Permainan Rakyat Daerah Kalimantan Selatan/Babintih

  1. B A B I N T I H


  1. Nama permainan

    Permainan ini dinamakan masyarakat daerah Kalimantan Selatan dengan nama Babintih. Pengertiannya ialah pukulan / tendangan yang di lakukan dengan kaki bagian tulang kering dan diarahkan ke kaki bagian belakangnya ( perut kaki ) di antara lutut dan mata kaki.

    Di daerah Pagatan, permainan ini dinamai oleh masyarakat dengan permainan M a I a n c a.

  2. Peristiwa / waktu

    Permainan Babintih ini sering diadakan anak - anak pada waktu ada acara selamatan, perkawinan dan sebagainya. Pada waktu itu anak anak yang jagoan biasanya mengajak kawan - kawannya untuk mengadakan permainan Babintih tersebut.

    Permainan ini dilakukan anak - anak pada waktu siang maupun malam hari. Kalau pada waktu siang hari permainan ini hanya merupakan suatu hiburan, tetapi kalau pada malam hari permainan ini merupakan suatu permainan adu kekuatan, sehingga suasananya dalam keadaan serius dan tegang.
  3. Latar belakang sosial budayanya
    Pada masa lalu terutama di daerah pedesaan, hiburan bagi anak - anak sangat terbatas sekali. Anak - anak yang bersifat berani dan jagoan kadang kadang menyalurkan bakatnya dalam permainan Babintih. Karena itu permainan ini merupakan permainan anak yang berani, baik anak-anak dari kelompok petani, buruh, nelayan dan sebagainya.
  4. Latar belakang sejarah perkembangannya
    Menurut keterangan dari pada informan menyatakan bahwa permainan ini sudah ada sejak beliau masih kecil, yaitu sebelum kemerdekaan. Permainan ini masa dahulu sangat ramai diadakan oleh anak - anak remaja. Tetapi sekarang ini permainan tersebut sudah tidak terlihat lagi dilakukan oleh anak - anak. Permainan ini sudah mendekati kepunahannya.
  5. Peserta/pelaku
  1. Jumlah pemain Permainan Babintih ini merupakan permainan perorangan. Jumlah pesertanya hanya 2 ( dua ) orang, yaitu seorang sebagai pemain yang pasang dan yang seorang lagi sebagai pemukul/penendang.
  2. Usianya Permainan ini dilakukan oleh anak - anak yang berusia antara 12 sampai dengan 17 tahun. Bagi anak - anak yang usianya kurang dari 12 tahun biasanya mereka agak takut ikut bermain. Sedangkan bagi anak yang usianya lebih dari 17 tahun biasanya enggan ikut bermain karena takut mendapat ejekan dari masyarakat.
  3. Jenis kelamin Permainan ini merupakan permainan khusus bagi anak laki - laki. Hal ini sesuai dengan sifat permainan itu sendiri yang bersifat jagoan.
  1. Perlengkapan permainan
    1. Alat permainan

      Permainan Babintih ini sebenarnya tidak memerlukan alat permainan secara khusus. Namun demikian bagi anak - anak yang akan ikut bermain, mereka mengadakan persiapan - persiapan sendiri. Umpamanya mencari obat untuk mengebalkan kulit kaki mereka yang akan dipukulkan atau yang akan menahan pukulan/tendangan.

      Menurut kepercayaan mereka, obat yang dapat mengebalkan kulit kaki itu adalah telur kalimbuai ( sejenis keong yang bentuknya besar bundar ). Telur kalimbuai ini biasanya menempel pada tonggak atau tiang - tiang rumah di atas air. Telur itu kemudian mereka ambil dan setelah diremas begitu rupa, telur kalimbuai itu dibedakkan ke kaki yang akan dipergunakan untuk babintih nanti. Mereka membedaki kaki itu dilakukan waktu mereka masih di rumah, yaitu beberapa jam sebelum diadakan pertandingan.

      Selain dengan benda - benda tersebut, mereka sering pula memakai mantera untuk sugesti terhadap jiwa mereka masing - masing. Mantera - mantera ini mereka tiupkan ke kaki yang akan diadu. Pembacaan mantera inipun mereka lakukan sebelum pertandingan. Mantera - mantera yang mereka pergunakan itu ada yang bersifat pantun dan ada pula yang mereka ambil dari ayat - ayat suci Al Qur ' an.

      Pantun yang sering digunakan oleh anak yang akan menahan pukulan biasanya berbunyi : Naga ulit naga umbang, taguh kulit sampai ka tulang. Artinya : Naga ulit naga umbang, merupakan ungkapan yang diturunkan secara turun temurun, yang tidak diketahui artinya. Taguh kulit sampai ka tulang, berarti kebal kulit sampai ke tulang.

      Sedangkan pantun untuk mereka gunakan sebagai mantera waktu

akan memukul biasanya berbunyi : Naga Ulit naga umbang, hancur kulit ramuk sampai ka tulang. Artinya : Naga ulit naga umbang. merupakan ungkapan yang diperoleh secara turun temurun yang tidak diketahui artinya. Hancur kulit ramuk sampai ka tulang, berarti : hancur kulit remuk sampai ke tulang.

Mantera yang mereka ambil dari ayat suci Al Qur'an umpamanya ayat yang ada dalam surat Al Fatihah, yaitu : lyya kana budu wa iyya kanasta 'in, artinya dalam bahasa Indonesianya berarti : Kepada Engkau Ya Allah kami menyembah, kepada Engkau pula kami meminta pertolongan.

b. Lapangan permainan

Untuk melakukan permainan ini tidak diperlukan suatu lapangan secara khusus/tertentu. Asalkan ada tempat yang agak lapang ukurannya kurang lebih 2 meter persegi, permainan tersebut sudah dapat dilakukan.

7. Iringan ( musik, gamelan dan sebagainya )

Permainan Babintih ini tidak memerlukan iringan musik apapun baik berupa vokal maupun musik lainnya.

8. Jalannya permainan

a. Persiapannya

Sebelum diadakan permainan, terlebih dahulu diadakan persiapan persiapan, yaitu :
1). Memilih pasangan/lawan bermain
Bagi anak yang ingin mengadakan permainan Babintih ini, mereka memilih pasangan/lawan bermain. Pasangan/lawan bermain ini harus disesuaikan dengan keseimbangan fisik mereka dan juga keberanian yang ada bagi anak tersebut.
2). Memilih tempat bermain
Kalau pasangan/lawan bermain sudah mereka temukan, mereka kemudian mencari tempat untuk melakukan permainan. Bagi anak yang suka memamerkan kekuatan, mereka melaksanakan permainan itu di tempat yang ramai. Kadang - kadang mereka sengaja mencari tempat di mana anak - anak yang sedang berkerumun. Tetapi bagi anak yang sudah menginjak remaja, mereka memilih

tempat - tempat yang agak sunyi. Kalau pada malam hari mereka mencari tempat yang agak gelap saja. Hal ini mungkin mereka malu kalau kalau ditertawakan atau diejek oleh orang - orang yang tua.

17

3). Penentuan yang berhak memulai memukul menendang

Kalau tempat permainan sudah didapatkan dan disepakati, mereka kemudian melakukan pinsut untuk dapat menentukan siapa yang berhak memulai pukulan/tendangan.
Bagi anak yang menang pinsut, dialah yang berhak memulai pukulan/tendangan. Sedangkan yang kalah pinsut. dia harus pasang untuk menahan pukulan/tendangan.

b. Aturan permainan

Permainan Babintih ini mempunyai aturan permainan sebagai berikut :

1). Tendangan boleh dilakukan apabila pemain yang pasang sudah menyatakan kesiapannya untuk dipukul/ditendang.

2). Daerah yang boleh ditendang adalah kaki bagian belakang, daerah antara lutut dengan mata kaki.

3). Pemain yang pasang tidak boleh menghindar atau menjauhkan diri, sewaktu pemain yang menang melakukan pukulan/tendangan. Hal ini agar jangan sampai terjadi hal - hal yang tidak diinginkan. umpama saja hilangnya keseimbangan pemukul/penendang hingga mengakibatkan terjatuhnya pemain yang sedang melakukan pukulan/tendangan.

4). Pemain yang pasang dinyatakan kalah kalau dia tidak dapat tidak mampu menahan pukulan/tendangan. Menahan pukulan/tendangan ini bukan berarti mampu menahan sakitnya saja, tetapi kaki pemain yang pasang tidak boleh lentur dan tidak boleh tergeser dari tumpuannya semula.

5). Pemain yang mampu menahan pukulan/tendangan berhak mengadakan pukulan/tendangan balasan.

c. Tahap permainan

Permainan ini sebenarnya tidak mempunyai tahapan permainan, karena pelaksanaannya merupakan suatu kesatuan yang bulat. Pelaksanaan permainannya langsung saja diadakan dengan pukulan.
Bagi pemain yang kalah pinsut harus memasang kakinya dengan tumpuan yang mereka anggap kuat untuk menahan pukulan. Tumpuan itu biasanya berdiri dengan memasang kuda - kuda seperti halnya dalam melakukan pencak silat. Kalau kaki yang siap ditendang adalah kaki kanan, maka dia harus menggeserkan kaki kanannya ke belakang dan kaki kiri digeserkan ke muka. Begitu pula sebaliknya j1ka kaki kiri yang diandalkan untuk menahan pukulan/tendangan, maka dia harus menggeserkan kaki kirinya ke belakang dan kaki kanannya digeserkan ke muka.
Bagi pemain yang menang pinsut. yaitu yang berperan sebagai pe


18 mukul/penendang, dia harus berdiri di belakangg pemain yang pasang. Keadaannya terserah kepada kemahiran masing - masingg. Kalau pemain itu biasa menendang dengan kaki kanan, maka dia harus berdiri di bagian kiri belakang dari pemain yang pasang. Begitu pula sebaliknya kalau pemain itu biasa mempergunakan kaki kiri untuk menendang, maka dia harus berdiri di bagian kanan belakang dari pemain yang pasang.

Mengenai jalannya permainan, umpama saja pemain A adalah sebagai pemain yang menang dan B adalah pemain yang kalah. Pemain B segera memasang kakinya dengan tumpuan sebagaimana digambarkan di ates. Sedangkan berat badan ditumpukkan ke bagian kaki belakang. Hal ini tentunya untuk memperkuat kaki yang ditumpukan di bagian belakang., Jika pemain B sudah menyatakan kesiapannya untuk menahan pukulan, maka pemain A segera mengambil tempat di bagUian belakang pemain B. Dengan mengayunkan kakinya, Pemain A segera mengadakan pukulan/tendangan. Kalau pemain B mampu menahan tendangan pemain A, yaitu tidak kesakitan dan keadaan tidak lentur serta tumpuan kakinya tidak tergeser dari tumpuan semula, maka pemain B berhak mengadakan pukulan balasan. Jadi dalam permainan lanjutan ini pemain A harus menjadi pemain yang pasang, sedang pemain B menjadi pemain yang mmukul. Caranya sama dengan apa yang telah diterangkan di atas.

Apabila pemain A juga mampu menahan pukulan/tendangan pemain B, maka diadakan pula pergantian pasangan dan pukulan. Permainan ini akan berakhir kalau di antara salah seoran pemain tidak mampu lagi menahan pukulan lainnya. Umpama pemain A kakinya tergeser dari tumpuannya, maka pemain A sebagai pemain yang kalah dan B sebagai pemain yang menang. Jadi permainan ini merupakan permainan yang berbalas - balasan.

d. Konsekwensi kalah menang

Pemain yang kalah tidak boleh lagi melawan pemain yang menang. Kalau dia masih ingin bermain dia boleh mencari pasangan yang belum bermain atau pemain yang kalah di pihak lainnya.

Sedangkan pemain yang menang, dia bebas menantang pemain dari mana pun asalkan dia berani atau pun sepadan dengan dia.

Pemain yang sudah kalah boleh mengadakan tantangannya dengan lawannya bermain itu dalam kesempatan lainnya saja, umpama beberapa hari setelah permainan itu diadakan.

9. Peranannya masa kini

Bila dibandingkan dengan masa lalu, permainan ini kelihatannya

19.

sudah mendekati kepunahannya. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal, yang antara lain :

a. Permainan ini ada unsur negatifhya, yaitu membahayakan bagi anak. Kadang kadang ada anak yang beberapa hari terpaksa tinggal di rumah saja karena kakinya bengkak hingga tidak mampu berjalan.

b. Bertambah banyaknya hiburan dan permainan yang lebih nenyenangkan, sehingga permainan Babintih ini jarang dimainkan oleh anak - anak.

Akhirnya permainan ini tidak popular lagi dan permainan itu asing bagi anak anak jaman sekarang ini.

10. Tanggapan Masyarakat

Menurut tanggapan masyarakat yang dapat dihubungi menyatakan bahwa permainan ini dapat membahayakan anak anak. Oleh karena itu permainan ini kalau dapat jangan diadakan lagi.

Dari pihak lain ada pula pendapat yang menyatakan bahwa permainan ini berperan untuk mendidik keberanian bagi anak - anak. Justeru itu permainan ini perlu digali kembali dan dikembangkan untuk menjadi olah raga. dan untuk mengembangkan ini tentunya harus ada perbaikan-perbaikan dalam aturan permainannya. Hal ini menurut mereka, karena disamping mengangkat seni budaya nenek moyang kita, juga akan menambah khasanah kebudayaan bangsa Indonesia.

BABINTIH

Seorang anak sedang memukulkan kakinya ke punggung kaki lawan