Petualangan Trio A Nano
PETUALANGAN
TRIO A NANO
Risna,S.Si
TEMAN BARU
Hari ini suasana belajar di SD Impian agak berbeda dari biasanya. Sekolah yang terletak tidak jauh dari lokasi cagar budaya Balairung Sari ini sangat rindang karena ditumbuhi beraneka ragam pohon dan bunga-bungaan, suasana agak berbeda terasa di kelas IV karena siswa dihebohkan dengan kabar akan datangnya teman baru buat mereka yang berasal dari Bali. Bermacam pertanyaan mengisi benak siswa kelas IV yang berjumlah 11 orang.
Abdul sang ketua kelas mulai memberi informasi pada teman-temannya.
"Teman-teman kita akan kedatangan teman baru"
"Kalau itu kita semua sudah tau" Nadiva memotong pembicaraan Abdul.
"Memangnya kamu tau anak baru itu pindahan dari mana?" tanya Abdul lagi.
"Dari Bali" jawab anak-anak kelas IV karena mereka sudah tahu dari Pak Akmal sang wali kelas.
"Yach, ternyata semua sudah tahu " ucap Abdul dengan lesu. Siswa kelas IV kelas IV kembali ke aktivitas semula, mempersiapkan bahan dan peralatan untuk percobaan sains yang akan mereka lakukan sebentar lagi. Aktivitas mereka terhenti ketika Bapak Akmal dan Ibu Kepala Sekolah masuk kelas mereka. Pak Akmal kemudian mempersilahkan Ibu Ima untuk berbicara".
"Assalamualaikum anak-anak ku semua, hari ini Ibu membawa teman baru untuk kalian, kalian pasti sudah tahu kan kalau dikelas ini akan ada teman baru buat. Biar kalian semua tidak penasaran lagi, Ibu panggilkan teman baru nya." Sambil menoleh keluar ibu ima berkata
"Ale silakan masuk,dan perkenalkan dirimu pada teman barumu" sambil mengangguk dan tersenyum anak laki-laki yang cukup tinggidan berkulit sawo matang tersebut mulai bebicara.
"Selamat pagi teman-teman, perkenalkan nama saya Ale dan saya pindahan dari Bali." Ale menutup pembicaraannya.
"Nah anak-anak itu teman baru di kelas IV. Kalian bisa lanjutkan nanti perkenalannya didampingi oleh Pak Akmal. Ibu permisi dulu karena ibu masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan dikantor" Bu ima kemudian keluar dari kelas IV menuju kantor, sekarang di kelas kami bersama Pak Akmal.
“Anak-anak sebelum Bapak mempersilahkan Ale duduk, Bapak beri kesempatan pada kalian kalau ada yang mau bertanya pada Ale”
“Saya pak” kata Arka sambil mengangkat tangannya.
“Silahkan Arka, apa yang akan kamu tanyakan pada Ale?”
“Ale, perkenalkan namaku Arka, Ale kenapa kamu pindah dari Bali, disana banyak pantai, dan pura kan?”
“Iya di Bali banyak pantai seperti pantai Kuta, pantai Sanur dan pantai lainnya, di sana juga banyak Pura, tapi di sana juga ada masjid dan gereja di Bali masyarakatnya majemuk. Aku pindah ke sini karena mengikuti orang tuaku, ayahku merantau ke Bali dan berdagang ke sana.”
Abdul sang ketua kelas menanggapi pembicaraan ale setelah dipersilahkan Pak Akmal.
“kalau ayahmu asli dari kampung sini dimana rumahmu le?”
Sebuah gambar seharusnya muncul pada posisi ini dalam naskah. Jika Anda bisa menyediakannya, lihat Wikisource:Pedoman gambar dan Bantuan:Menambah gambar sebagai panduan. |
"Le, itu bukan bangunan tanpa dinding, itu namanya Balairung Sari tempat musyawarah adat dan tempat musyawarah di kampung ini. Bangunan itu sudah berusia ratusan tahun dan dibangun oleh arsitek Minang bernamo Tan Tejo Gerhano. Balairung Sari memiliki 6 gonjong, dan 36 buah tiang serta 17 ruangan. Satu ruang di tengahnya tidak berlantai atau terputus. Untuk naik kesana pakai tangga kecil dengan jumlah anak tangga ganjil serta atapnya ijuk," Pak Akmal menjelaskan "Agar kamu lebih paham, kamu bisa langsung berkunjung kesana. Le, rumahmu kan dekat dari sana" saran Pak Akmal. Ale mengangguk tanda setuju dengan saran pak Akmal.
"Nah anak-anak perkenalan kalian dengan Ale bisa dilanjutkan lagi nanti, sekarang Ale kamu boleh duduk, dibangku kosong samping Noya," kata Pak Akmal setelah Ale duduk. Pak Akmal setelah Ale duduk, Pak Akmal mulai pelajaran hari ini.
"Anak-anak hari ini kita akan melakukan percobaan sains, apakah kalian sudah membawa peralatannya?
"Abdul sang ketua kelas menjawab pertanyaan Pak Akmal kami sudah siap pak.
Kelompok I yang dipimpin Arka sudah lengkap membawa air,telur,gelas dan garam serta sendok.
Kelompok II yang dipimpin Nadifa sudah membawa cuka, gelas, dan telur pak. Tapi ale masuk kelompok mana pak? Tanya Abdul.
"Ale kamu boleh memilih ikut kelompok I atau II" jawab Pak Akmal
"Saya ikut kelompok I saja Pak" jawab Ale.
"Nah sekarang kita mulai percobaanny Kelompok I isi gelas I dengan air, gelas II dengan air dan sedikit garam, dan gelas III dengan air dan banyak garam."
Kemudian masukan telur, dengan ligat Noya, Abdul, Intan, Arka, Ilham, dan Ale melakukan sesuai dengan petunjuk Pak Guru. Siswa kelompok II juga mengamati apa yang terjadi. Digelas pertama telur tenggelam, digelas kedua telur melayang dan gelas III telur merapung.
Siswa-siswa kelas keempat semakin penasaran dan hampir semua siswa melakukan percobaan secara bergantian. Kemudian mereka bisa menyimpulkan kenapa telur bisa tenggelam, melayang dan merapung hal ini karena pengaruh garam yang dimasukkan sehingga mempengaruhi massa jenis.
Siswa kelas IV semakin semangat melanjutkan ke percobaan kedua. Kelompok II yang beranggotakan Nadifa, Nilam, Abdul, Zia, Bagas, dan Puti mulai percobaan dengan merendam telur kedalam cuka. Setelah beberapa jam ternyata kulit telur berubah warna menjadi putih dan Elastis. Anak-anak kelas IV merasa hari iniadalah hari yang luar biasa kerena belajarnya menyenangkan dan mereka mendapat satu orang teman baru juga.
LUPA WAKTU
Hari ini Nadifa terlambat pulang sekolah. Hal ini membuat Ibu Nadifa cemas," jangan-jangan terjadi sesuatu pada Nadifa" pikir Ibu. Ibu menunggu Nadifa sambil mondar mandir di depan pintu. Sudah satu jam Ibu menunggu namun Nadifa tidak juga muncul. Hati Ibu semakin risau dan ibu berencana menelpon Pak Akmal wali kelas Nadifa, untuk menanyakan apakah ada kegiatan tambahan di sekolah. Tapi belum sempat Ibu menelpon Nadifa sudah muncul di depan pintu dengan wajah kecapean.
"Nad, kenapa terlambat pulang Nak? Tanya Ibu "Tadi ada pelajaran tambahan Bu" jawab Nadifa singkat.
"Biasanya kalau ada pelajaran tambahan pasti Pak Akmal mengabari agar orang tua tidak cemas, tapi kenapa sekarang tidak?" Tanya Ibu lagi. Nadifa menjadi takut mendengar pertanyaan Ibu karena takut ketahuan bohong karena disekolah memang tidak belajar tambahan tapi hanya alasan Nadifa saja biar tidak dimarahi ibu karena terlambat pulang sekolah.
Sebenarnya Nadifa tadi main dulu dengan Ale, Noya, Abdul, dan Arka di Balairung Sari, mereka menjelaskan tentang situs budaya itu pada Ale karena lapangan di depan Balairung Sari luas mereka malah asyik main "Benteng" disana sehingga terlambat pulang. Agar Ibu tidak nanya-nanya lagi Nadifa langsung minta izin sama Ibu untuk ganti baju ke kamar dan langsung makan.
"Ya, sudah ganti baju dulu baru makan. Ibu sudah masak makanan kesukaaan kamu," ujar ibu sambil berlalu menuju meja makan.
Nadifa menjadi lega karena Ibu sudah tidak curiga lagi.
Selesai makan, Ibu menasehati Nadifa dan mengingatkan Nadifa kalau pulang terlambat harus mengabari Ibu dan jangan main kerumah teman dulu. Kalau mau bermain sore saja setelah semua PR yang diberikan pak guru selesai.
Ibu juga bilang kalau ada pelajaran tambahan, Ibu akan buatkan bekal buat dibawa ke sekolah agar pulangnya Nadifa tidak terlalu lapar dan keletihan.
Nadifa hanya diam mendengar nasehat Ibu. Malamnya Nadifa tak bisa tidur dan teringat akan nasihat-nasihat Ibu tadi siang
"Ibu begitu baik dan sayang padaku, tapi aku tega berbohong pada Ibu," kata Nadifa dalam hati.
Nadifa teringat pada cerita guru Agama tadi siang tentang balasan terhadap anak yang suka berbohong. Nadifa jadi merasa sangat takut dan merasa bersalah karena telah berbohong pada Ibu. Malam itu turun hujan sangat lebat membuat Nadifa semakin ketakutan dan tak bisa tidur. Setelah berpikir beberapa saat akhir nya Nadifa pergi kekamar Ibu dan Ternyata Ibu belum tidur.
“Ada apa nak kenapa belum tidur besok kan harus sekolah,” Tanya Ibu. Nadifa tak menjawab pertanyaan Ibu tapi ia mendekati Ibu dan merebahkan kepalanya di pangkuan Ibu. Ibu membelai-belai rambut Nadifa. “Ada apa sayang?” Tanya Ibu lagi dengan agak takut-takut Nadifa menceritakan kebohonganya pada Ibu.
“Bu, sebenarnya di sekolah tidak ada pelajaran tambahan, tapi tadi pulang sekolah Nadifa bermain di Balairung sari dulu. Makanya Nadifa terlambat pulang”. Ibu tetap membelai rambut Nadifa dan bertanya pada Nadifa.
“Kenapa kamu bohong sama Ibu, Nak?”
“Nadifa takut Ibu marah, karena kata Ibu Nadifa harus mengerjakan PR. Itu juga buat masa depan kamu,” ujar Ibu lembut pada Nadifa.” Kalau kamu bermain dulu nanti kamu sudah kelelahan dan jadi malas mengerjakan PR”
“Iya bu, Nadifa mengerti. Nadifa minta maaf ya Bu dan Nadifa janji ngak akan mengulangi lagi,” ujar Nadifa.
“Ibu, senang kamu menyadari kesalahanmu, tapi besok jangan di ualngi lagi ya!” kata Ibu sambil membelai rambut Nadifa yang sudah mulai tertidur di pangkuan Ibunya.
NENEK RAPIAH
Tanpa terasa sudah sebulan Ale bersekolah di SD IMPIAN dan sudah akrab dengan semua teman dikelas. Seperti biasa setiap hari anak-anak kelas IV waktu istirahat akan bermain di lapngan dan ada juga yang bermain di dalam kelas. Berbeda dengan teman lainnya, sekelompok anak yang menyebut diri mereka Trio Ananda yang terdiri dari Abdul, Ale, Arka, Nadifa, dan Noya mereka minta izin pada bapak guru berkunjung kerumah nenek Rapiah yang berada disamping sekolah. Kegiatan ini memang rutin mereka lakukan dua kali seminggu, selama jam istirahat, dan pihak sekolah juga sudah tahu apa yang mereka lakukan disana sehingga mengizinkan mereka pergi, lagian Bapak dan Ibu guru juga masih bisa mengawasi mereka karena rumah nenek Rapiah di samping sekolah. jadi masih terlihat kegiatan mereka disana.
Rumah Nennek rapiah terbuat dari kayu dan berupa rumah panggung, disekitar rumah nenek Rapiah ditumbuhi banyak pepohonan seperti pohon jambu biji atau anak-anak disini menyebutnya buah Paraweh, Pohon Cermai, pohon Mangga dan beberapa tanaman obat membuat rumah nenek Rapiah terasa sejuk dan nyaman. Nenek Rapiah tinggal sendiri di rumahnya karena Nenek Rapiah tidak memiliki anak dan suaminya juga sudah meninggal dunia.
Ale yang baru kali ini ikut pergi ke rumah nennek rapiah, penasaran dengan yang dilakukan teman-temannya.
“Ngapain sih kita kerumah Nennek rapiah jam Istirahat?” Tanya Ale.
“Nanti kamu akan tahu Le.“ jawab Noya
“Kasih tahu sekarang aja!” Kata Ale
“Kami yakin kamu tidak akanmenyesal ikut Le” Tambah Abdul
“Ngapain sih disana, kenapa kita tidak main aja?” desak Ale.
“Kerumah nenek Rapih lebih penting Le dari pada bermain” ucap Arka tegas.
“Gini aja Le, kalau kamu tidak mau ikut juga tidak apa-apa” ungkap Nadifa menerangkan suasana perjalanan mereka. Sebuah gambar seharusnya muncul pada posisi ini dalam naskah. Jika Anda bisa menyediakannya, lihat Wikisource:Pedoman gambar dan Bantuan:Menambah gambar sebagai panduan. |
“Aku tetap ikut.” kata Ale penuh semangat dan penasaran juga! Dan ternyata mereka sudah sampai di halaman Rumah Nenek Rapiah.
“Assalamualaikum Nenek, ini kami” ucap Arka mengucapkan salam
“Waailaikumsalam langsung masuk saja,” terdengar suara Nenek Rapiah dari dalarn Rumah.
Setelah membuka sepatu mereka berlima masuk kerumah Nenek rapiah.
Nenek rapiah yang duduk dikursi roda ternyata baru selesai membaca Alguran terlihat dipangkuannya masih terdapat Alguran.
“Nenek semakin sehat rasanya cucu-cucuku karena kalian rajin mengunjungi Nennek di sini”
“Ah nenek bisa saja, kami kan senang main kesini” ungkap Arka.
22
baru yang minggu kemarin kami ceritakan sama Nenek, ini orangnya nek.
“Ale namanya" kata Abdul memperkenalkan Ale kepada Nenek Rapiah.
“Saya Ale,Nek”
“Ini toh yang namanya Ale, ganteng ya” kata Nenek Rapiah. Ale pun Tersenyum sementara teman yang lainnya tertawa mendengar pujian Nenek terhadap Ale.
“ Nenek, seperti biasa ya kami langsung bertugas, takut nanti keasyikan ngobrol malah terlambat balik kesekolah.
“Iya, kata Nenek silahkan, kata Nenek penuh senyum.
Noya dan nadifa langsung kedapur Nenek Rapiah mengambil beberapa ember, sementara Abdul, Arka dan Ale siap-siap di luar. Ale masih penasaran sebenarnya mereka mau ngapain kemudian Arka menjelaskan pada Ale.
“Ale, kita kesini untuk membantu Nenek Rapiah mengambil air dari sungai kecil yang ada di belakang rumah Nenek, karena Nenek tidak punya sumur atau air ledeng di rumahnya. Sementara sekarang nenek sudah di kursi roda jadi kita bantu Nenek mengambil air agar Nenek tidak susah kalau butuh air untuk aktifitas sehari-harinya.”
Ale sambil mengangguk menanggapi penjelasan Arka,” wah kalau begitu aku akanselalu ikut kalian membantu Nenek ya”
“Siip,kita dapat tambahan tenaga satu orang lagi” kata Nadifa dengan semangat sambil menyerahkan ember pada Ale.
Dengan penuh semangat mereka berjalan beriringan menuju sungai kecil di belakang rumah Nenek Rapiah.
Sungai kecil itu airnya jernih, Anak-anak mulai menamai sungai tersebut dengan sungai Orange seperti nama sungai yang mengalir di Afrika selatan. Sungai ini juga mengalir di belakang sekolah mereka. Setelah ember-ember yang mereka bawa terisi penuh mereka dengan semangat kembali kerumah Nenek Rapiah. Setelah selesai mereka pamit pada Nenek.
“Nek, bak mandi Nenek sudah kami isi, kami pamit dulu mau balik ke sekolah. Takutnya nanti kami terlambat” kata Noya.
“Tunggu sebentar, Nenek ada sesuatu untuk kalian, kemarin buah Jambu, Paraweh Nenek panen dan nenek ingat sama kalian, nah ini silahkan diambil“ sambil menyodorkan beberapa buah jambu paraweh padakami.
“Tidak usah Nek,kami bantu Nenek Ikhlas kok” kata Ale
“Nenek tahu kalau kalian itu Ikhlas , Nenek memberi ini karena nenek sayang pada kalian”
“Oke deh Nek” kata Nadifa sambil mengambil satu buah Jambu paraweh, kemudian melanjutkan kata-katanya.
“teman-teman silahkan diambil, biar nenek juga senang' secara bergantian Noya, Arka, Ale, dan Abdul mengambil Jambu Paraweh yang diberikan oleh Nenek.kemudijan mereka pamitan kepada Nenek untuk segera balik ke kelas karena waktu istirahat hampir habis.
“Kalian belajar yang rajin ya dan tetaplah menjadi anak- anak yang baik ya, Nenek doakan kalian sukses nantinya”
“Iya Nek terimaksih atas doanya” jawab mereka serentak.
Nenek Rapiah mengantar mereka sampai ke halaman dan memandang mereka balik kesekolah. Sambil ngobrol dijalan menuju sekolah Ale bertanya pada empat temannya.
“Sejak kapan kalian bantu Nenek Rapiah?”
“Udah dari dulu”, Jawab Nadifa, kenapa kalian bantu, apa disuruh oleh Bapak/Ibu guru?
“Tidak, dulu Nenek bisa berjalan dan dulu Nenek sering membagi-bagikan buah Jambu Parawehnya, setiap kita lewat Jepan rumahnya atau kadang Nenek membagikannya di depan sekolah” ungkap Abdul "Iya, kemudian kami tidak melihat Nenek lagi di depan sekolah, kemudian kami Tanya sama Pak Akmal, Bapak bilang kalau sekarang Nenek sakit dan tidak bisa berjalan lagi kemudian kami minta izin sama Pak Akmal dan Ibu Ima untuk membantu Nenek" sambung Noya lagi.
"Besok-besok kalau kalian kerumah Nenek ajak aku lagi ya" pinta Ale.
"Boleh, tapi aku mau Tanya sama kamu le"
"Kamu ikutan karena mau main air di sungai Orange atau mau Jambu Parawehnya? Kata Arka sambil tertawa.
"Enak aja kamu Arka, aku mau bantu nenek dengan ikhlas kok, kan kasihan lihat nenek sendirian"jawab Ale agak sewot.
"Aku Cuma bercanda kok Le,aku tahu kamu itu baik, jangan marah ya!"
"Iya Le, kami tahu kamu baik" mereka semua tertawa melihat Ale cemberut. Tak terasa ternyata mereka sudah berada di depan kelas dan masih ada waktu untuk makan Jambu paraweh dari nenek tadi karena jam istirahat belum berakhir.
***