Segumpal Emas Dibawah Kakiku/Bab 2
TUGU PERJUANGAN DI KAKI JEMBATAN AMPERA.
***
Kalau kita menyebut Jembatan Ampera, maka kita harus menyebut pula Sungai Musi. Dan jika Musi di baca, maka kita mesti membaca Palembang. Dan bila ter cetus nama Palembang sedikit harus kita ingatkan pula akan nama Sriwijaya. Satu dengan lainnya mempunyai hubungan. Kita harus mengetahui hubungan itu walau serba sedikit.
Sesudah kita mengisahkan Jembatan Ratapan Ibu mengapa kita menguraikan tentang Jembatan Ampera dengan sebuah tugu di kakinya? Ah, tak usah soal ini kita perbincangkan pula. Apakah ada hubungan? Ataukah karena ada kontras yang menyolok? Ataukah untuk meratakan uraian sebagai mewakili daerahnya?
Semuanya mungkin. Ataukah secara kebetulan? Sebab si penyusunnya mempunyai bahan-bahan untuk itu? Stooop! Ini bukan bahan perdebatan. Tetapi ini adalah bahan bacaan.
Sungai Musi ialah sebuah sungai yang terpanjang di Sumatera Selatan. Bahkan terpanjang di pulau Sumatera. Panjangnya 750 kilo meter. Sejauh 391 kilo meter dari muaranya dapat di layari. Kota Palembang sendiri terletak hanya delapan puluh kilo meter dari muaranya. Tidak heran sejak zaman purbakala kota ini dapat dicapai oleh semua kapal-kapal dan pelaut dari semua benua. Kapal-kapal samudera sampai ke pelabuhan kota Palembang. Untuk berlabuh kapal-kapal besar sudah dibangun sebuah bom baru yang terbuat dari beton.
Kota Palembang termasuk nomor dua besarnya di pulau Sumatera. Yang nomor satu ialah kota Medan. Kota Medan luasnya 51.69 km2 sedang Palembang hanya 224 km2. Jumlah penduduknya 1.373.747 jiwa ( sensus 1980 ) dan Palembang 786.607 jiwa.
Di Palembang terdapat paberik pupuk Sriwidjaya dan kilang kilang minyak di Plaju dan Sungai Gerong. Kota Palembang ialah kota pusat perdagangan di Sumatera Selatan.
Kerajaan Sriwidjaya yang termasyhur itu pada zaman dahulu disinilah pusatnya. Kerajaan itu berkembang antara abad ke: VII sampai abad ke: XIII. Kerajaan ini mempunyai sebuah armada yang kuat dan berkuasa dan berpengaruh sampai jauh keluar daerahnya. Ia menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda, menguasai lalu lintas pelayaran ke India. Seberapa kali mengirim utusan ke Tiongkok. Tidak heran sarjana sarjana Tiongkok yang akan pergi menambah pelajarannya ke Universitas Nalanda di India singgah dahulu di Sriwidjaya selama beberapa tahun. Seperti orang Tionghoa yang terkenal I Tsing dan Wu Hing tinggal sekitar tiga atau empat tahun di Sriwidjaya mempelajari bahasa Sangsekarta dan naskah-naskah suci. Beberapa orang guru guru besar yang terkenal dari India mengajar di Sriwidjaya seperti: Darmapala, Syakyakirti, dll. Seribu orang pendeta Budha menetap di Sriwidjaya memperdalam ilmu dalam aliran Himayana.
Kemudian dalam abad-abad selanjutnya kerajaan ini pernah di serang dan menyerang kerajaan-kerajaan lainnya. Dan karena akhirnya kerajaan ini sudah terpecah belah maka ibu kota Sriwidjaya itu hanya merupakan pusat pelabuhan bajak laut. Dan ber akhirlah zaman emas Sriwidjaya.
Sesudah kemegahan raja raja Palembang akhirnya penjajahan Belanda menancapkan kakinya di bumi Palembang. Maskapai perminyakan Belanda yang besar-besar seperti B.P.M.menyedot kekayaan dari dalam bumi Sriwidjaya. Sehingga B.P.M. itu dijuluki orang dengan: Belanda Pencuri Minyak. Ber akhir kekuasaan Belanda dan berganti pula dengan kekuasaan Jepang. Runtuh Jepang datanglah zaman kemerdekaan. Namun zaman kemerdekaan harus ditandai dengan perjuangan, pertempuran, berbagai macam kesukaran. Dimana-mana setiap pelosok tanah air terjadilah pergolakan yang hebat. Hanya warna dan coraknya saja yang berbeda.
Pertempuran lima hari lima malam di Palembang
Semangat heroik ( kepahlawanan ) bangsa Indonesia bangkit ketika Belanda mencoba menekankan kekuasaannya di bumi Indonesia. Belanda dulu membuat permisalan bangsa kita dengan 'kambing'. Tidak punya keberanian dan hanya meng ekor saja. Tetapi setelah di cetuskan Proklamasi Kemerdekaan kambing-kambing itu ber ubah menjadi macan. Bangsa Indonesia tidak sudi di jajah lagi. Tiga setengah abad + tiga setengah tahun dibawah penjajahan bangsa asing sudah cukup membuat bangsa Indonesia merindukan sebuah negara merdeka sendiri, dibawah pemerintahan bangsa sendiri. Sebagai yang di dambakan oleh semua bangsa di dunia.
Mereka merelakan harta bendanya, nyawanya, anak-anaknya untuk menyusun tenaga maha raksasa untuk membendung penjajah berkuasa kembali di tanah air tercinta ini. Adakah mereka berpikiran begini:
- Kami mau merdeka sebab nanti kami mau hidup senang dan kaya raya.
- Kami ingin merdeka karena kami ingin hendak menjadi pembesar yang hidup mewah.
- Kami hasrat merdeka untuk dapat menjadi usahawan yang jutawan.
- Dan pikiran muluk-muluk sebagainya.
Tidak! Pemikiran demikian belum ada pada masa itu. Mereka hanya ingin berjuang membela kemerdekaan tanah air yang sudah di cetuskan oleh para pemimpinnya. Hidup senang dan sebagainya itu adalah soal dibelakang hari.
Demikianlah pula pendirian rakyat yang mendiami setumpak tanah yang bernama Sumatera Sekatan itu dengan Palembang sebagai ibu kotanya.
Dua bulan kurang lima hari sesudah Indonesia merdeka, atau tepatnya pada tanggal 12 Oktober 1945 tentara Sekutu mendarat di Palembang. Bersama dengan pasukan itu pasukan NICA ikut menyelinap masuk. Komandan pasukan Sekutu itu namanya: Letnan Kolonel Car
ichael.
Pemerintah Republik Indonesia menetapkan tempat kdudukan pasukan itu ialah di Talang Semut. Tetapi dsarnya mereka mempunyai itikad lain daerah kediamanra di perluasnya juga semakin melebar ke daerah-daerah lain, Insiden kecil-kecil mulai terjadi dengan para pemuda. Dengan berkedok mencari senjata mereka menggeledah rumah-rumah penduduk,
Jumlah pendudukan tentara Sekutu semakin hari seikin bertambah, Sehingga dalam bulan Maret 1946 banyaknja sudah mencapai dua batalyon. Jumlah pasukan NICA juga bertambah yang di perlindungi oleh tentara Sekutu. Isiden-inseiden sudah bertambah sering terjadi. Keamanan dimana-mana tak ada lagi, baik di darat ataupun diperairan sungai Musi,
Ketika tentara Sekutu memasuki perairan sungai Musi untuk menduduki Palembang setiap saat tetap dibatasi oleh pasukan kita yang masa itu baru bernama: RI, Menteri Amir Sjarifudin dan Menteri A.K. Gani sendiri mengawasi gerakan pasukan musuh itu.
Sebelum pasukan Sekutu memasuki Palembang suasna dalam kota dan di perairan sungal Musi aman-aman saja. Tidak ada kelihatan bahwa kota itu akan menjadi kota pertempuran, Malahan yang tampak hanya gaya setah bandar yang ramai dengan sibuknya lalu lintas pelayaran di sungai Musi, Namun pasukan tentara kita tetap ber jaga-jaga dan siap siaga ter utama sepanjang sungai.
Lord Killearn seorang diplomat Inggeris ulung menyatakan pendapatnya tentang situasi pada waktu i
Daftar isi: | Top – 0–9 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z |
---|
" ... we were very anxiouly waiting for sudden explosion from the Indonesian batteries. If some one behind the Republican batteries pull the trigger of then guns, is means a teribble slaughter. The river would be full of floating Dutch corpses..."
( ... kami amat kecemasan kalau kalau dengan tiba-tiba meriam-meriam Indonesia memuntahkan peluru. Jikalau ada seseorang dibelakang meriam-meriam Republik itu menarik pelatuk senjata apinya, maka akan terjadilah suatu pembunuhan massa yang hebat. Sungai itu akan penuh oleh mayat-mayat Belanda yang ter apung-apung..."
Lord Killearn ialah seorang diplomat Inggeris yang banyak terlibat dalam pertikaian antara Belanda dan Indonesia. Berkat kebijaksanaannya tercapai persetujuan Linggajati ( 1946 - 1948 ), yang kemudian diinjak-indak Belanda. ( Lahir 24 Agus 1880 meninggal 20 Oktober 1964 ).
Lord Killearn mengetahui bagaimana kepatuhan Laskar Indonesia terhadap pimpinannya. Kalau sekiranya sewaktu tentara Sekutu yang membonceng NICA itu dihantam oleh meriam-meriam tentara Indonesia maka sungai Musi akan penuh dengan mayat-mayat serdadu Belanda. Tetapi karena mereka tidak memperlihatkan sikap permusuhan sewaktu masuk itu perintah tembak itu tidak ada, walaupun pasukan Indonesia sudah siap dengan pasukan meriamnya sepanjang pinggir sungai Musi.
Dr. A.K. Gani waktu itu menjabat sebagai Gubernur Muda, Komandan Sub Komandemen Sumatera Selatan. Barulah dalam bulan Desember tahun 1946 jabatan itu dipindahkan kepada Kolonel M. Simbolon.
Jabatan yang terpikul di pundak Dr. A.K. Gani sebelum itu memang banyak sekali. Selain dari sebagai Gubernur Muda, Komandan Sub Komandemen Sumatera Selatan juga sebagai Wakil Menteri Pertahanan RI, dan Wakil Menteri Kemakmuran RI.
- Dr. A.K. Gani kepanjangannya: Dr. Adnan Kapau Gani, lahir tahun 1905 meninggal 23 Desember 1968 ). Seorang tokoh politik dan pergerakan yang serba bisa. Perintis dan pejuang kemerdekaan ulung. Ia seorang dokter, seorang seniman, seorang diplomat, pengusaha, pengarang pendeknya serba ramas.
Ia merupakan salah seorang tokoh pemuda 1928 dan sampai tahun 1946 merupakan tokoh penting di Sumatera Selatan khususnya di Palembang. Residen Palembang yang pertama, Gubernur Militer Sumatera Selatan, Kordinator pembentukan TRI. Beberapa kali diangkat menjadi menteri. Selama agresi Belanda main kucing-kucingan dengan Belanda karena ia aktif dalam menyelundupkan senjata dari Singapura.-
Dalam pada itu Belanda selalu mencari-cari alasan dan dalih supaya dapat menghantam tentara kita. Rupanya meraka merasa bahwa tenaga dan kekuatan mereka sudah siap dan kuat untuk melakukan sesuatu. Untuk mengulangi jejak kekuasaan mereka di Indonesia.
Pada satu kali berjunjung ke Palembang Jenderal Suharjo Harjowardoyo. Ia ber pidato dimuka corong radio Sumatera Selatan yang ditujukannya kepada TRI. di Sumatera Selatan, Padang dan Medan. Pidato itu ditafsirkan sebagai suatu komando dari pihak Republik untuk melancarkan perlawanan terhadap Belanda. Belanda mengganggap alasan untuk mulai menimbulkan permusuhan sudah datang. Lalu dengan mendadak sontak saja Belanda menutup perairan sungai Musi. Kapal perangnya dan motorbot-motorbot bermuatan serdadu-serdadu mondar mandir di perairan sungai Musi. Semua kapal, perahu apa saja yang lewat di geledah mereka dengan alasan mencari senjata. Tindakan Belanda itu tentu saja menghangatkan suasana dan memperuncing situasi.
Belanda mulai memancing-mancing pasukan kita untuk saling bentrokan. Pada waktu itu mereka membuat markas di Talang Semut, Benteng, Kompleks Caritas, Bagus Kuning, Plaju dan Talang Betutu.
Pada suatu hari seorang Kapten TRI. selaku pimpinan pasukan Napindo tanpa sebab musabab ditembak Belanda ketika dia lewat dekat Caritas dengan sepeda motor. Tetapi Kapten itu hanya luka-luka saja. Dan dua hari kemudian ia sudah ber tugas kembali. Yaitu sesudah ia dirawat di Rumah Sakit di Jalan Inderapura. Tetapi kemudian kapten A. Rivai itu gugur juga di Sungai Jeruju.
Kira-kira pukul 11.00 WIB pada tanggal 1 Januari 1947 yaitu sewaktu Kapten A. Rivai ditembak dekat Caritas sebuah konvoi Belanda yang terdiri dari: sebuah jeep, dua buah power wagon dan tiga buah truk penuh berisi serdadu Belanda muncul dari Benteng. Konvoi itu bergerak kearah Jalan Sudirman.
Entah bagaimana mulanya setiba konvoi itu dekat Mesjid Agung mereka menembaki pos-pos tentara ta yang berada sekitar tempat itu. Tentu saja pasukan kita tidak tinggal di am, Mereka membalas. Dan tembak menembakpun terjadi. Salah satu truk Belanda itu dapat dihancurkan oleh pasukan kita.
Sore harinya Kapten Alamsjah selaku kepala Staf Operasi memerintahkan semua pasukan kita melakukan serangan kepada setiap pos-pos Belanda. Perintah itu disambut hangat oleh semua barisan pemuda dan pasukan kita. Pertempuran terjadi dimana-mana. Dan pertempuran yang kemudian dinamakan Pertempuran Lima Hari Lima Malam itu dimulailah.
Besoknya pasukan bantuan berdatangan dari luar kota. Dari Lahat, Kayu Agung, Lampung, Prabumulih dll.nya. Resimen XVII yang dipimpin oleh Mayor Dany Effendy yang datang dari Prabumulih langsung terjun sekali kedalam pertempuran. Laskar-laskar rakyat seperti Napindo, Hizbullah, Kris, Laskar Minyak, ikut terjun dan berjuang bahu membahu dengan TRI. Kota Palembang penuh dengan bahana dentuman karaben, senapang mesin, meriam, granat dan asap membubung ke udara.Korbanpun ber jatuhan dari kedua belah pihak.
Pasukan-pasukan Belanda dengan sengit pula menghantam pertahanan kita dari darat, laut dan udara. Di sungai Musi mondar mandir sebuah kapal perangnya bernama Van Galen. Kapal perang ini menembaki dengan membabi buta tempat-tempat yang di duga mereka tempat pertahanan pasukan-pasukan kita. Di udarapun mengaung-ngaung pesawat terbangnya membombarder tempat-tempat yang di curigainya. Korban-korban berjatuhan baik dari para pejuang atau dari penduduk sipil. Di darat pasukan musuh mengerahkan tank-tank waja, pantser, turuk-truk dan banyak yang hancur dibawah tembakan artileri pasukan kita.
Salah seorang patriot Indonesia yang memimpin perjuangan melawan Belanda pada waktu itu ialah: Kapten Alamsjah. Sang kapten inilah yang kemudiannya lebih dikenal dengan Alamsjah Ratu Perwiranegara yang pernah menjadi Menteri Agama Republik Indonesia. Nama lengkapnya Haji Alamsjah Ratu Perwiranegara lahir di Kota Bumi, Lampung pada tanggal 25 Desember tahun 1925. Seorang tokoh militer di Sumatera Selatan. Dalam tahun 1947 itu dalam perang lima hari melawan Belanda ia salah seorang perwira yang memegang pimpinan dan memberi perintah penggempuran terhadap pasukan Belanda. Dan hebatnya sampai tahun 1974 ia nenjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Negeri Belanda.
Ia menjadi Menteri Agama dalam Kabinet Pembangunan III (1977 - 1982) dan kemudian menjadi Kordinator bidang Kesejahteraan Rakyat dalam Kabinet Pembangunan IV. sampai waktu tulisan ini dibuat.
Dalam penyerangan itu pasukan kita hanya menjaga tidak menyerang Sungai Gerong yaitu Kompleks Perminyakan kepunyaan Amerika Serikat. Orang kita tak mau membuat gara-gara dengan orang Amerika.
Pada hari yang ketiga dalam perang itu Belanda bergerak pula dari Medan menuju Tanjung dengan mempergunakan 15 buah tank waja, di lindungi di udara dengan sembilan buah pesawat terbang bomber, antaranya model B-26. Pesawat B-26 ini ialah pesawat yang dipergunakan oleh Amerika dalam perang dunia kedua sebelumnya. Untuk pengetahuan, leter B. dan sebagainya pada pesawat terbang itu ialah kode dari jenis pesawat terbang itu. F. kode untuk pesawat temmpur: (fighter); B. untuk pesawat pem bom (bomber); C. untuk pesawat angkut (cargo and transport), R. untuk pesawat pengintai (reconnaissance); T. untuk pesawat latih (trainer); H. untuk pesawat jenis helikopter, dll. nya.
Dengan membabi buta mereka menembaki rumah sakit di Tanjung dari udara. Padahal rumah sakit itu mempergunakan tanda yang terang dan jelas yang dapat dilihat dari udara. Namun Belanda mem bomnya juga. Pasukan kita memberi ajaran atas ke biadaban Belanda itu. Pasukan itu kucar kacir.
Sore harinya mereka menggempur pula ke Serdang front timur dengan menggunakan 14 buah tank waja. Namun pasukan itu disambut hangat oleh pasukan kita, sehingga merekapun kucar kacir Mereka kalang kabut dan menjadi bingung Pertempuran sengit ini berlangsung sampai malam hari.
Pada hari-hari sebelumnya Belanda bergerak dari Sungai Gerong dan Plaju , Mereka juga tanpa malu-malu mempergunakan bantuan dari tentara Jepang yang semestinya sudah dilucuti senjatanya. Tujuan penyerangan mereka ialah Palembang Kota dan Kertapati.
Di semua front para pejuang kita bertahan dan menyerang dengan gagah berani dan gigih sehingga pasukan Belanda boleh dikatakan tak berhasil dengan operasinya ini. Namun beberapa orang patriot bangsa yang rupanya sudah sampai pada janjiannya gugur dalam pertempuran ini. Antaranya ialah Letnan Satu Djoko Surodjo yang terkenal gagah berani. Pahlawan ini gugur di Jalan Tengkuruk yang kemudian menjadi kaki dari Jembatan Ampera. Letnan Satu Abdullah, dll.
Bagaimana seruhnya pertempuran lima hari lima malam itu dapat di bayangkan. Hampir seperlima kota Palembang menjadi hancur berantakan. Sebuah kapal pemburu Belanda, dan beberapa buah motor bot Belanda tenggelam di sungai Musi. Gedung radio di Talang Betutu hancur tak dapat dipergunakan lagi. Menurut pengamatan beberapa orang ahli strategi peperangan perang lima hari di Palembang itu tak kalah seruhnya dengan perang 10 Nopember di Surabaya.
Tetapi akhirnya terjadi juga perundingan dengan pihak Belanda. Inilah salah satu sifat Belanda. Bilammana mereka sudah terdesak lalu mereka minta berunding Sesudah berunding cari akal, kumpulkan tenaga dan senjata lalu menggempur lagi.....
Datang perintah dari Jakarta supaya pertempuran dihentikan. Kolonel Bambang Utoyo Komandan Palembang di utus ke Jakarta untuk membicarakan malah peletakan senjata.
Putusan akhirnya memerintahkan supaya pertempupan di hentikan. Pasukan Indonesia harus mundur sampai 20 kilo meter dari kota. Tetapi Pemerintah Sipil dan ALRI tetap boleh tinggal dalam kota, Menurut keterangan Kolonel Bambang tak ada hubungannya antara ALRI dengan Angkatan Darat. Sehingga kedua pasukan tetap boleh berada dalam kota, Untuk pasukan Belanda ditentukan pula luasnya daerah-daerah yang boleh tempat mereka bergerak.
Tanggal 6 Januari dikeluarkan perintah mundur. Tidak sedikit pemimpin pasukan dan tentara yang sampai menangis karena sangat kaget menerima perintah itu. Dan pada waktu itu kedudukan kita berada pada tempat yang strategis. Namun sebagai dikatakan pasukan Indonesia ialah pasukan yang patuh kepada pimpinannya. Mereka terpaksa undur keluar kota sejauh dua puluh kilo meter.
Pada tanggal 7 Januari beberapa kantor-kantor diantaranya Kantor Residen dikembalikan kepada kita. Demikian pula beberapa gedung lain yang sudah diduduki Belanda dikembalikan kepada kita.
Pemerintah sipil melan jutkan tugasnya kembali. Dari pihak Belanda kita diawasi oleh Brigade Y dibawah pimpinan Kolonel Mollinger.
Sekalipun sekali-sekali terjadi juga kontak persenjata antara pasukan kita dengan tentara Belanda tetapi pasar-pasar mulai ramai pula kembali. Beras didatangkan dari Singapura. Barang-barang impor mulai mengalir lagi ke Palembang.
Dalam pada itu Belanda mulai berusaha mengeruh suasana lagi. Mereka menyiarkan kabar bohong bahwa Cina-Cina yang tinggal di daerah pedalaman sudah habis dibunuhi oleh orang Indonesia, Kalangan orang Cina menjadi heboh dan menaruh syak wasangka. Pemerintah Indonesia mempersilakan Wakil Konsul Cina sendiri pergi ke daerah pedalaman untuk melihat suasana orang Cina.
Tetapi utusan itu melihat orang orang Cina itu aman-aman saja, hidup tenang dan rukun damai bersama bangsa Indonesia. Malahan kini tuduhan berbalik kepada Belanda sendiri. Pasukan Belanda lah yang banyak membuat kerugian kepada orang orang Cina. Tidak sedikit penduduk Cina yang menjadi korban oleh serangan Belanda yang membabi buta selama pertempuran ber langsung. Lebih dari seribu orang Cina dalam kota menderita kerugian karena serangan membabi buta Belanda ini. Kerugian yang di derita orang orang Cina tidak sedikit. Lebih dari sepuluh juta gulden kerugian mereka.
Pada tanggal 29 Januari serombongan para wartawan berdatangan dari negara negara Tetangga dengan sebuah kapal charteran bernama Shofuku Maru. Mereka meninjau suasana Cina itu dengan mata kepala sendiri. Sungai Musi pun ramai kembali dengan lalu lintas pelayaran. Selama jangka waktu lima belas bari yaitu sejak tanggal 1 Pebruari sampai 15 Pebruari 1947 sudah 12 buah kapal kapal memasuki pelabuhan Palembang. Kapal-kapal itu membawa barang barang impor dan membawa kembali barang barang ekspor seperti : karet , kopi, lada, hasil hutan dan sebagainya.
Dan kini Belanda malah ber tindak menjadi maling Seperti dilakukannya di Jawa Timur mereka menyerobot pula persediaan kita. Di Palembang mereka menyerobot 800 ton persediaan batu bara. Batu bara hasil curian ini dilempar ke pasaran di Singapura. Hasil maling ini lumayan juga.
Perhubungan lalu lintas sangat penting artinya dalam zaman modern ini. Baik lintas darat, laut dan udara. Semuanya mempunyai kepentingan yang saling berbeda. Dengan teknikologi modern lebar sungai, dalamnya air tidaklah merupakan alangan untuk membangun jembatan untuk melintasinya. Banyak dibangun jembatan-jembatan yang panjang dan jadi terkenal di dunia. Misalnya: Jembatan Chesapeake Bay Bridge dekat Anapolis, Amerika, panjangnya 12 kilo meter. Oakland Bay Bridge di San Fransisco panjangnya 6,8 kilo meter. Jembatan diatas sungai Zambesi di Afrika panjangnya 3,614 meter. Jembatan Storstrom di Denmark panjangnya 3.119 meter. Dan banyak lgi jembatan-jembatan yang termasyhur lainnya di seluruh muka bumi ini.
Di Indonesia juga sudah dibangun beberapa jembatan yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya. Maka rakyat Palembang khususnya, Sumatera Selatan umumnya sangat pula mendambakan beberapa jembatan penting di daerahnya.
Selama ini antara daerah Sungai Gerong dan Plaju dua daerah perminyakan penting seakan-akan ter pisah. Sudah puluhan tahun. Akhirnya Pertamina sendiri membangun sebuah jembatan yang melintasi sungai Komering. Maka isolasi selama puluhan tahun itu tembus sudah. Maka dengan perkembangan itu nama pak Ibnu Sutowo menjadi buah bibir masyarakat di daerah itu. Sebagai dimaklumi Ibnu Sutowo merupakan salah seorang pejuang 45 di Palembang bersama-sama dengan beberapa tokoh terkenal lainnya seperti: Dr. A.K. Gani, Dr. M. Isa, Brig. Jenderal Hasan Kasim, H, Alamsjah Ratu Perwiranegara, Haroen Sohar, Mohd, Hasan, Abihasan Said M, Rasjad Nawawi, Dany Effendy, Sunardi DM, dll,
Banyak diantara bekas pejuang itu yang sudah menempati kedudukan penting dalam, pemerintahan dan masyarakat.
Maka dimulailah pula membangun sebuah jembatan penting yang membentangi sungai Musi sepanjang: 1.177 meter. Jembatan ini berada antara Jalan Sudirman, dekat Mesjid Agung dan Tengkuruk. Yaitu nama-nama yang sering di sebut-sebut dalam Perang Lima Hari Lima Malam di Palembang dalam tahun 1947.
Karena sungai Musi penting pula untuk lalu lintas pelayaran maka teknik jembatan itu dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pelayaran di sungai Musi. Pada bahagian tengahnya sepanjang 71.90 meter dapat diangkat keatas sampai setinggi 32 meter, Pada kedua ujungnya terdapat dua buah menara yang ber fungsi menaik turunkan bahagian jembatan itu. Tinggi menara itu saja 63 meter.
Namun untuk melewati jembatan itu sebuah kapal harus membayar tarif tertentu konon untuk sebuah kapal besar sampai ber jumlah ratusan ribu rupiah. Sebab untuk menaikkan dan menurunkannya kembali di perlukan tenaga listerik yang cukup banyak.
Kedua menara itu dapat pula ber fungsi sebagai obyek pariwisata. Wisatawan dapat naik keatasnya untuk melihat temasa kota Palembang. Dengan bantuan
Sebuah peta turis yang naik keatasnya dapat mengetahui letak-letak obyek yang terpampang di depan mataRe-prod, dari ENSIKLOPEDI IND,JEMBATAN AMPERA DI PALEMBANG
Awal pembangunannya pada tanggal 10 April 1962 Ian baru selesai dua” tahun kemudiannya, Di resmikan lan di mulai pembangunannya oleh Presiden Sukarno. 'enara yang saling berhadapan itu 63 meter ting- 'inya, Ketika ada kapal akan lewat bahagian jemba- an diantara dua menara itu yang panjangnya 71.90 m Ii naikkan setinggi 32 meter. Setinggi-tinggi tiang apal dan selebar-lebar badan kapal dapat lewat liantara jembatan itu.
Dan....harus bayar! - 32 - nya.
Jembatan ini mulai dibangun pada tanggal 10 April tahun 1962 dan baru selesai dalam tahun 1964. Presiden Sukarno sendiri meresmikan awal pembangunan pada hari itu. Sehingga jembatan ini pernah nyaris bernama Jembatan Sukarno, Tetapi kemudian diganti dengan Tembatan Ampera sampai sekarang.
TUGU LETTU R.M DJOKO SURODJO DI KAKI JEMBATAN AMPERA DI PALEMBANG. Repro: 30 tahun Indonesia
Merdeka- Penerbitan SEKNEG RI.
FOTO KENANG-KENANGAN KETIKA PRESIDEN SUKARNO MERESMIKAN PEMBANGUNAN JEMBATAN AMPERA DI PALEMBANG PADA TANGGAL 10 APRIL 1962.
―――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――――
.//.