Propinsi Sumatera Utara/Bab 18









MEMPERKENALKAN NIAS.











31

481

1 1

MEMPERKENALKAN NIAS.


KABUPATEN Nias (ibunegeri: Gunungsitoli) terdiri dari pulau Nias dan beberapa kepulauan disekitarnja seperti sekumpulan pulau pulau Batu disebelah selatan , pulau-pulau Hinako disebelah barat, dan disebelah utara; pulau-pulau Lafau, Senau dan sebagainja.

Luas daerah ini kira2 5030 KM².

Menurut tjatjah djiwa tahun 1949 djumlah penduduk adalah 239.893 orang, jakni 237.840 bangsa Indonesia, 1901 orang Tionghoa, 72 orang Arab dan 77 orang India. Pada tahun 1952 djumlah penduduk Eropah ada 10 orang, jang bekerdja dilapangan kesehatan dan keagamaan.

Dizaman pemerintahan kolonial Belanda daerah ini disebut ,,afdeling Nias" dikepalai oleh seorang assistent-resident jang dibantu oleh 3 controleur, 2 demang dan 7 assistent-demang. Daerah seluruhnja dibagi 3 onderafdeling dan 9 onderdistrict.

Sesudah Indonesia Merdeka daerah ini seluruhnja mendjadi satu kabupaten jang dibagi atas 9 ketjamatan. Pada bulan Nopember 1952 dibentuk lagi 3 ketjamatan, sehingga sekarang ada 12 ketjamatan, jakni: Gunungsitoli, Tuhemberua, Lahewa, Mandehe, Lölöwase, Idanö , Gawo, Lahusa, Telokdalam, Pulau Tello, Gidö, Gomo dan Alasa.

Tiap-tiap ketjamatan terdiri dari beberapa öri (negeri) dan öri terdiri dari kampung-kampung (banua). Ori itu merupakan satu kumpulan rakjat berdasarkan kesatuan adat. Jang mengepalai öri ialah seorang ,,tuhenöri".

Pokok penghidupan rakjat ialah pertanian. Penduduk jang tinggal dipesisir hidup dari hasil kebun kelapa.

Disamping pertanian diusahakan djuga peternakan, terutama sekali peternakan babi.

Bahan export jang terpenting adalah copra dan babi, selandjutnja djuga karet. Menurut tjatatan tahun 1952, babi jang dipelihara penduduk adalah 45.490 ekor (tahun 1938 : 89.146 ekor). Export babi pada tahun 1950 adalah 1900 ekor, tahun 1951 2270 ekor dan tahun 1952 4590 ekor tiap tahun.

Tentang kopra dapat ditjatatkan, bahwa luas perkebunan kelapa kira2 6.250 HA kepunjaan rakjat, dan 915 HA diusahakan oleh Onderneming Tojolawa".

Produksi kopra ditahun 1947 dimulai dengan 2000 ton, tahun 1948 5100 ton, 1949 6000 ton dan tahun 1950 9000 ton.

Kebun karet ada seluas 1510 HA dengan lebih kurang 943.750 pohon. Menurut tjatatan 1937-1941 pengeluaran hevea kira2 263.867 kg setahun, dan djumlah ini bertambah lagi pada masa-masa terachir ini.


483

Dapat ditjatatkan lagi bahwa disekitar Bouso terdapat batubara.

Dizaman pendudukan Djepang tambang ini telah diusahakan oleh rakjat dan hasilnja didjual kepada pertadbiran militer Djepang.

Kemungkinan-kemungkinan adanja minjak tanah disana terbukti dari penjelidikan-penjelidikan jang tetap dilakukan dizaman Hindia-Belanda dan djuga oleh orang-orang Djepang .


AGAMA.

Penduduk dikabupaten Nias 80% memeluk agama Kristen (terutama Protestant) .Selainnja beragama Islam dan ada djuga jang menganut kepertjajaan sipelebegu (agama berhala).

Agama Kristen tiba di Nias pada tahun 1865 dibawa oleh seorang utusan Rheinische Missiongeselschaft, Barmen, Denninger jang mendarat di Gunungsitoli tanggal 27 September 1865. Tapi sesudah sepuluh tahun ia bekerdja, baru 25 orang jang resmi mendjadi Kristen.

Seterusnja perkembangan keagamaan dapat dilihat dari statistiek pada achir 1952 sebagai berikut:

Protestant 202.165 penganut, Rooms Katholiek 7.087 penganut, Islam 19.271 penganut, Animisme dan lain-lain 21.008.

Dari penduduk Nias pada achir 1952 berdjumlah 245.381 djiwa. Pada achir 1952 antara lain ada 303 geredja dan 73 mesdjid .

Penganut-penganut agama Islam kebanjakan terdiri dari orang-orang jang berasal dari Atjeh (suku Polem) dan Sumatera Barat (suku Tandjung). Pada achir tahun 1947 dan awal tahun 1950 pernah diadakan propokasi-propokasi untuk mengadu-dombakan umat Kristen dan Islam.

Tapi berkat pimpinan kebidjaksanaan dan keinsjafan penduduk sendiri, segala hasutan dapat diatasi.

Selama masa perdjuangan segenap golongan masing-masing dengan tjaranja senantiasa melakukan ibadah-ibadah (sembahiang dan do'a) untuk memohonkan berhasilnja perdjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia .


ADAT-ISTIADAT.

Pertalian daerah dan darah jang masih kuat menjebabkan semangat tolong-menolong masih keras hidup diantara rakjat, sehingga umumnja tidak terdapat orang-orang jang terlantar.

Penghidupan rakjat sangat terikat pada adat-istiadat, jaitu mengadakan pesta besar-besaran untuk mentjapai gelar dan djudjuran-djudjuran dalam perkawinan. Mahar kawin menelan banjak uang.

Sifat penduduk di Nias itu pada umumnja „,pemalu". Dalam bahasa Nias ada satu pepatah: ,,Tola mate asala lö aila", artinja: ,,Biar mati asal djangan mendapat malu". Dahulu bila seseorang memberi malu padanja, menghina atau menjakiti hatinja - baharu merasa puas sesudah dibalasnja. Kadang-kadang kalau ia tak dapat membalas semasa hidupnja, dipesankannja kepada anaknja akan menuntut bela. Demikian


484 pula sesuatu jang baik diterimanja, sedapat mungkin dalam hidupnja dibalasnja dengan jang baik pula bahkan djuga dipesankan pada anak tjutjunja.

Suatu adat jang keras ialah menghormati satu sama lain terlebih-terlebih terhadap orang-orang tua. Walaupun tidak dikenalinja, bila bertemu selalu disapanja mengatakan ,,Ja'ugo Ama" kalau djalan bapak dan kalau djalan ibu „,Ja'ugo Ina". Terhadap orang banjak „Ja’ami..........."d.l.l. Jang dihormat itu mendjawab: „Eeee” .

Perkataan ,,Ja'ahowu" adalah perkataan baru, kedengaran tatkala agama Nasrani berkembang di Nias,,,Ja'ahowu" biasa dipakai orang tua kepada anaknja untuk memberkatinja. Sekarang sudah lazim perkataan ,,Ja'ahowu" itu dipakai untuk menghormati.

Perkataannja lemah lembut dan perasaannja sangat halus. Perkataan jang kasar-kasar atau keras-keras ta' disukainja. Mengenai ini ada pepatah: Boi folobo ache wofonu ba boi folau holua wame fotu, tetutu dodo ndraono si bohou tumbu" artinja: ,,Kalau marah, djangan seperti orang menebang pohon enau dan kalau memberi nasehat djangan seperti orang menebang (merambas) kaju-kajuan ― sebab anak jang baru lahir itu lekas berketjil hati, Ada lagi: „Baja tödöu baja todo na ja'ugo zi manomano". Artinja: „ Rabalah (rasai dengan tangan) djantungmu (hatimu) itu, bila pada dirimu sendiri diperbuat seperti perbuatanmu itu.

Mereka pemurah dan suka bertamu. Seseorang jang naik rumah (tidak usah dengan permisi) terus disalam dan dipersilahkan duduk keatas sehelai tikar atau kursi dan kemudian oleh isteri dari tuan rumah mendapatkan tamu itu dan memberi hormat. Dikapuri sirih (labidi nafo) dan diberi pada tamu itu, kemudian pada tuan rumah. Pada umumnja tidak senang hatinja bila tetamu itu tidak diberi makan. Tiap-tiap rumah tangga tahan tidak makan atau senang tidak makan asalkan tamunja dapat makan. Seseorang jang tak dapat memberi makan pada tamunja menimbulkan malu baginja . Demikian djugalah, pada waktu akan mendirikan rumah, tetap diingat ,,kamar untuk tamu".


PENDIDIKAN.

Menurut tjatatan dalam tahun 1950 djumlah murid-murid sekolah: 15.605 dan guru-guru 342 orang. Terdapat 35 sekolah rendah, 109 Sekolah Rendah permulaan, 1 Sekolah Keputerian dan 1 Sekolah Menengah Pertama (murid 65 orang dan 3 orang guru). Menurut keadaan pada bulan Djuli 1952, dikabupaten Nias ada 160 buah S.R. (S.R. III: 114 dan S.R. VI: 46) dengan murid sedjumlah 18.233 (lk 14137 dan pr. 4096). Guru-gurunja berdjumlah 428 orang. Dan seterusnja telah ada 1 S.G.B. Negeri dengan 224 orang murid (guru: 6 orang), sementara guru pada S.M.P. negeri itu telah djadi 6 orang (murid sudah 84 orang).

Hasrat penduduk akan kemadjuan pendidikan dapat terlihat dari kegiatan rakjat mendirikan sekolah- sekolah baru . Dalam tiap-tiap


431

485 Negeri (öri) dibentuk Badan Penjantum Sekolah. Berkat kegiatan

Badan ini dan Guru-guru usaha pendidikan dapat berdjalan terus, walaupun perhubungan dengan djawatan pendidikan pusat pada waktu jang lampau terbatas.

Untuk perbandingan dapat dipaparkan bahwa didjaman Hindia Belanda terdapat Sekolah-sekolah Rakjat (3 tahun) dan beberapa sadja Sekolah Rakjat jang 5 tahun. Dari Sekolah Rakjat jang 5 tahun ini dapat meneruskan ke Sekolah Seminari 3 - 4 tahun dan sesudah dari itu mendjadi Guru disekolah-sekolah Rakjat jang 3 tahun.

Kemudian pada tahun 1930 barulah berdiri sebuah „ Meisjesvervolgschool" dan pada tahun 1932 didirikan sebuah HIS atas inisiatif partikulir jang kemudian mendjadi Chr. HIS (Dr. Nomensen Schoolvereniging) .


KESEHATAN.

Diseluruh Kabupaten Nias ada 5 rumah sakit. Kemudian pada masa Djepang ditambah dibeberapa Ketjamatan jang merupakan poliklinik. Pada zaman merdeka poliklinik di Ketjamatan itu kemudian didjadikan rumah sakit. Sebelum perang di Gunungsitoli ada dua Dokter jaitu seorang dari Gouvernement dan seorang dari Zending. Kini disana sudah ada lagi dua dokter bangsa asing, jang bekerdja pada Pemerintah dan ditempatkan di Gunungsitoli,


ERFPACHT.

Luas erfpacht di Kabupaten Nias ditaksir 139.845 ha. Pada umumnja jang punja bangsa Tionghoa dan Swiss. Umur erfpacht perceel ini ada sedjak tahun 1912 dan ditanami melulu dengan kelapa. Letaknja di Nias Utara dan Nias Selatan. Sedjak Proklamasi kebon-kebon itu dikuasai oleh Negara.


PERTANIAN.

Tjara pertanian masih primitif. Dapat dibagi dua: Perladangan dan persawahan. Perladangan terdapat ditanah datar dan gunung. Persawahan pada umumnja ialah sawah iangit jang artinja bergantung pada hudjan dan persediaan air jang ada. Irigasi belum ada. Luas sawah pada tahun 1947 ada 3227,5 ha. dengan hasil 7542,39 ton padi dan luas ladang 10.256.5 ha. dengan hasil 13677,02 ton. Hasil pertanian ini belum mentjukupi kebutuhan makanan rakjat, Kekurangan didatangkan dari luar daerah dan ditukar dengan bahan-bahan export atau babi.

Pertanian sering diganggu babi hutan dan bandjir. Bandjir ini mengamuk pada tiap-tiap tahun. Hutan tjadangan jang telah direntja


486 nakan sedjak tahun 1925 sampai pada saat ini belum ditetapkan. Rakjat berleluaga menebang kaju dihutan-hutan. Akibatnja djalan mata air dan sungai tidak dapat diatur.


HAK TANAH.

Hanja orang jang berasal dari satu kampung (Banua) dalam satu ori (negeri) mempunjai hak tanah. Orang itu disebut ,,Sotano" dan artinja orang jang mempunjai tarah sendiri. Orang jang berasal dan datang dari lain kampung dan Negeri disebut menompang atau ,,sifatewu". Orang ini dapat memindjam tanah, tetapi tidak berhak inenanam tanaman-tanaman jang berakar. Orang ini dapat mempunjai hak dengan djalan membeli atau diberi tanah dengan djalan perkawinan. Orang itu lalu disebut ,,matano" (mempunjaj tanah). Apakala ia pindah kelain Negeri tanah itu dipulangkan kepada jang berhak. Ia mendapat kerugian dari harga tanaman jang berakar jang ditanaminja.


LALU ― LINTAS.

Djalan-djalan jang dapat dilalui oto diseluruh kabupaten Nias ada 415 km. dan dengan vrachtauto sepandjang 297 km. Djalan-djalan itu sebagian besar dipesisir sadja. Didalam daerah perhubungan dengan kuda. Dengan pulau-pulau lain perhubungan dilakukan dengan motorboot, kapal atau perahu .


SEDIKIT SEDJARAH SEDJAK PEMERINTAHAN BELANDA.

Tentera Belanda mulai mendarat pada tahun 1840 dipantai Gunungsitoli. Setelah itu berangsur-angsur mereka mulai memperkokoh kedudukannja di Nias dan mentjampuri pemerintahan, dimana missie zending turut memberi sumbangan untuk mempengaruh beberapa kepala-kepala negeri. Tapi usaha Belanda itu tidak senantiasa berdjalan lantjar. Diantara perkawanan-perkawanan terpenting dikenal perang Moro'o (1908 ― 1913), dimana banjak tentera Belanda tiwas. 20 orang pemimpin perlawanan dibuang ke Sumatera dan Djawa, diantaranja adı jang masih hidup pada awal tahun 1953. Selandjutnja dikenal perlawanan „Huruna Lalai” dibawah pimpinan „Nitanö Lowalangi” dari tahun 1911 — 1915, dibantu oleh ,,Balöhalu" kepala negeri Ma'oe (jang pernah juga melawan pada tahun 1900 tapi tunduk pada tahun 1901). Dalam pemberontakan itu 14 orang kepala adat tiwas dan 6 panglima perang dihukum Belanda 5 ― 20 tahun dan dibuang dari Nias.

Sementara itu, Nias djuga tidak senjap dari pergerakan setjara kepartaian, Tahun 1914 telah terbentuk di Gunungsitoli ,, Sarikat Islam " jang dapat hidup sampai 1923. Tahun 1918 ― 1923 berdiri ,,Insulinde" Tahun 1925 ― '26 berdiri P.K.I. di Fulotello. Bulan Nopember 1933 berdiri ,,Muhammadijah" di Gunung Sitoli.


487

Penerbitan-penerbitan ada djuga dikenal di Nias, tapi umumnja

berusia 6 bulan, ketjuali mingguan ,,Sura Duria" dalam bahasa daerah jang diusahakan oleh kaum Protestant dan dapat hidup dari 1904 sampai 1940 sampai penangkapan-penangkapan orang Djerman di Indonesia oleh Belanda.

Sesudah proklamasi Kemerdekaan, dikenal madjallah „Perbenpri❞ jang diusahakan Persatuan Pegawai Negeri R. I. (1946) dan madjallah tengah bulanan „Satu" jang diterbitkan masa clash kedua dengan stencil dan mulanja dipimpin oleh sdr. R. Telambanua (bupati Nias) .


MASA PENDUDUKAN DJEPANG.

Ketika tersiar capitulasi Belanda kepada Djepang pada bulan Maret 1942, maka tengah malam tgl. 31/3-1942 terdjadi penangkapan terhadap orang-orang Belanda diantaranja ass. residen Nias J. L. Plas dan controleur Mr. van Loon dan kepala polisi Belanda, dilakukan oleh anggota-anggota polisi bangsa Indonesia dengan orang-orang Djerman jang telah berada dalam tawanan Belanda. Tembak-menembak terdjadi lebih kurang 1 djam, dimana 1 orang Belanda luka enteng. Keesokan harinja penduduk jang tidak tahu terkedjut melihat simpang-simpang dan gedung-gedung terpenting dikawal oleh seorang anggota polisi dan seorang bekas tawanan bangsa Djerman dengan sendjata lengkap. Kemudian dibentuklah satu ,,Centraal Bestuur" jang bekerdja dua bulan sampai tentera Djepang dan pegawai-pegawai pemerintahan militer Djepang tiba di Nias.

Tapi pemerintahan pendudukan Djepang jang kedjam itu segera dibentji rakjat. Selalu terdjadi perlawanan walau setjara perseorangan. Dan pernah penduduk sebuah kampung dipulau Tello menjembunjikan 6 bulan lamanja mata-mata sekutu, jang achirnja ketika diketahui menjebabkan beberapa ketua dikampung itu ditangkap tapi tak sempat mendjalani hukum tembak mati karena penjerahan Djepang tiba.


MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN.

Kapitulasi Keradjaan Djepang kepada negara-negara Sekutu tidak terus diketahui, Tanggal 21/8-1945 datang kapal terbang sekutu menjiarkan pamflet jang ditanda-tangani Van Mook tentang penjerahan Djepang dan bahwa akan datang kembali pemerintah baru jang akan memperbaiki nasib rakjat". Orang-orang Djepang mengumpul suratsurat selebaran itu dan mereka membantah isinja.

Barulah tanggal 30 Agustus 1945 pembesar-pembesar Djepang mengumumkan bahwa Djepang telah letak sendjata dengan Sekutu, tapi tidak kalah, dan mereka akan kembali kira-kira 15 ― 20 tahun lagi. Semua tentera dan pegawai sipil Djepang meninggalkan Nias sore itu djuga, Pegawai-pegawai jang tidak anak Nias asli mereka bawa serta.


488 Maka sedjak hari itu pemerintahan didaerah Nias dipegang oleh orangorang Nias asli dengan dikepalai saudara D. Marunduri jang tadinja pun telah diangkat djadi Guntyo, dan bertugas sementara sebagai Wakil Nias Sityotjo (?).

Awal Oktober 1945 tersiarlah berita-berita di Nias bahwa Indonesia telah merdeka.

Mula-mula diterima kawat-kawat setjara partikulir tentang ini jang seterusnja mengandjurkan pengibaran bendera Merah- Putih. Tanggal 6 Oktober 1945 diterimalah kawat dari sdr. F. Lumbantobing selaku residen Tapanuli jang memberitahukan bahwa Presiden ialah Ir. Sukarno, wakil Presiden Drs. M. Hatta, Gubernur Sumatera berkedudukan di Medan dan residen Tapanuli di Tarutung Dr. F. L. Tobing, sementara sdr. D. Marunduri diangkat djadi kepala afdeling dengan pangkat assistenresiden. Kawat Dr. F. L. Tobing itu diterima ketika kepala-kepala kantor pemerintahan sedang rapat dan segera hari itu dikirimkanlah kawat pernjataan setia kepada presiden Republik Indonesia atas nama rakjat Nias.

Malamnja djam 7.00 didengarkan pedato radio Presiden Sukarno jang disambut dengan kegembiraan meluap-luap.

Tanggal 8 Oktober 1945 diadakanlah upatjara resmi pengibaran bendera Merah Putih di Gunungsitoli, bertempat dilapangan dimuka rumah bekas kediaman ass. residen Belanda di Nias. Upatjara mendapat kundjungan hangat dan gembira.

Tanggal 13 Oktober 1945 dibentuklah Komite Nasional Indonesia kabupaten Nias, didalam suatu rapat antara segenap kepala-kepala negeri dan orang-orang terkemuka dari kalangan rakjat di Gunungsitoli, jang dihadiri djuga oleh Kepala pemerintahan Nias dan Demang dan ass. demang se-kabupaten Nias.

Terpilih sebagai Ketua I K.N.I. itu Sdr. P. R. Telaumbanua (Pendeta), Ketua II Sdr. R. K. Prawirodinoto (Landbouwconsulent), Sekretaris I: S.L. Marham .

Sementara itu berdiri pulalah beberapa partai politik seperti: P.N.I., M.I.T. jang kemudian djadi Masjumi, Parki (kemudian djadi Parkindo), Parsi (kemudian djadi Partai Sosialis), P.R.I. jang kemudian djadi Pesindo, P.K.I. dan ,,Perwani" jang kemudian djadi „Perwari". Dalam setiap rapat K.N.I. diundang Ketua-ketua dari setiap partai politik untuk turut memperbintjangkan hal-hal jang bertali dengan soal-soal pemerintahan.

Dilapangan keamanan dan pertahanan, dibentuklah Polisi Pembantu dan B.K.R., jang kemudian djadi T.K.R. dan T.R.I.

Pada pertengahan Nopember 1945 datang kembali dengan motorboot ke Gunungsitoli Suzuki bekas kepala pemerintahan pendudukan Djepang di Nias dan mendjumpai kepala afdeling Nias dan Demang Nias Utara, dimana Suzuki mengatakan maksudnja mau mengambil over kembali pemerintahan untuk nanti akan diserahkannja kepada Sekutu dan seterusnja sekutu akan menjerahkan kepada Pemerintah Indonesia jang dipimpin oleh Sukarno".


489

Ia minta tinggal dirumah bekas ass.-residen dan supaja bendera

Indonesia diturunkan dari depan rumah itu. Dikatakan djuga bahwa beberapa tentera Nippon akan menjusul dia.

Pemimpin-pemimpin K.N.I. jang mendengar tentang kedatangan orang Djepang itu, memutuskan untuk meminta pendjelasan kepada kepala afdeling Nias tentang duduk perkara. Didalam rapat K.N.I. jang diadakan kemudian, sesudah demang Nias Utara menguraikan apa-apa maksud jang telah dinjatakan Suzuki itu, rapat K.N.I. memutuskan untuk menolak kedatangan Suzuki dan supaja ia diusir dari rumah itu dan meninggalkan Gunungsitoli. Empat hari kemudian Suzuki dengan diam-diam berangkat ke Sibolga.

Inilah pertama kali tindakan K.N.I. kabupaten Nias, jang belakangan selalu djuga dilakukan berupa putusan opposisi sehat terhadap pemerintah dikabupaten itu dengan maksud memperkokoh kedudukan pemerintahan nasional.

Pada achir Nopember 1945 selesailah pembentukan K.N.I. ditiap-tiap wilajah jang kemudian disebut K.N.I. ketjamatan. Demikian djuga sampai diöri-öri (negeri) dibentuk ,,K.N.I. ― öri”. Dan sewadjar dengan perkembangan itu, lahir pulalah tjabang-tjabang dari partai-partai politik di Gunungsitoli sampai keketjamatan dan negeri.

Belakangan didirikan pula pelopor-pelopor dari partai-partai, seperti Napindo, Kesatri, Hizbul wathan, Bintang Merah (dari P.K.I.), Pelopor dari Parkindo, barisan-barisan ini mendapat latihan-latihan ketenteraan dan dengan bersendjatakan bambu runtjing mereka mengawal pantai-pantai.

Dalam usaha menjelenggarakan perbekalan barisan-barisan ini tak dapat pula dilupakan peranan Perwari jang dibentuk diketjamatanketjamatan dan öri-öri.


PENDARATAN-PENDARATAN SEKUTU.

Tak lama sesudah kedatangan kembali dan pengusiran bekas pembesar-pembesar Djepang dari Gunungsitoli pada bulan Nopember 1945 itu, ada dua kali tentera Sekutu mendarat di Nias, pertama kali di Gunungsitoli dan kedua kalinja đi Telokdalam dan Gunungsitoli, tapi kedua-dua kalinja mereka melihat banjak sekali rakjat (pemuda) jang bersendjata bambu-runtjing dan klewang menatapi mereka dengan sikap awas sekali, Maksud kedatangan mereka katanja ialah meminta keterangan-keterangan tentang orang Inggeris dan Belanda jang tiwas dalam pertempuran dengan Djepang diperairan sekitar Nias. Pada kedatangan mereka jang ke Telokdalam, sempat tenteranja lk 30 orang mengadakan stelling disekitar kantor ass. demang dimana pemimpin mereka sedang berbitjara dengan ass. demang. Sementara itu beratus rakjat jang bersendjata bambu runtjing dan klewang mundar mandir berdjaga-djaga disekitar gedung itu. Permintaan Sekutu untuk menindjau ke Bawomataluo untuk melihat-lihat bangunan-bangunan dan bentuk-bentuk kebudajaan


490 lama disana, hanja dapat diluluskan dengan sjarat bahwa tentera Sekutu jang membawa sendjata harus ketanah mulutnja dan setiap tentera bersendjata ditemani oleh 5 orang rakjat jang bersendjata klewang dan bambu runtjing.

Dari T. Dalam tentera Sekutu itu pergi ke Gunungsitoli, dimara mereka men-stelling kantor kepala afdeling sementara rakjat jang berbamburuntjing bersiap mengawani mereka.


WAKTU CLASH I.

Pada waktu terdjadi clash pertama dengan Belanda, banjak pemuda Nias mendaftarkan nama untuk ikut bertempur kefront, tapi dari Tapanuli dikawatkan bahwa tenaga masih tjukup. Selama masa clash itu pengawalan pantai-pantai Nias diperkeras siang malam dengan bantuan rakjat jang berdjaga dengan sukarela dengan bersendjata bambu runtjing.

Sementara itu T.R.I. pun telah menambah persendjataannja dan latihan-latihan terhadap barisan-barisan rakjat dipergiat.

Ketika itu Kantor-kantor pemerintah kabupaten Nias diungsikan ketempat-tempat darurat.


MASA CLASH KE-2.

Latihan lasjkar-lasjkar rakjat dipergiat lagi ketika petjah clash ke-2. Organisasi T.N.I. semakin dirapatkan. Barisan-barisan perdjuangan berada langsung dibawah pimpinan kepala-kepala öri. Semangat berdjuang semakin berkobar dan tetap menjala berkat kegiatan warga-warga penerangan.

Pusat kekuatan Lasjkar-lasjkar Rakjat jang tersusun ditempatkan di Tuhemberua ― Lahewa ― Sirombu ― Hinako ― Telokdalam ― Pulotello dan Gunungsitoli. Penduduk dari Gunungsitoli dan lain-lain negeri dipantai banjak mengungsi kepedalaman.

Dalam pada itu kapal perang Belanda atjapkali hampir setiap 3 hari, liwat dipelabuhan-pelabuhan Nias tapi tidak pernah mendarat.

Satu kali pada bulan Djanuari 1949 pernah kapal perang Belanda menurunkan tenteranja dengan motorboot mendekati pelabuhan dan tjerotjok Gunungsitoli tapi mereka sekedar mundar mandir dan tidak naik kedarat. T.N.I. dan barisan-barisan pedjuang rakjat telah bersedia sedia ditempat-tempat tersembunji.

Pada tanggal 18 Maret 1949 pagi-pagi sebuah kapal terbang Belanda menjebarkan pamflet-pamflet di Gunungsitoli dari Wali Negara Sumatera Timur T. Dr. Mansur mengundang Nias ikut dalam ,,Muktamar Sumatera" jang akan dilangsungkan tanggal 28 Maret 1949 di Medan. Ketika tanggal 20 Maret kapal perang Belanda ,,Kortenaer" datang maksudnja mau ,,mendjemput utusan-utusan Nias”, maka beberapa pemuda Nias pergi ketjerotjok mendapatkan orang-orang jang datang mendjemput itu dan


491

menjerahkan kepada mereka itu surat penolakan atas undangan Dr.

Mansur itu. Pendjemput dan kapal Belanda itu kemudian pulang dengan hampatangan.

Sementara itu beberapa peristiwa telah timbul djuga didalam negeri jang tempo-tempo tampaknja akan mengakibatkan sesuatu letusan jang merugikan, tapi senantiasa kegentingan-kegentingan ini berkat penerangan-penerangan dan kebidjaksanaan para pamong dan pemimpin rakjat dapat diselesaikan dalam suasana ketenteraman.

Selama clash pertama dan kedua perhubungan dagang antara pelabuhan-pelabunan di Nias dengan Singapura, walaupun senantiasa diantjam pengedjaran dan penggeladahan kapal-kapal perang Belanda jang bersarang di Sabang, tetap didjalankan sehingga kopra dari Nias selalu keluar jang hasilnja sedikit banjaknja telah turut menjumbang dalam kebutuhan perwakilan Indonesia di Singapura.

Selama clash ke II berhubung dengan kesulitan uang ketjil (jang ada hanja uang R. 100,― dari Propinsi Sumatera) maka di Nias pada bulan Oktober 1948 dimulai mentjetak uang kertas R. 1.—. Pada bulan Desember 1948 ditjetak pula uang R. 250.- dan R. 500.―, jang terkenal dengan Orin (Uang R.I. Nias). Belakangan karena pentjetakan jang tiada dibatasi harganja mengalami inflasi dan sesudah penjerahan Kedaulatan oleh pemerintah R.I.S., 24 lembar à R. 500.— ditukar dengan Rp. 1.―.


PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN DAN DPR.

Sedjak Nopember 1946 sdr. D. Marunduri telah berhenti dengan hormat dari djabatannja karena permintaannja sendiri. Ia digantikan oleh P. R. Telaumbanua ketua I K.N.I.

Komite Nasional Indonesia kabupaten Nias merupakan Dewan Perwakilan Rakjat pada mulanja.

Sebagai telah dikatakan dimuka tadi, K.N.I. di Nias selalu memberikan sumbangan buah pikiran, terkadang dalam berupa opposisi sehat, kepada pemerintah untuk memperkokoh tegaknja pemerintahan nasional.

Sementara itu K.N.I. di Nias itu pada masa bulan-bulan permulaan perdjuangan telah mengadakan kegiatan-kegiatan dilapangan lain, seperti usaha membentuk BKR jang kemudian mendjadi T.K.R. dan T.R.I., dan membentuk Polisi Pembantu, Badan-badan ini dibelandjai oleh K.N.I. di Nias dengan membentuk disampingnja badan pengelola.

Selain itu K.N.I. membentuk suatu badan ekonomi jang dinamakan Ekonomi K.N.I.

Demikian djuga telah dibentuk satu Bank Nasional dan Badan Penerangan jang semua dipimpin oleh K.N.I.

Usaha-usaha lainnja ialah pembentukan Fonds Kebangsaan (Fonds Kemerdekaan) dan Kongsi Pelajaran; badan-badan ini telah beberapa kali mengirimkan sumbangan berupa babi dan minjak kepada K.N.I. Tapanuli jang berkedudukan ketika itu di Tapanuli, Djuga dilapangan lain, ada usaha K.N.I. Nias seperti mendirikan S.M.P. di Simaoso, mengadakan dapur umum.

Ketika dibentuk Dewan Perwakilan Tapanuli dipilih dari Nias 6 orang oleh K.N.I. jaitu saudara-saudara: T. Telaumbanua, P. N. Harefa, T. Hulu, Abd. Gafar, A.W. Harefa dan Usman.

Ketika D.P.R. propinsi Tapanuli Sumatera Timur dibentuk, duduk didalamnja 5 orang wakil dari Nias, jaitu T. Zebua, T. Telaumbanua, P.N. Harefa, T. Hulu, S. Dachi. Mereka ini dipilih oleh anggota-anggota Dewan Negeri sekabupaten Nias.

Sedjak itu pula K.N.I. Nias mulai tidak aktif lagi membitjarakan soal-soal jang mengenai kebidjaksanaan pemerintahan.

Semasa clash kedua ketika perhubungan dengan daratan di Tapanuli mendjadi putus maka diambillah inisiatif untuk mengadakan perhubungan dengan Atjeh (Kutaradja) tapi masih sulit. Sementara itu anggota-anggota dari Nias jang duduk dalam DPR propinsi Tapanuli Sumatera Timur mendjadi badan jang senantiasa dihubungi oleh Pemerintah kabupaten Nias dan merupakan Dewan Pemerintah kabupaten Nias. Berhubung dengan keperluan masa itu, maka dibentuk Dewan Keuangan.

Pada bulan Nopember 1949 anggota Badan Pekerdja DPR Sumatera M. Junan Nasution dari Kutaradja berkundjung ke Gunungsitoli untuk membentuk DPR kabupaten Nias sesuai dengan undang-undang no. 22 tahun 1948.

DPR ini dibentuk oleh sdr. Junan Nasution tgl. 19 Nopember 1949 dan pada waktu itu pula diadakan sidang pertama dimana dipilih anggotaanggota badan executif jang terdiri dari: Talizaro Hulu (Partai Sosialis), T. Zebua (PNI), Z. Baginda (Masjumi) dan T. Telaumbanua (tidak berpartai).

Kepada DPR inilah K.N.I. mengadakan timbang terima. Bupati Nias ambtshalve mendjadilah ketua DPR.

Pada tgl. 20 Maret 1950 berkundjung buat pertama kalinja ke Nias, Gubernur propinsi Tapanuli Sumatera Timur dr. F. L. Tobing dari Sibolga dan beliau mengandjurkan agar dibentuk Dewan Pemerintahan Daerah dan Badan Executif ditiadakan. Bulan Mei 1950 terbentuklah Dewan Pemerintahan Daerah jang terdiri dari: T. Telaumbanua (ketua), P. N. Harefa (wakil ketua) dan S. W. Mandrefa, Z. Baginda dan O. P. Zebua sebagai anggota-anggota.



x-small