tindak tanduk seorang tukang sihir. Baik dari nada suaranya, maupun dari tingkah lakunya, pendeknya dari semua-muanya. Dan Muhammad tidak ada mempunyai salah satu sifat dari tukang sihir itu...."
Lalu tampil seorang lagi, ia berkata:
" Segala yang di bacakannya itu ialah syair-syair yang di karangnya sendiri."
Walid menjawab pula:
" Barangkali kita lebih ahli menilai tentang syair-syair ciptaan para pujangga Arab. Dan yang dibacakan Muhammad itu bukanlah syair karangannya sendiri. Kita mengetahuinya Muhammad itu bukanlah seorang pujangga. Usahkan seorang pujangga malahan tulis baca saja dia tidak becus. Dia toh seorang yang buta huruf. Di tenggekkan huruf mim sebesar unta didepan hidungnya dia takkan tahu membacanya. Samakanlah ayat-ayat yang dibacakan Muhammad dan masih paling tinggi nilainya dari syair seorang pujangga yang paling pintar di tanah Arab ini."
" Tidak heran ya Walid sebab dia seorang tukang sihir....." menyeletuk seorang lagi. Tetapi kata-katanya menghilang begitu saja. Hanya ada yang memberi komentar lagi:
" Saya kira Muhammad itu seorang gila, hai Walid!"
Walid bin Mugirah tersenyum:
" Ucapan saudara itu terlebih lagi tidak benarnya. Malahan mungkin saudaralah yang gila atau sinting. Kita semuanya mengetahui tindak laku orang gila, bukan? Ia memburu-buru orang dengan mata mendelik delik, kata-katanya tidak keruan menceracau saja satu patahpun kita tak mengerti, Ia melempar-lempari orang, makan yang kotor-kotor dan tingkah lakunya aneh-aneh tidak sama dengan manusia yang normal. Padahal kata-kata yang di ucapkan Muhammad sangat teratur, indah dan berarti susunan kata-katanya dan tinggi nilai maknanya. Bila sekali kita mendengarnya pastilah kita akan tertarik. Orang gila mana yang bisa berbuat demikian?"
Yang lain lalu berdiri dan angkat bicara pula: " Kalau pendapat saya si Muhammad itu seorang, pendusta, seorang pembohong terbesar yang pernah lahir di bumi Hejaz ini! "
" Itupun tak benar saudara. Sejak dia kecil kita sudah mengetahui semuanya bahwa Muhammad itu bergelar Al Amin ialah seorang yang tidak diragukan lagi kejujuran dan kebenarannya. Siapakah antara kita yang pernah ditipu dan dibohonginya ? Aku berani bertaruh: siapa antara tuan-tuan yang dapat memberi bukti bahwa ia pernah berdusta atau berbohong biar sebesar biji gandum sekalipun, nah, ambil oleh saudara semua harta bendaku.....
Atau adakah antara tuan-tuan yang pernah ditipunya biarpun seharga sebiji korma sekalipun?"
Walid melihat kesekitarnya tidak seorangpun yang menjawab tantangannya. Semua terdiam. Tidak seorangpun yang menjawab.
" Nah, apa lagi persiapan tuan-tuan untuk memburuk-burukkan Muhammad ? Kalian berkata hanya mengekor saja kepada orang lain tanpa mempergunakan otak dan pikiran dan sudah memutar balikkan keadaan yang sebenarnya, " ujar Walid lagi dengan tegas sambil melihat berkeliling sambil mengetuk-ngetukkan ujung jari telunjuknya di samping dahinya.
Namun mereka tidak mau mengalah. Seorangpun tidak mau menerima kenyataan. Malahan semuanya menentang kepada Walid dengan sorotan mata yang beringas dengan mengandung rasa dendam yang tak kunjung padam. Jika Abu Jahal memberikan sedikit isyarat saja untuk mengeroyok Walid bin Mugirah, dalam beberapa menit saja tubuh Walid pasti akan hancur ber keping-keping. Walidpun dapat merasakan sehingga ia harus menjaga dirinya dengan hati-hati. Rupanya saat itu yang hak belum dapat dikeluarkan di hadapan makhluk yang bertubuh manusia tetapi ber jiwa iblis.
Abu Jahal tampil kedepan dan berkata lemah lembut:
" Wahai pamanku yang tercinta! Apakah pendapat paman lagi dalam masalah yang rumit ini? Apakah lagi yang akan paman sampaikan tentang Muhammad dengan kata-kata yang biasa disampaikannya ? Paman lihatlah sekitar paman!" Walid melayangkan matanya kepada kerumunan manusia itu. Tidak seorangpun yang memperlihatkan wajah yang cerah. Ada yang menggertak, ada yang melotot, ada yang menggertakkan geraham, ada yang meng amak-amak hulu pedangnya, ada yang membulatkan tinjunya, siap menyerbu bila di komandokan.
Tinggalkanlah aku sebentar, aku hendak berpikir," jawab Walid dengan tenang. Ia memaklumi situasinya. Ibarat sebuah bom yang siap meledak. Asal tombolnya ditekan sedikit saja dengan ujung jari kelingking akan meledaklah ia.
Kemudian Walidpun mengeluarkan ucapan, tetapi jelas ucapannya itu tidak keluar dari hati sanubarinya. Hanya kelihatannya untuk memelihara keselamatan dirinya dari serbuan kaum Musyrikin yang sedang haus darah itu dan tidak akan sudi menerima kebenaran walau sebesar biji sawi sekalipun. Walidpun berkata : " Inna aqrabal qauli fihi an taquulu huwa sahir. Walakinna sihrahu sihrum yu' saru ya ' saruhu an ghairihi, a mara raai tumuhu? Jaa biqaulin huwa sihru yufarriqu bainal mar ' i wa akhihi wa bainal mar'i wawaladihi wa bainal mar'i wa akhihi wa bainal mar'i wazaujihi wa bainal mar’i wa ’asyiratihi wa bainal mar’i wa mawaa lihi wa bainal mar’i wa shadiqihi,"
( Bahwa sesungguhnya dalam perkara ini yang lebih dekat dengan kebenarannya ialah yang : bahwa kamu berkata : Dia ( Muhammad ) itu tukang sihir; tetapi sihirnya adalah sihir yang membekas pada orang lain. Tidakkah kamu sekalian sudah melihat, ia datang dengan membawa perkataan, itulah sihir, lalu dapat menceraikan antara seseorang dengan bapanya, antara seseorang dengan anaknya, antara seseorang dengan saudaranya, antara seseorang dengan isterinya, antara seseorang dengan keluarganya, antara seseorang dengan budaknya, dan antara seseorang dengan temannya )’’
Gerombolan kaum munafik itu menjadi heboh dan bersorak mendengar perkataan Walid bin Mugirah itu Wajah-wajah yang tadinya tegang dan mengancam menjadi biasa kembali.
Walidpun menjadi tenang pula Siasatnya berhasil walaupun terasa olehnya bahwa dia sudah menipu dirinya sendiri. Sebab jauh di lubuk hatinya bukanlah itu yang dimaksudnya. Namun jiwa dan keselamatan dirinya wajib pula dipertahankannya.
Abu Jahal senang dan gembira karena usahanya berhasil pula untuk memegang kaki temannya yang hen-dak melarikan diri dari kaumnya.
Peristiwa itu menjadi perhatian dari Tuhan sendiri dan Rasulullah sendiri dapat mengetahuinya. Setelah kejadian itu turunlah wahyu yang sebahagian isinya:
- Biarkanlah Aku sendiri berurusan dengan siapa yang telah Ku ciptakan itu!
- Dan kepadanya telah Kuberikan harta benda yang banyak.
- Dan anak-anak yang ada didekatnya,
- Dan Aku buatkan untuknya kehidupan yang cukup,
- Kemudian itu benar harapannya supaya Ku tambah lagi
- Jangan berpikir begitu! Sesungguhnya dia menyangkal keterangan-keterangan Kami,
- Akan Ku timpakan kepadanya siksaan yang keras,
- Sesungguhnya dia berpikir dan menentukan,
- Kiranya dia mendapat celaka, bagaimanakah dia dapat menentukan?
- Sekali lagi: kiranya dia mendapat celaka! bagaimanakah dia đapat menentukan?
- Sesudah itu dia memperhatikan,
- Sesudah itu, dia bermasam muka dan kelihatan bertambah masam mukanya,
Kemudian itu, dia membelakang dan menyombongkan dirinya,
- Dan mengatakan: Ini tiada lain dari sihir yang dipelajari ( turun temurun ),
- Ini tiada lain dari perkataan manusia,
- Kelak Aku akan memasukkan orang itu kedalam naraka,
- Dan apakah yang menerangkan kepada engkau, apa naraka itu?
- Tiada membiarkan tinggal dan tiada membiarkan berlebih,
- Membakar dan mengganti kulit manusia,
- Yang menjaganya ada sembilan belas.
Surat Al Muddatsir ayat 11 -30.
Maka tetaplah Walid berada dalam gabungan kawan-kawannya. Ia tetap menjadi kaum Musyrik. Menumpas perkembangan Islam dengan segala kekuatan dan siasatnya.
Barulah pada puteranya semangat Islam itu berkobar-kobar. Wftlaupun pada mulanya puteranya itu anti agama Islam juga. Dan putera Walid amat terkenal dalam sejarah. Dialah salah seorang pahlawan Islam yang gagah perkasa. Itulah dia Khalid bin Walid!
Demikian pula keadaan pada zaman itu. Bila ada pendapat-pendapat manusia yang berbeda dengan ajaran Tuhan segera turun wahyu kepada Nabi Muhammad S.A.W. Di Rasul dengan petunjuk dari Tuhan itu akan memberi tuntunan bagi ummatNya.
Nabipun menyampaikan wahyu yang baru turun itu kepada para pengikutnya. Tetapi kaum Musyrikin ikut pula mendenggrnya . Merekapun menyambut dengan tafsiran mereka pula. Malahan kadang-kadang dengan seenak perutnya saja.
Namun sebahagiannya menjadi sadar dengan adanya wahyu itu. Mereka meninggalkan keyakinannya dan masuk kedalam agama Islam. Tak peduli apa resikonya. Tetapi ada pula yang merasa sangsi untuk mengganti keyakinannya, sebab takut dengan Abu Jahal dan kawan-kawannya.
Demikianlah sambutan kaum Musyrik atas ayat yang baru turun itu. Pada akhir ayat itu terdapat kalimat yang berbunyi: " 'Alaihi tis'ata 'asyra," ( atasnya ada sembilan belas ).
Maka ayat itu langsung menjadi bahan cemooh bagi Abu Jahal dan kawan-kawannya. Maka berkatalah ia kepada teman-temannya :
" Hai kawan-kawan, rupanya tentara Muhamnad itu hanya sembilan belas orang. Apakah sanggup kalian melawannya?"
Belum ada yang menjawab.
" Kamu yang sebanyak ini dan ber tubuh tegap-tegap?" kata Abu Jahal memanaskan.
Maka tampillah seorang pemuda Quraisy yang bertubuh tegap dan kekar. Ia pun terkenal gagah berani, merupakan jagoan yang tak terkalahkan dari kaum Musyrikin. Namanya Abdul Asyad Usaid bin Kaldah. la maju kemuka dan berseru dengan lantang suaranya:
" Jangan kuatir kawan-kawan! Kalau hanya senbilan belas orang tentara Muhammad itu aku sendirilah menghadapi mereka. Yang sepuluh akan ku hancurkan dengan tangan kananku. Dan yang sembilan akan ku remuk dengan tangan kiriku....." sambil ia mempamerkan otot lengannya yang sebesar batang korma.
" Nanti aku akan berjalan antara saudara-saudara dalam naraka dan melumpuhkan ke sembilan telas tentara Muhammad itu. Lalu mereka akan terjatuh ke kerak apiapi naraka yang paling dalam. Dan selanjutnya kita ramai-ramai keluar dari naraka dan berarak ber sama-sama memasuki sorga, ....ha...ha...ha...."
Maka gemuruhlah sorak dan tertawa mereka. Bagaikan terban bukit Safa dengan gemuruh sorak dan tertawa mereka. Dan selama beberapa lama ejekan itu menjadi bahan tertawaan dalam dalam kalangan mereka.
Maka turun pulalah wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai tantangan cemooh dan ejekan mereka. Yaitu ayat-ayat dalam Surat Al Muddatsir dari nomor 31 sampai 37 yang maksudnya :
- Dan tiada Kami jadikan untuk menjaga naraka melainkan malaekat-malaekat dan tiadalah kami tentukan jumlah mereka, melainkan ujian bagi orang-orang yang tiada beriman, supaya orang-orang keturunan kitab itu menjadi yakin dan orang-orang yang beriman tiada ragu-ragu dan supaya orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya dan orang-orang yang tiada beriman itu berkata : Apakah sengaja Tuhan mengadakan perumpamaan dengan ini? Begitulah Tuhan membiarkan sesat orang orang yang dikehendakinya. Tiadalah mengetahui tentara Tuhan engkau selain dari padaNya.
Dan ini tiada lain dari pada peringatan untuk manusia.
- Jangan ! Demi ( perhatikan ) bulan,
- Dan malam, ketika telah pergi,
- Dan pagi, ketika telah terang!
- Sesungguhnya itu salah satu ( berita ) yang amat besar, - Suatu peringatan untuk manusia ,
- Bagi siapa diantara kamu yang hendak maju kemuka atau mundur kebelakang.-
Demikianlah tantangan Abdul Asyad itu dijawab Tuhan sendiri melalui wahyu yang ditururkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Bahwa naraka itu yang mengawalnya ialah para Malaekat. Dan jumlahnya hanya Tuhanlah yang Maha tahu.
Demikianlah semua tantangan dari manusia yang munafik akan dijawab oleh Tuhan dengan tegas. Dengan melalui RasulNya yang mulia Nabi Muhammad s.a.w.
Dalam pada itu tantangan, siksaan, penganiayaan, pengucilan, sabotase, d.l.l ; selalu dilancarkan oleh kaum Musyrik terhadap Muhammad dan para pengikutnya. Namun tidak seorangpun yang mau mundur atau menukar keyakinannya.
Sehingga akhirnya nabi memerintahkan sebahagian kaumnya untuk mengungsi kenegeri lain untuk menjaga keselamatan mereka. Dalam pada itu dapat pula mereka menyebarkan syi'ar agama Islam. Dan beliau sendiri tetap di Mekah dengan beberapa orang pengikutnya. Nabi rela menghadapi tantangan dan siksaan yang bakal di sampaikan oleh kaum Musyrik itu.
Maka nabi mengumpulkan pengikutnya, kemudian bersabda kepada mereka yang kira kira maksudnya :
"Pergilah kamu mengungsi untuk sementara kenegeri Habsyi. Ini adalah lebih baik. Karena disana ada seorang raja yang dalam wilayah kekuasaannya tidak ada seorang pun yang dianiaya, sehingga Allah menjadikan suatu masa kegirangan dan keluasan bagimu. Itu adalah lebih baik dari keadaan yang sekarang ini."
Maka berangkatlah lima belas orang Muslimin kenegeri Habsyi, sepuluh laki-laki dan lima orang wanita. Mereka diketuai oleh Usman bin 'Affan.
Mereka diterima dengan baik oleh Negus di Abesenia. Tetapi mereka tidak lama berada dinegeri itu. Hanya lebih kurang tiga bulan. Sebab musababnya begini:
Keberangkatan kaum Muslimin kenegeri Habsyi itu diketahui oleh para pembesar Quraisy. Dan hal itu tidak boleh dibiarkan. Sebab dikuatirkan kaum Muslimin akan akan dapat mengambil hati Negus dan kemudian memberi bantuan kepada mereka. Maka dengan bantuan Negus mereka akan kembali untuk menumpas kaum musyrik. Dan ini berbahaya.
Dengan segera di utus dua orang kurir untuk memeriksa dan kalau dapat untuk menahan keberangkatan mereka. Tetapi apa lacur. Ketika mereka sampai ditepi laut Merah ( kolzum ) rombongan itu sudah berangkat.
Maka dicari mereka satu taktik yang lebih lihay. Ke negeri Habsyi dikirim berita bahwa kaum Quraisy sudah takluk dan menyerah kepada Muhammad. Tidak ada gunanya lagi orang Muslimin tinggal lama-lama di negeri Habsyi. Percaya dengan berita itu kaum Muslimin kembali ke Mekah.
Tetapi setelah mereka sampai dekat Mekah barulah diketahui mereka bahwa berita itu bohong semuanya. Berita itu sengaja dikirimkan oleh kaum Musyrik yang cukup lihay untuk menjebak para pengungsi kembali.
Abu Jahal dan kawan-kawannya tidak takluk. Malahan semakin menjadi-jadi berusaha untuk menumpas Muhammad dan para pengikutnya. Ejekannya semakin berapi-api, penganiayaan mereka semakin kejam, pemboikotan mulai di lancarkan pula. Bahkan mereka berusaha untuk membunuh Nabi Muhammad s.a.w.
Tak ada pilihan lain bagi pengungsi itu untuk hidup kembali di negeri leluhur meraka.
Hanya untungnya beberapa orang dari pemuka Quraisy sudah mulai memasuki agama Islam. Dan mereka merupakan penbbela yang tangguh dari agama Islam. Antaranya ialah: Umar bin Khattab, Saidina Hamzah, dan lain-lain.
Dan agama Islam semakin kuat, tetapi semkin banyak pula tantangannya.....
.//.