SUASANA PANTJAROBA
  1. Resimen Lasjkar Rakjat Medan Area.
  2. Tentera.
  3. Persatuan Perdjuangan.
  4. Kundjungan dari Djawa.
  5. Suasana Politik.
  6. Kegiatan Tentera Inggeris sebelum menarik diri.
  7. Lasjkar Rakjat Langsung berhadapan dengan Tentera Belanda.

SUASANA PANTJAROBA.

SESUAI dengan Maklumat Pemerintah 3 Nopember 1945, jang menjukai timbulnja partai-partai politik, karena dengan adanja partaipartai itu segala aliran paham jang ada dalam masjarakat dapat dipimpin kedjalan jang teratur, maka tumbuhlah di Sumatera-utara berbagai-bagai partai politik.
Ada Partai Nasional Indonesia (P.N.I.), ada Partai Politik Islam Indonesia ,,Masjumi", Partai Komunis Indonesia (P.K.I.), Partai Sosialis, Partai Kristen Indonesia (Parkindo), (Partai Katholik Republik Indonesia( P.K.R.I.) , Partai Buruh Indonesia (P.B.I.), Pesindo dan lain-lain.
Masing-Masing partai itu mempunjai kesatuan perdjuangannja sendiri-sendiri, P.N.I. dengan Napindonja (Nasional Pelopor Indonesia ditambah dengan Sjarikat Nelajan Merdeka serta Barisan Harimau Liar; Masjumi mempunjai Hisbullah; P.K.I. dengan Barisan Merah-nja, Partai Sosialis dengan Pasukan Bintang Merah-nja, Parkindo dengan Barisan Parkindo, Partai Buruh Indonesia dengan Lasjkar Buruh- nja.
Organisasi Pemuda jang kuat ialah Pesindo ; Pesindo mempunjai Barisan jaitu Ksatria Pesindo. Pada bulan-bulan pertama sesudah dikibarkan bendera Dwiwarna di Sumatera Utara, maka Barisan Ksatria Pesindo dengan Barisan Napindo memegang peranan jang penting dalam perdjuangan menentang musuh-musuh kemerdekaan.
Organisasi Ulama jang kuat di Atjeh ialah Pusa ; Pusa mempunjai barisan perdjuangan, jaitu Mudjahidin.
Sekeliling kota Medan dilingkari oleh garis pertempuran jang dipertahankan oleh Barisan Napindo, Ksatria Pesindo, Lasjkar Buruh, Hizbullah, Barisan Merah, Pasukan Bintang Merah, Barisan Parkindo dan Tentera Republik Indonesia (T.R.I.)
Kemudian menjusul Barisan-Barisan jang datang dari Tapanuli dan Atjeh mengambil tempatnja pada salah sebagian dari garis pertahanan jang melingkari kota Medan. Pemuda-pemuda dari Atjeh mengambil tempat di Medan Barat dan pemuda-pemuda dari Tapanuli mengambil tempat di Medan Timur.
Biaja dan perbekalan untuk barısan-barisan perdjuangan ini diladeni oleh rakjat dan Pemerintah, akan tetapi dengan tjepat ternjata bahwa keadaan ini mendjadi persoalan bagi Pemerintah jang mesti dapat dipetjahkan dengan tjara jang semestinja.
Tindakan-tindakan liar jang merupakan penjerobotan dan persewenangan disana-sini mulai terdjadi. Djuga ternjata bahwa pemusatan tenaga-tenaga pemuda perdjuangan sekeliling Medan dengan tiada teratur tidak menumbuhkan hasil perdjuangan jang sebaik-baiknja. Mulai pula tumbuh suasana persaingan jang tidak sehat diantara partai-partai, dan dengan sendirinja persaingan jang tidak sehat ini membawa pertentangan diantara barisan-barisan bersendjata jang bersangkutan.
Bermula perbelandjaan untuk barisan? sekitar kota Medan diselenggarakan oleh E.R.R.I. (Ekonomi Rakjat Republik Indonesia) jang berkantor di Pusat Pasar No. 126 Medan. ERRI ini pada waktu itu menguasai seluruh barang? bahan makanan jang masuk kekota Medan. Barang makanan apa sadja pun jang dimasukkan kekota Medan harus melalui ERRI. Pekerdjaan ERRI dapat dilakukan dengan dibantu oleh barisan2 perdjuangan bersendjata sekitar kota Medan. ERRI ini kemudian ditambah dengan bagian ENRI-nja, jaitu Ekonomi Negara Republik Indonesia. Oleh sebab pada pendapat Pemerintah kelandjutan perkembangan ERRI/ENRI ini dapat menudju kepada keadaan pendaulatan kekuasaan Pemerintah, maka oleh keputusan Pemerintah Propinsi Sumatera badan ini kemudian dibubarkan, dan beberapa pemimpinnja ditahan.
Usaha jang lain jang ditjoba diselenggarakan oleh P.N.I. jalah National Control (N.C.). N.C. ini djuga berusaha agar bahanbahan makanan dapat dikuasai sehingga dengan djalan demikian dapat diperoleh djaminan untuk perbelandjaan barisan-barisan perdjuangan. Dalam pada itu partai-partai dengan barisan-barisan bersendjatanja masing-masing pun mengadakan badan-badan perekonomian dengan maksud supaja perbelandjaan untuk masing-masing barisannja dapat diladeni sebagaimana mustinja.
Keadaan inilah jang terutama sekali menimbulkan pergeseran, perlombaan dan achirnja mendjadi persaingan jang tidak sehat antara satu partai dengan partai jang lain, jang membawa pertentangan diantara pasukan-pasukan bersendjata jang bersangkutan.
Beberapa perkebunan di Sumatera Timur diduduki oleh partaipartai dengan masing-masing pasukannja, semuanja itu dengan alasan untuk membelandjai barisan pemuda perdjuangan.

RESIMEN LASJKAR RAKJAT MEDAN AREA.

Oleh sebab ternjata pemusatan barisan-barisan bersendjata disekitar Medan dengan tjara jang tidak teratur tidak dapat menumbuhkan hasil jang baik dari segi pertahanan, dan djuga menimbulkan keadaan jang tidak dapat dipertanggung djawabkan dari djurusan perbekalannja, maka atas perundingan antara Pemerintah Sumatera Timur, dengan pihak Ketenteraan dibentuklah Resimen Lasjkar Rakjat Medan Area.
Dengan ini dinjatakan bahwa kekuatan Lasjkar Rakjat bersenjata sekitar Medan tjukup sebanjak satu resimen, jang selebihnja ditambah dengan bataljon-bataljon dari Tentera Republik Indonesia. Perbelandjaan Resimen Lasjkar Rakjat Medan area ini diselenggarakan oleh Dewan   Pertahanan Daerah Sumatera Timur. Komandan Lasjkar Rakjat Medan Area ialah Kapten Nip Xarim. Medan Area dibagi dalam empat sektor, jaitu sektor Medan Barat komandan Kapten Abd. Hamid, sektor Medan Timur komandan Akub Lubis, sektor Utara komandan Barani Pohan dan sektor Medan Selatan komandan Jahja. Ada satu kompanji Istimewa jang dipimpin oleh Aladin Sitompul.

  Pasukan-Pasukan bersendjata jang berlebihan disekitar Medan Area ditarik mundur kedaerah pedalaman. Seterusnja pemuda- pemuda jang bergelandangan disekitar lingkaran garis pertahanan jang tidak mempunjai tugas jang tertentu ditangkap dan dikeluarkan dari front Medan Area.

  Tindakan ini didjalankan oleh Resimen Lasjkar Rakjat Medan Area, akan tetapi tidak selalu dipatuhi oleh pasukan-pasukan bersendjata jang bersangkutan. Ada pasukan-pasukan jang menjatakan bahwa mereka tidak memperoleh perbelandjaan dari Resimen Lasjkar Rakjat Medan Area, akan tetapi mengusahakan perbelanjaannja sendiri, sehingga demikian mereka tidak merasa tunduk dibawah komando Resimen Lasjkar Rakjat Medan Area jang berkedudukan di Two Rivers (Sudi Mengerti). Keadaan ini menimbulkan pergeseran dan ketegangan jang achirnja terdjadi pertempuran ketjil-ketjil disana sini disekitar lingkaran garis pertahanan. Pasukan jang kalah dilutjuti persendjataannja. Kesatuan komando jang diharapkan tidak dapat berdjalan sebagaimana mustinja.


TENTARA.

  Komandemen Tentara Sumatera berkedudukan di Prapat dipimpin oleh Let. Djenderal Raden Soehardjo Hardjo Wardjojo. Di Tapanuli dapat dibentuk satu divisi, jaitu Divisi VI Sumatera, komandan Kolonel M. Din, Sumatera Timur mempunjai divisi Gadjah II, komandan Kolonel H. Sitompul. Atjeh mendjadi divisi Gadjah I, komandan Kolonel Husin Jusuf.   Antara Tentera Republik Indonesia, dengan Lasjkar Rakjat tumbuh semangat persaingan jang tidak sehat, jang merugikan bagi koordinasi pertahanan dan kesatuan komando dalam perdjuangan.   Djuga Tentera Republik Indonesia menduduki beberapa perkebunan-perkebunan, dan bahagian perbekalannja giat melakukan usaha-usaha perdagangan.


PERSATUAN PERDJUANGAN.

Markas Agung di Medan, jaitu badan koordinasi dan kesatuan komando aksi perdjuangan rakjat bubar dengan sendirinja untuk digantikan oleh P4S (Putjuk Pimpinan Persatuan Perdjuangan Sumatera) jang diketuai oleh Sarwono. Untuk Sumatera Timur dibentuk P3S.T. (Pimpinan Persatuan Perdjuangan Sumatera Timur) dipimpin oleh Riphat Senikentara. Didalam P4S dan P3ST tergabung semua partai-partai politik dengan organisasi -organisasi pemuda serta barisan perdjuangannja masing-masing.P4S mentjoba meng-koordinir usaha-usaha perdjuangan diseluruh Sumatera, dan dalam pada itu memberi bantuan kepada Gubernur Sumatera didalam hal-hal jang perlu guna penjelenggaraan rentjana-rentjana Pemerintahan.
P3ST merupakan koordinasi dari semua partai-partai politik dan organisasi-organisasi pemuda beserta barisan-barisan perdjuangannja masing-masing di Sumatera Timur. Didalam badan P3ST duduk wakil-wakil dari Napindo, Ksatria Pesindo, Hisbullah, Barisan Merah, Barisan Bintang Merah, Lasjkar Buruh dan seorang perwakilan dari Divisi Gadjah II Sumatera Timur.
Badan ini bermula djuga menjelenggarakan perbelandjaan untuk Lasjkar Rakjat Medan Area dengan bantuan dari Pemerintah Keresidenan Sumatera Timur. Seterusnja P3ST ini mendampingi pekerdjaan Residen dalam hal-hal penjelenggaraan usaha-usaha Pemerintahan di Sumatera Timur. Setelah pergolakan terhadap kekuasaan Sultan-sultan dan Radja-radja di Sumatera Timur berlangsung, maka kepada P3ST ditugaskan untuk memeriksa dan mengumpulkan semua tawanantawanan jang ada ditangan partai-partai atau organisasi lainnja untuk diserahkan kepada pemeriksaan Pemerintah Keresidenan Sumatera Timur. Tindakan-tindakan liar jang dilakukan oleh sesuatu organisasi atau barisan bersenάjata disuruh selesaikan oleh Pemerintah kepada P3ST.
Pemuda perdjuangan jang ada di Atjeh sebagian dapat disatukan oleh Pesindo mengadu Ksatria Pesindonja dan sebagian lagi oleh Pusa mendjadi Barisan Mudjahidin. Pemuda Pesindo di Atjeh dapat diatur begitu rupa, sehingga oleh wakil Residen Atjeh T.M. Daudsjah, pada 31 Djanuari 1946, tidak dapat dikeluarkan maklumat jang menjatakan bahwa berhubung dengan banjak pendjagaan-pendjagaan dan lain-lain pekerjaan keamanan jang diselenggarakan didaerah Atjeh, maka diberi hak kepada Badan Keamanan Pesindo untuk mendjalankan pekerdjaan polisi dikota-kota Keamanan dan ketenteraman dikampung-kampung dan daerah-daerah pedalaman didjaga oleh pemuda-pemuda dari Barisan Mudjahidin.
Mereka-mereka jang mendjalankan pekerujaan tersebut hendaklar memakai tanda (ban tangan) jang bertulisan pembantu polisi dan bertjap Residen Atjeh.

Di Tapanuli dibentuk Persatuan Perdjuangan Pelopor Tapanuli (Volksfront) dengan Dewan Perdjuangan dan Dewan Perekonomiannja. Semua partai jang mempunjai barisan-barisan pelopor dan jang mempunjai usaha-usaha perekonomian bergabung dalam Volksfront. Volksfront Tapanuli ini oleh karena keruwetan jang terdjadi dikalangannja sendiri, kemudian dirobah mendjadi Konsentrasi Nasional Tapanuli, jang disebut Pimpinan Persatuan Perdjuangan Tapanuli berkedudukan di Sibolga.

KUNDJUNGAN DARI DJAWA.

Perkembangan dan pertumbuhan keadaan di Djawa senantiasa diikuti dengan saksama oleh umumnja rakjat di Atjeh, Sumatera Timur dan Tapanuli. Apalagi perkundjungan pemimpin-pemimpin, jaitu menteri-menteri atau para pembesar lainnja jang datang dari Djawa meninggalkan kesan jang meresap disanubari rakjat di Atjeh, Sumatera Timur dan Tapanuli. Kundjungan jang pertama jang dialami oleh Sumatera Timur dan Tapanuli ialah kedatangan Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifuddin dengan rombongannja pada bulan April 1946. Kemudian menjusul perkundjungan Mr. Hermani dengan rombongannja jang dapat turut menghadiri konferensi Residen-residen se-Sumatera dan Rapat-Lengkap dari Dewan Perwakilan Sumatera dari tanggal 16 sampai 23 April 1946 di Bukit Tinggi.
Pada bulan Agustus dan September 1946 datang berkundjung Wakil Kementerian Pertahanan di Sumatera, Dr. A. K. Gani, dengan rombongannja.
Menteri Dalam Negeri Mr. Mohammad Rum dengan rombongannja Mr. Latuharhary, Mr. Maria Ulfah Santoso d.l.l. datang berkundjung dalam bulan Mei 1947.
Perkundjungan-perkundjungan ini telah dapat menggembleng semangat persatu-paduan rakjat, pedoman-pedoman pedjuangan dan petundjuk-petundjuk bagi penjempurnaan susunan Pemerintahan. Dalam rapat-rapat umum jang diadakan berhubung dengan perkundjunganperkundjungan ini rakjat pada umumnja dapat memperoleh pendjelasanpendjelasan dan penerangan- penerangan tentang keadaan tanah air.

SUASANA POLITIK.

Perkembangan dan suasana pertumbuhan politik di Djawa dengan tjepat ditangkap oleh rakjat di Sumatera Utara. Pertemuan tidak resmi antara Sir Archibald Clark Kerr, Sutan Sjahrir dan H.J. van Mook diikuti dengan saksama sekali. Program kabinet Sjahrir 2 Maret 1946 disambut dengan kepertjajaan, walaupun situasi pertempuran disekitar Medan Area berdjalan terus dengan sengit. Program Persatuan Perdjuangan 15 Djanuari 1946 tidak mendapat sambutan di Atjeh, Sumatera Timur dan Tapanuli.
Persatuan Perdjuangan jang ada di Sumatera Timur dan Tapanuli nampaknja tidak menjokong program Persatuan Perdjuangan Solo.
Pergolakan terhadap kekuasaan Uleebalang-uleebalang di Atjeh jang kemudian disusul dengan revolusi terhadap kekuasan Sultan-sultan dan Radja-radja di Sumatera Timur membawa akibat-akibatnja dalam keadaan sosial dan ketertiban masjarakat di Atjeh dan di Sumatera Timur.
Tentera di Atjeh menjatakan keinginannja hendak mengambil over pemerintahan sipil kedalam tangannja sendiri sesuai dengan apa jang telah berlaku di Sumatera Timur pada waktu pergolakan terhadap kekuasaan Sultan-sultan dan Radja-radja. Usul dari pihak tentera di Atjeh ini dibitjarakan dalam sidang pada tanggal 6 April 1946, dirumah kedudukan Residen, dipimpin oleh Residen sendiri dan dihadiri oleh pihak Tentera dan wakil-wakil dari Markas Daerah Pesindo, Markas Besar Mudjahidin, P.P.R. Daerah Atjeh, Masjumi, P.N.I., Komite Nasional Daerah, P.S.I. Daerah Atjeh, P.K.I. Serpi dan Perwari. Dalam rapat itu diputuskan bahwa „sampai pada sa'at jang terachir hari itu keadaan daerah Atjeh adalah demikian rupa sehingga pemerintahan sipil belumlah perlu lagi ditukar dengan pemerintah militer, sehingga usul kepada jang berwadjib untuk mengganti pemerintahan sipil mendjadi pemerintahan militer belumlah lagi tiba masanja." (menurut Komuniké dari Djawatan Penerangan Atjeh).


Pernjataan Presiden seluruh Indonesia dalam keadaan balıaja disambut di Atjeh, Sumatera Timur dan Tapanuli dengan semangat waspada. Di Atjeh, Sumatera Timur dan Tapanuli masing-masing dibentuk Dewan Pertahanan Daerah Keresidenan untuk menghadapi suasana jang genting itu.


Berhubung dengan kegentingan suasana politik di Djawa, jaitu pentjulikan terhadap Sutan Sjahrir di Solo dan kemudian pertjobaan coup d'état oleh Persatuan Perdjuangan (peristiwa 3 Djuli), maka dalam suatu rapat umum istimewa jang berlangsung di Kutaradja pada 6 Djuli 1946 telah diambil mosi jang menjatakan : pertama, mentjela sikap dari golongan Indonesia jang telah melakukan pentjulikan terhadap Perdana Menteri Sutan Sjahrir, kedua berdiri teguh dan siap sedia demgan persatuan jang sekokoh-kokohnja untuk membantu dedengan segenap tenaga, harta dan djiwa kepada Pemerintah N.R.I., ketiga tetap memperdjuangkan kemerdekaan seratus prosen diseluruh kepulauan Indonesia, {{sp|keempat}] pertjaja dengan sepenuhnja kepada kebidjaksanaan Pemerintah N.R.I. dan kabinet Sjahrir buat menghadapi pihak Belanda, kelima meminta kepada Gubernur Sumatera supaja menjampaikan kepada pihak Sekutu supaja kapal-kapal terbang Belanda djangan lagi melintasi daerah Atjeh sebab tidak terdjamin lagi keamanannja.


Dari tanggal 7 sampai 12 Nopember 1946 Belanda melakukan serangan membabi buta terhadap Lho' Nga.


Djuga Tapanuli tidak luput dari pada pertumbuhan adanja anasir-anasir jang dapat mengatjaukan keadaan. Keadaan ini terutama berlangsung disekitar bulan April 1946. Antara kedjadian-kedjadian jang merupakan tindakan liar dapat ditjatet: Kepala Luhak Sibolga dan Wakilnja diantjam supaja meletakkan djabatan, penangkapan atas Demang Balige dan seorang Dokter di Balige, Kepala Negeri Parparean dan teman-temannja jang lain, pentjulikan atas diri Ketua Komite Nasional Sipirok oleh Beruang Hitam.


Alimin Nainggolan membawa Lasjkar dari Sumatera Timur dan mengadakan penangkapan-penangkapan liar mulai dari Sidikalang (Dairi) dan menembus ke Pangururan (Samosir) dan akan diteruskan keseluruh Tapanuli . Oleh karena Alimin tersebut tidak mau tunduk pada Pemerintah, kemudian Polisi dan Tentera dikerahkan untuk memulihkan keamanan di Daerah-daerah itu.
Pertempuran terdjadi jang meminta korban ratusan orang dari kedua belah fihak di Sidikalang dan Pangururan. Achirnja Lasjkar Alimin tersebut dapat dilutjuti di Pangururan.
Karena keadaan-keadaan semakin keruh di Daerah-daerah jang berwatas dengan Sumatera Timur dan berhubung dengan penangkapan atas diri Demang H. Hutabarat di Balige, maka S. M. Simandjuntak jang sedianja akan turut pada sidang Komite Nasional Sumatera jang pertama di Bukit Tinggi, terpaksa diperintahkan memegang Pemerintahan Wilajah Toba di Balige.

KEGIATAN TENTERA INGGERIS SEBELUM MENARIK DIRI

Bulan September dan Oktober 1946 menundjukkan kegiatan istimewa dari fihak Tentera Inggeris di Medan untuk melakukan patrolipatroli serta serangan-serangan dan gempuran terhadap kubu-kubu pertahanan Indonesia. Keadaan ini sudah mulai terasa sedjak gagalnja pertemuan tidak resmi antara Sutan Sjahrir dan H. J. van Mook pada 23 Djuni 1946 tentang usul perletakan sendjata.
Setelah perundingan Komisi gentjatan sendjata antara Indonesia dan Inggeris dibuka lagi pada 9 Oktober 1946 maka pembitjaraanpembitjaraan tentang gentjatan sendjata ini menjusul dilakukan sesetempat. Demikianlah beberapa kali diadakan pembitjaraan antara Tentera Republik Indonesia jang berkedudukan di Siantar dengan Tentera Inggeris di Medan.
Sedang pembitjaraan2 ini berlangsung njata sekali kegiatan Tentera Inggeris untuk memperluas daerahnja supaja dalam keadaan jang lumajan sekali dapat diserahkan kepada Tentera Belanda.
Pada waktu Tentera Inggeris mengosongkan Medan, 24 Oktober 1946 Tentera Belanda menggantikan pos-pos pengawalan Inggeris dengan persendjataan jang ditinggalkan oleh Tentera Inggeris dengan daerah pendudukannja telah lebih dahulu dirintis oleh Tentera Inggeris.
Pada tanggal 16 Nopember 1946 Kolonel P. Scholten dari Tentera Belanda mengambil over komando untuk Medan Area dari Tentera Inggeris, dan pada tanggal 20 Nopember 1946 diresmikan di Medan adanja Z-Brigade jang dipimpin oleh P. Scholten.

LASJKAR RAKJAT LANGSUNG BERHADAPAN
DENGAN TENTERA BELANDA.

Sedjak Tentera Inggeris menarik diri dari Medan maka Lasjkar Rakjat langsung berhadapan dengan Tentera Belanda. Pada waktu pendudukan Tentera Inggeris di Medan, maka Tentera Belanda telah dapat melatih lebih dari pada seribu bekas romusa jang didjadikan tentera. Djumlah ini ditambah lagi dengan bekas Tentera Knil dan kesatuan-kesatuan dari ,,Divisi 7 Desember" jang pada waktu itusebagian telah sampai di Medan.
Dalam pada itu, koordinasi dan kesatuan komando diantara Lasjkar Rakjat dengan Tentera Republik Indonesia masih belum dapat diatur sebagaimana mestinja. Blokkade bahan-bahan makanan dari daerah pedalaman kekota Medan diselenggarakan oleh Lasjkar Rakjat. Dari fihak Belanda dengan segala matjam siasat dan muslihatnja mendjalankan infiltrasi jang seluas-luasnja kedaerah pedalaman Republik.

Pertempuran-pertempuran timbul sekeliling garis sempadan kota Medan.
Pembitjaraan-pembitjaraan dilakukan antara pimpinan Tentera Republik Indonesia di Siantar dengan Kolonel Scholten, Komandan Tentera Belanda. Mendjelang achir tahun 1946 berketjamuklah pertempuran-pertempuran disemua front disekitar Medan. Pertempuran-pertempuran ini disebabkan oleh karena pertikaian pendapat mengenai garis perbatasan masing-masing terutama sekali di Medan Selatan dan Medan Timur.

Sebagai hasil gentjatan sendjata buat kota Medan dan sekitarnja telah diadakan garis-garis ketentuannja pada pembitjaraan tanggal 7 Desember 1946. Untuk keperluan ini Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifuddin telah sengadja datang berkundjung ke Medan Area untuk melakukan pembitjaraan dengan Komando Lasjkar Rakjat Medan Area.

Tentang pengertian garis demarkasi itu timbul perbedaan tafsiran antara pimpinan T. R. I. di Pematang Siantar dengan Komando Tentera Belanda di Medan.
Tentera Belanda melakukan serangan dengan tiba-tiba ke Markas Komando Resimen Lasjkar Rakjat Medan Area di Two Rivers.

Pimpinan Ketenteraan di Pematang Siantar baik Komando Resimen Lasjkar Rakjat di Medan Area tiada mempunjai persiapan apapun terhadap serangan pemboman jang dilakukan oleh fihak angkatan udara Belanda ini, walaupun beberapa waktu sebelum itu pembitjaraan jang tegang telah berlangsung antara pimpinan Tentera Republik Indonesia, jang pada waktu itu diwakili oleh Letnan Kolonel Sutjipto, dengan Kolonel Scholten dari Tentera Belanda.

Serangan pemboman jang tiba-tiba dilantjarkan oleh Belanda terhadap Two Rivers banjak menimbulkan korban-korban, diantaranja Ketua delegasi Dewan Pertahanan Daerah Surnatera Timur A. Wahab Siregar, jang mendjalankan tugas inspeksi di Markas Komando Resimen Lasjkar Rakjat ,,Two Rivers", mendapat luka berat.

Terus menerus pesawat-pesawat udara Belanda melakukan serangan-serangan pemboman dan senapang mesin pada kampung-kampung disekeliling kota Medan, termasuk Rumah Sakit Tandjung Morawa.

Djelas maksud angkara dari fihak Belanda untuk merebut daerah jang lebih luas lagi dari pada apa jang telah diterimanja dari Tentera Inggeris. Pada 15 Pebruari 1947, Presiden Sukarno, sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, memerintahkan pemberhentian tembak-menembak, sesusi dengan keputusan Panitia Gentjatan Sendjata. Perintah itu mulai berlaku djam 12 tengah malam.


Udara sekitar kota Medan diliputi oleh mesiu dan dentuman pertempuran pada waktu mendjelang djam 12 tengah malam ini.


Pada tanggal 8 Maret 1947 Komisi Technik T.R.I, dengan Komisi Technik Militer Belanda mengadakan pertemuan di Markas Tentera Belanda di Medan. Pembitjaraan berlangsung sekitar pematokan-pematokan garis demarkasi menurut dasar-dasar sebagaimana telah di tetapkan oleh High Level Truce Commission di Djakarta.

Lingkaran garis demarkasi itu sebagai berikut :

a. Sepandjang sungai mulai dari Belawan ke Medan sebelah Timur ialah menempuh sungai Dua, Sungai Besar, Sungai Pepusangan, dan terus ke Selatan menempuh Kampung Lalang Padjar, melewati Sungai Sampali, memotong Sungai Karang, menempuh suatu tempat jang letaknja di sebelah Barat Laut Dendang lalu masuk kekampung Bindjel, Sungai Denai dan Sungai Pertjut.

b. Garis demarkasi sebelah Selatan kota Medan jaitu lewat sedikit Kedai Durian, memotong Sungai Batuan, menudju Sungai Deli, memotong Sungai Babura dan Sungai Banban.

c. Garis demarkasi sebelah Barat kota Medan jaitu menempuh Sungei Bekala, Sungai Sikambing, km. 6 djalan raja Bindjei, Sungai Bedra menudju ke Timur sedikit Terdjun 400 meter sebelah barat djalan Helvetia menudju km. 20 Djalan Labuhan, Sungai Terdjun, memotong Sungai Sitjanang, Sungai Pantai, Sungai Sisir Gunting, Sungai Nunano sampai ke Pinggir laut 1½ km. dari Tandjung Belawan.

Mr. Mohd. Rum sebagai Menteri Negara pada tahun 1947, sedang berbitjara dihadapan rakjat Tebing Tinggi

Menteri Keuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara ketika memberikan wedjangan di Tebing-Tinggi pada tahun 1947.



Menteri Sosial Mr. Maria Ulfah Santoso pada tahun 1947 ketika berkundjung ke Tebing Tinggi memberikan pula penerangan-penerangan.