52307Mohamed Ali Pacha — Bab 13Gouw Peng Liang

XIII.

RESIA TERBOEKA.


 Di itoe hari hatinja Mohamed Ali bei mendjadi tiada kroean rasanja. la harep lekas sore, soepajabbisa ketemoe pada Mrika, menoeroet djandji di itoe pagi. Dengen pikiran koesoet ia djawab pertanjaän pertanjaän dari Soleiman dan dengen hati tiada tetep ia masoem di roemanja Ali pacha. Ia doedoek makan bersama ini pacha jang senan tiasa bitjaraken berbagi bagi perkara.
 Setelah moelain sore, baroelah hatinja Mohamed Ali mendjadi sedikit senang. Ia soeroe panggil zaptieh Prenk aken anter di djalanan. Kamoedian ia toenggang koeda ikoet zaptièh itoe menoedjoe ka oemboel Veli bei. Tiada djaoe dari itoe oembel ia toeroen dari koedanja, ia kasi satoe tjeroetoe dan doeit satoe piaster pada Prenk jang diprenta toenggoe di itoe tempat, sedeng ia sendiri pergi ka oemboel dimanaa ia harep bisa ketemoe pada djantoeng hatinja.
 Daon dari poehon poehon moelain tergojang ditioep angin jang membawa baoe haroem dari segala kembang; boeroeng boeroeng ada terbang di sana sini dan berswara aken tjari sarangnja. Sakoetika lamandjabada kadengeran swara seperti orang djalan diantara poehon poehon kajoe, tapi itoe ada klintji atawa mendjangan jang mentjari makanan dan maoe minoem di oemboel. ==98  R e s i a   t e r b o e k a==

Dalem keadaan begini Mohamed Ali berdjalan moendar mandir dengan hati tiada sabar dan sambil tarik napas ia menganggu datanja itoe nona jang soeda djandji aken dateng di ini tempat. Mohamed Ali boeka besar kadoea matanja aken meliat pada djalan besar di Prilip jang teroes ka goeneong di sepandjang itoe oemboel. Tiada lama poela Mohamed Ali meliat Mrika djalan menghampiri dengan bawa satoe kendi tima.


Ini nona berdjalan lebi tjept setelah ia meliat pada Mohamed Ali.

Mrika!" memanggil itoe officier moeda dengen swara gemeter.


„Di sini saja ada! di sini saja ada, pacha jang moelia," menjaoet Mrika sambil taro kendinja di tana dan dateng memboeroe tangannja. „saja sembajang dan minta nasehat pada Toehan, apa jang saja soetji saja. Dan Toehan jang maha soetji soed kasi alamat, saja moesti tjinta, moesti berhamba moesti boeang djiwa saja aken membela angkau, djika ada perloenja. Saja Dateng di ini tempat dengan membawa kabar, saja, Mrika, menoeroet titanja Allah, moesti djadi Mohamed Ali poenja hamba."


Dengan piloe di hati Mohamed Ali peloek pada Mrika jang bersandar di dadanja' ini officier, la awasin matanja ini nona eilok, ia tjioem bibirnja jang mera, seraja oetjapken bebrapa perkata'an manis boeat menjataken ia poendja katjinta'an hati. Mohamed Ali rasa, ia ada di dalem sorga.
 „Allah membri berkah pada kau, boenga mawar dan djiwakoe" berbisik Mohamed Ali pada Mrika, jang lepas dirinja dibadan ini officier. „Angkau soeda membri harepan dan peroentoengan Baroe atas pengidoepan saja. Saja nanti pegang betoel segala djandji saja seperti satoe rahajat jang setia pada Radjanja. Pertama kali saja ketemoe pada kau, hati saja porn soeda merasa tjinta. Perkata'an kau jang pertama saja denger seperti swaranja satoe melaekat jang baroe toeroen dari kajangan. Kau tjinta pada saja, maka saomoer idoep kau nanti mendjadi istri saja."
 „Apa kau brani soempa boeat perkata'an kau itoe?" menanja Mrika sambil memandang Mohamed Ali dengen tersenjoem. „Dan apa kau maoe djandji selama lamanja kau tinggal setia hati pada saja dan tiada nanti ambil laen istri atawa goendik di harim kau? Kau brani soempa boeat itoe semoea?"
 „Hal itoe saja soempa dihadepan Allah dan di atas ka'aba dari Mekka," menjaoet Mohamed Ali, seraja ia peloek pada djantoeng hatinja.
 „O, soenggoe kau ada saorang moelia," berbisik Mrika dengen merasa amat girang. „Apa selamanya kau tiada nanti siasiaken saja, sebagimana perboeatannja laen-laen effendi ?
 —„Saja tentoe mati, djika di kamoedian hari kau siasiaken saja. Saja dilahir di Arnautlik, dimana ==100 Resia terboeka==

orang betji pada adat istiadat dan kebiasa'an di Stamboel. Di sini sasoeatoe soeami moesti setia pada istrinja, sebagi djoega si istri moesti setia hati pada


— „Dan sebab kau ada satoe anak miskin dari Arnautlik, satoe anak moelia serta soetji, saja poen tjinta pada kau dengan segenap djiwa saja."


— „Boekankah kau sendiri ada seorang Albanie? Boekankah kau ada toeroenannja bei Djakwa? Ramboet kau jang sada koening dan mata kau jang biroe ada mirip sekali dengan bei Djokawa dan kau tinggal djoega di roema mantoenja itoe bei jang kesohor, jalah Ali pacha jang hartawan. Poen ajahkoe bilang, ia ada kenal pada kau koetika kau masi ketjil, tapi di itoe masa nama kau tjoema diseboet sadja Mohamed."


,,Tiada, Mrika, saja ini boekan bangsa Albanie," menjaoet Mohamed Ali sambil gojang kepala. ,,Saja boekan toeroenan dari bei Djakowa, kendati roepa saja ada mirip dengen Mohamed jang soeda meninggal, iparnja Ali pacha. Tana aerkoe ada sjoe dari sini."


— „O, apa kau ada saorang Circassie? Kau ada toeroenanja orang pegoenoengan jang gaga perkasa jang soeda berprang pada orang Rus serta banjak djasanja pada Allah? O, kau ada asal rahajat Daghestan (Kaukasie) jang memang ada lebi moelia dari semoea orang moeda di negri Roum! Senangkenlah hati kau, djiwakoe jang tertjinta! Boekan sadja kau dapet katjin==Resia terboeka. 101==

ta'ankoe, hanja kau nanti menjaksiken djoega satoe perkara penting, koetika andjing-andjing Christen jang soeda bikin moefaketan resia sama orang Rus, nanti diboenoe semoea."
 ,,Apakah kau maoe bilang, Mrika?" menanja Mohamed Ali dengan terkedjoet, setelah mendengar bitjaranja ini nona.
 — „Kau menanja, apa jang saja maoe bilang? Tiadakah Soleiman bei tjerita pada kau dari itoe perkara?"
 ,,Tiada semoea," menjaoet Mohamed Ali jang ingin taoe satoe resia.
 —,,O, brangkali kamoedian ia nanti tjerita pada kau itoe semoea. Boleh djadi sekarang Soleiman kwatir kau ada seperti laen-laen effendi dan orang-orang peprangan dari Beginda Sultan jang ada satoe hati sama orang kafir dan tiada satoedjoe dengen maksoed soetji dari arah saja. Baeklah sekarang saja kasi taoe teroes terang doedoeknja itoe perkara."
 — „kau moesti taoe, djantoeng hatikoe, tiada djaoe dari Prilip ada satoe doesoen baroe, jang dikasi nama Isnik, di mana pacha dari Arnautlik soeda kasi tinggal bebrapa banjak orang raja dari bangsa Bulgaar. Ini orang kafir pemabokan soeda tinggal di atas tana, jang ia tjoeri dari bangsa Skipi, ambil kajoe dan aer dari Skipi dan brangkali djoega iaorang binasaken pada kita orang, kaloe sadja kawan-kawannja ada tjoekoep dan kita orang boekan ada rahajat jang kesohor kosen seperti garoeda. Di waktoe merajaken pesta paschen iaorang soeda boenoe anakja Ali Lipouri boeat sembajangken ia poenja Nabi Jezus.”

„Dan apakah kau pertjaja itoe tjerita, Mrika?” menanja Mohamed Ali sambil tarik napas.

—„Soeda tentoe saja moesti pertjaja, kerna ajahkoe, imam Reschid jang soetji, brani tanggoeng betoel itoe perkara dan soeda angkat soempa pada Nabi. Sekarang dengarlah, Mohamed Ali, apa jang tiada lama lagi nanti kedjadian. Ajahkoe jang sanget bentji pada kaoem giaour, soeda bermoefaket boeat binasaken itoe semoea orang kafir di Isnik. Segala kaoem Skipi dari pegoenoengan dan orang-orang Moslim dari Prilip soeda diriken pakoempoelan dalem perkara soetji, dikapalaken oleh ajah saja. Misanan saja, Soleiman bei, bersama kawan-kawanja dan barisan bashi bozouk soeda toeroet pada ini pakoempoelan. Lagi delapan hari orang raja nanti diserang dan doesoennja dibakar. Di ini oemboel nanti dikasi tanda dengen api dan itoe waktoe doesoen Isnik nanti djadi laoetan dara, di mana dagingnja orang kafir nanti dimakan srigala. Tjeloeplah pedang kau di daranja andjing-andjing Christen dan kasi boekti pada saja, begimana kau soeka soedjoet pada agama jang soetji.”

„Mrika,” kata Mohamed Ali jang moekenja beroba poetjet dan sorot matanja mendjadi boerem, „Mrika, dengerlah perkata‘ankoe: tiada nanti saja angkat tangan aken boenoe pendoedoek di Isnik, maski satoe orang poen tiada.”

Resia terboeka.

103



 —,,Kenapa tiada? Boekankah kau ada saorang Islam, satoe hoeloebalang dari Padisha?"
 —,,Perboeatan demikian ada kedji sekali dan membikin pamerenta Toerki dapat nama djelek serta hina di seantero doenia. Sri Baginda Sultan, pada siapa saja ada berhamba, telah ingin, soepaja sekalian rahajat dalem negrinja bisa laloeasa memoedja agama jang mana sadja menoeroet seokanja sendiri masing-masing, tapi iaorang moesti hormatken betoel oendang-oendang negri. Tiada satoe orang di ini negri boleh dibikin beda haknja. Sekarang ajah kau dan bebrapa banjak orang Albanie maoe lawan titanja Padisha? Tida, Mrika, dalem perkara begitoe saja tiada soeka tjampoer, malahan saja nanti djaga, soepaja orang-orang jang tiada berdosa tiada nanti dianiaja."
 —,,Saja sekarang ada seorang Moslim dan memoedja pada Nabi jang soetji, sebagi djoega ajah kau, tetapi saja tiada boleh loepa, saja soeda dilahir dari peroetnja orang Masehi di negrinja orang Christen."
 ,,Angkau satoe anak Christen?" treak Mrika dengan kaget. ,,Boekankah kau seorang Circasie seorang Islam?"
 ,,Saja ada seorang Islam jang setia, tapi dilahirken seperti seorang Duits," menjaoet Muhamed Ali dan pegang tangannja Mrika jang ia pandang dengan merasa khawatir. ,,Dan saja dilarang aken berboeat segala perkara chianat jang tiada sekali ada goenanja." Sakoetika lamanja di oemboel Veli bei ada sepi sekali. Ini doea orang moeda jag baroe liwat bebrapa menit bitjara perkara katjinta‘an, sekarang telah berdiri tiada bergerak, dengan pegang tangan satoe sama laen dan masing-masing ada berlinang aer mata.

Mohamed Ali merasa sanget soesa, tetapi pikirannja tetep, lebi baek bikin poetoes perkara katjinta‘an maski pada satoe bidadari, dari pada moesti berboeat perkara chianat jang sanget kedji.

„Mohamed Ali, djantoeng hatikoe,” kata Mrika, „saja mengarti, apa sebab kau tiada satoedjoe dengen perboeatannja ajahkoe jang kedjem. Saja rasa kau tiada tega meliat dara sesama menoesia jang tiada berdosa. Dan sebab kau soeda oendjoek kamoelia‘an, kesetia‘an serta katetepan hati kau, saja poen djadi merasa lebi tjinta pada kau. Tapi saja maoe bilang djoega, sekarang saja tiada maoe balik ka roema ajahkoe jang maoe boenoe segala orang jang memoedja laen agama dan brangkali ia nanti aniaja pada kau, djika kau tiada toeroet ia poenja maoe. Adjaklah saja pergi ke roemanja Ali pacha, di mana tentoe masi ada satoe tempat bagi satoe boedak prempoean, seperti saja. Biarlah saja dikasi makan sadja nasi dan aer, biarlah saja angkat segala pekerdja‘an dan toeroet segala prenta, biarken saja menanggoeng tjinta sendiri pada kau dan minta doanja Toehan, soepaja kau tinggal slamet dan di blakangkali mendjadi seorang beroentoeng.” „Angkau nanti toeroet pergi ke roemanja Ali pacha, Mrika,” kata Mohamed Ali dengen sanget girang, sebab soeda terlepas dari satoe sangkoetan besar, „tetapi boekan seperti boedak. Tiada, hanja seperti satoe poetri jang terhormat, tertjinta serta terpoedji, sebagi hati djiwanja satoe effendi, kau nanti toeroet saja ka roemanja saja poenja ajah poengoet. Slametlah angkau, Mrika, dari kasetiaän hati kau pada saja. Angkau soeda pili kabedjikan, keadilan dan katjintaän di atas perboeatan chianat. Saja nanti bersoekoer pada kau dan nanti rawatin kau saoemoer idoep.”

Sasoedanja bitjara begitoe, Mohamed Ali peloek pada itoe nona manis, kamoedian ia berdoea toeroen dari boekit dan menoedjoe ka tempat, di mana zaptieh Prenk ada menoenggoe. Dengen heran ini soldadoe meliat toeannja berdjalan dengen berbisik sama anak perempoean dari imam Reschid, lebi heran lagi setelah diliat Mohamed Ali toenggang koeda bersama Mrika dan prenta djalan poelang ka roemanja Ali pacha dengen ambil djalanan menjimpang.

„Allah!” menjeboet ini zaptieh dalam hatinja dan ambil djalan di djalanan ketjil, di ikoet oleh itoe doea orang moeda. „Apakah nanti djadi! Nona Mrika jang tjantik njata soeda dibawa lari. Imam Reschid moesti djadi mara besar dan ini luitenant moesti ati-ati mendjaga diri.”