Seni Patung Batak dan Nias/Bab 3
BAB III
TOPENG
Pandangan hidup sebagai gaktor utama yang melandasi sikap masyarakat Batak yakni setia kepada tata krama tradisional, setia dan taat kepada adat istiadat (dalihan na tolu), setia dan hormat kepada nenek moyang. Kesetiaan inilah yang menyebabkan kebudayaan masyarakat Batak itu pada umumnya tetap langgeng sampai saat sekarang.
Pada setiap upacara adat kepercayaan tradisional masih tetap menyertainya, seperti upacara turun kesawah, upacara memanggil hujan, dan memasuki rumah baru. Dalam hal ini, topeng selamanya tidak pemah tertinggal dalam setiap upacara.
Topeng adalah salah satu bagian dari seni patung dan mempunyai kebutuhan spiritual sebagai sarana kepercayaan kepada nenek moyang. Oleh karenanya topeng-topeng itu selalu menyertainya pada upacara-upacara adat. Kalau pada seni patung seperti contoh gambar-gambar yang diterakan pada buku ini adalah gambaran tentang nenek moyang atau para leluhur yang mempunyai kekuatan magis, maka topeng-topeng itu juga mengandung nilai simbolis. Topeng yang terdapat di daerah Batak Karo disebut gundala-gundala sedang
di daerah Simalungun huda-huda. Oleh masyarakat Pakpak Dairi disebut mangkuda-mangkuda. Topeng itu ditampilkan pada upacara memanggil hujan di samping sebagai hiburan raja-raja, baik yang masih hidup atau yang sudah mati, terlebih-lebih oleh masyarakat Batak, raja dianggap sebagai pelindung kerajaan.
Berhubung topeng-topeng yang terdapat di daerah Batak sudah
sangat langka, namun masih perlu dilestarikan, akan diuraikan secara ringkas dalam beberapa seginya. Betapa sebenarnya peran topeng di tengah-tengah masyarakat Batak, kiranya bisa dijadikan bandingan dengan peranan topeng di beberapa daerah lainnya di Indonesia.
1.Pengertian seni topeng
Menurut bentuk dan kegunaannya topeng adalah alat yang dipakai sebagai penutup muka sedemikian rupa dibentuk menyerupai muka manusia atau binatang.
Istilah ini sudah umum diketahui orang, hanya bentuk dan motifnya yang berbeda. Di daerah Batak seni topeng yang masih ada hanya terdapat di daerah yakni di daerah Simalungun, Tapanuli, Pakpak Dairi dan Karo. Jika diperhatikan bentuk ataupun motifnya topeng yang terdapat di empat daerah itu antara satu daerah dengan daerah lainnya mempunyai perbedaan baik bentuk ataupun fungsi kegunaannya di samping beberapa segi kesamaannya.
Bentuk seni topeng yang terdapat di daerah Batak pada umumnya berbentuk patung kepala manusia, hanya pada bahagian tengah dibuat berongga cukup untuk disarungkan pada kepala manusia biasa.
Jenis pertokohannya tidak sebanyak seperti corak topeng yang
terdapat di pulau Jawa. Bali dan Madura.
Demikianlah pengertian seni topeng yang terdapat di daerah Batak adalah alat penutup muka yang menyerupai manusia atau binatang digunakan untuk memanggil roh nenek moyang yang digambarkan dalam ujud topeng. Dengan demikian kehadiran topeng jelas bahwa pada mulanya dibuat sebagai penghormatan terhadap nenek moyang di samping dipakai pada upcara-upacara adat dan kematian.
2.Asal mula topeng Batak.
Kehadiran seni topeng di daerah Batak usianya belum mencapai ratusan tahun bahkan seni topeng (gundala-dundala) di daerah Karo dikenal pertama kalinya pada tahun 1905. Hal ini diceritakan oleh Almarhum Pirei Depari kepada pewancara Sdr. J. Tarigan yang penulis hubungi.
Seperti yang telah diuraikan terdahulu bahwa topeng yang ada
di daerah Simalungun, Tapanuli, Pakpak Dairi dan Karo bentuk dan coraknya berbeda. Oleh karenanya perlu diungkapkan tentang latar belakang sejarah kehadirannya. Topeng yang terdapat di daerah Simalungun, Tapanuli, Pakpak Dairi Karo sama halnya dengan topeng-topeng yang terdapat di daerah-daerah lain di Indonesia menurut kami kesemuanya berasal dari pengaruh kebudayaan Cina. " ...bahwa kebudayaan Chelon atau perunggu dibawa orang dari dataran Asia ke kepulauan Indonesia pada lebih kurang 500 Sebelum Masehi. Teori ini dapat dibuktikan penemuan-penemuan di daerah Teluk Tonkin di Dongson menunjukkan persamaannya dengan masa itu di Indonesia. Bahkan kemudian zaman Chelcolith di sini sering disebut pula Zaman Dongson.
Tentang keseniannya, di zaman ini seni hias tampak maju sekali. Benda yang dibuat masa itu umumnya selalu dikenakan perhiasan perhiasan, bahkan artur pada nekara atau moko perhiasan mana hampir memenuhi bidangnya.
Mesti saja beberapa motif perhiasan yang khas zaman Dongson tampil ke depan turut memperkaya seni hias Indonesia."10)––––––––––––––––––––––––
10). Drs. J. Manurung, Diktat Apresiasi Seni hal. 17 IKIP, Medan.
11). Ibid, hal. 18. Uraian pada kutipan di atas memperjelaskan kembali tentang uraian-uraian yang terdahulu bahwa seni topeng yang terdapat di daerah Simalungun, Tapanuli, Pakpak Dairi dan Karo mempunyai daya magis, sekalipun bentuk ataupun coraknya berbeda-beda.
Di lain hal perlu dicatat bahwa proses perbedaan bentuk itu terjadi akibat proses perkembangan kebudayaan yang terus mendesak hingga di penghujung abad XX sekarang ini. Dari awal tulisan ini kami telah kemukakan bahwa fungsi seni rupa (seni patung) yang terdapat di daerah Batak dan Nias mempunyai peranan yang sangat fundamental, demikian juga halnya dengan seni topeng itu sendiri.
Ditinjau dari kehadiran seni topeng di daerah Batak jelas berasal dari kebudayaan Dongson. Pengaruh dari kebudayaan ini akhirnya memberi warna kepada kebudayaan Batak umumnya. Di daerah Batak Tapanuli bukti peninggalannya masih dapat kita lihat pada omamen-ornamen yang bertaburan pada dinding-dinding rumah adat tradisional, hanya seni topeng di daerah tersebut tidak berkembang seperti halnya seni topeng yang terdapat di daerah Simalungun dan Karo.
Untuk membicarakan perkembangan seni topeng selanjutnya kami awali dengan seni topeng yang terdapat di daerah Simalungun, sebagai awal dari kehadiran seni topeng di daerah Batak.
a.Seni Topeng di daerah Simalungun.
Topeng yang terdapat di Simalungun mulanya diawali pada zaman kekuasaan raja-raja Simalungun. Disebabkan oleh mangkatnya putra tunggal raja, suasana kerajaan diliputi kesedihan terlebih-lebih bagi permaisuri raja (puang bolon). Penderitaan yang dialami raja membuat kekhawatiran selurruh keluarga dan rakyat negeri, sampai kepelosok Pakkalan Bolon daerah tempat pengambilan nira (bargot).
Oleh keluarga istana berusaha untuk menghibur raja nemun usaha itu sia-sia. Akhimya timbul ide, untuk mengadakan sebuah pertunjukkan dengan lakon yang lucu di hadapan baginda raja yakni tari topeng.
Bahannya terdiri dari pelepah bambu yang dibentuk menyerupai tampang manusia yang lucu, bahkan ada juga yang membuatnya
dengan pelepah enau. Penyajiannya dilakonkan dengan gerakan-gerakan tari yang sangat lucu. Usaha ini kiranya dapat menghibur raja dan permaisuri (Puang bolon).
Terakhir tarian-tarian ini menjadi kesenian rakyat yang diberi
nama tari huda-huda.
Demikianlah topeng-topeng yang pada mulanya dibuat dengan sangat bersahaja itu, akhimya dibuat dengan bahan kayu yang tahan lama, diukir dengan pewarnaan sedemikian rupa sehingga kelihatan agak lucu. Menurut data dokumentatif topeng-topeng yang terdapat di daerah Simalungun inilah sebagai awal dari kehadiran topeng topeng yang terdapat di daerah Batak pada umumnya
Gaya Seni Topeng Simalungun.
Topeng Simalungun terdiri dari empat jenis saja, sesuai dengan
tokoh yang melakonkannya, yakni sebuah topeng wanita dan dua buah topeng pria serta sebuah topeng burung. Bentuknya mencerminkan sikap suku Batak Simalungun secara estetis dalam bentuk wajah yang bujur telur, cukup untuk penutup muka. Sikap karakteristik gaya topeng Simalungun dapat dilihat dari polesan warna, sedemikian rupa sehingga tampak romantik. Pada topeng tidak digambarkan wajah-wajah seran atau menakutkan seperti topeng-topeng Batak lainnya, sesuai dengan fungsinya yakni topeng yang dipergelarkan untuk menghibur raja yang ditimpa musibah. Namun demikian bentuk topeng dilihat secara frontal termasuk seni plastik yang tergolong kepada kesenian rakyat dengan gaya lokal yang tetap terpelihara.
Ciri-ciri lain dari gaya seni topeng Simalungun dapat pula dilihat dari ekspresi wajahnya yang cukup berendah hati, tidak dinamik namun memberi kesan optimisme ekspresif dan mempesona. Selain dari pada itu topeng sebagai bentuk teater tradisional mendapat tempat di hari rakyat dengan gayanya yang spesifik serta mampu menyampaikan kesan tentang hasil kesenian yang sifatnya tradisional itu sebagai hasil kesenian rakyat di forum nasional.
Seperangkatan topeng-topeng Simalungun setelah mendapat pengaruh ke arah konsepsi topeng masa kini. Topeng diukir dari bahan kayu lunak, tampak ekspresif dekoratif dengan hiasan-hiasan lainnya ditempelkan serat nanas dan ijuk yang dapat memberi kesan naturalistis.
Topeng Simalungun I detail wajah tampak sebuah ekspresi raut muka memberikan kesan-kesan kegembiraan. Bentuk topeng ini tampak natural, proporsi anatomis, sesuai dengan wajah manusia biasa. Ini dapat kita lihat letak susunan mata, hidung, mulut dan telinga serta rambut, kumis, dan jenggot yang ditempelkan dengan ijuk secara aplikatif. (Keterangan gb. 71)
Topeng Simalungun III
Dua buah ilustrasi pada halaman ini, kita melihat materi yang lebih lengkap. Kain merah yang dibuat sebagai kerudung kepala memberi perlambang dan makna yang tinggi. Warna merah dengan variasi topeng putih keabu-abuan, tampak kompleks dengan sifat topeng secara menyeluruh. Sedang makna symbolis warna merah itu sendiri bagi suku Batak umumnya selain lambang keberanian, juga mencerminkan karakter/perwatakan suku-suku Batak pada umumnya. (Keterangan gb. 73)
Topeng Simalungun IV
Topeng yang dilengkapi dengan memberi tempelan (aplikatif) ijuk enau sebagai
Topeng Burung pada ilustrasi gambar ini dibuat sebagai pelengkap tari huda-huda. Bahannya dibuat asli dari paruh burung enggang yang diikat pada sebatang kayu sedemikian rupa dibalut dengan kain merah sebagai lambang keberanian. Mobiel design yang diikatkan pada paruh dan kepala memberi arti tersendiri pula sesuai dengan makna yang terkandung pada warna-warna yang diterakan.
Secara universal warna-warna itu memberi arti dan perlambang tersendiri yakni:
merah lambang keberanian;
putih lambang ketulusan hati, sedang warna hitam lambang magis, relegius.
b.Seni Topeng di Daerah Tapanuli
Seni topeng yang terdapat di daerah Tapanuli semula berasal dari sebuah legenda berkisar tahun 1906, yakni tentang kisah seorang ibu yang kematian putranya yang tercinta. dari legenda ini jelas adanya kesamaan dengan kehadiran seni topeng di daerah Simalungun. Justru kehadiran topeng itu semata-mata untuk menghibur para musibah yang ditinggalkan oleh seseorang yang sangat dikasihi. Topeng-topeng yang terdapat di daerah Batak Tapanuli umumnya dibuat sepasang yakni Topeng pria dan topeng wanita, dengan ukuran sekedar cukup untuk penutup muka.
Topeng ini dipergelarkan lewat tarian-tarian dengan iringan tetabuhan Batak tanpa dialog yang khusus, namun memberi kesan yang dapat menggembirakan bagi yang ditimpa musibah. Dari kenyataan sejarah perkembangan topeng-topeng itu tidak berkembang seperti topeng (tembut-tembut) yang terdapat di daerah Karo.
Topeng si Gale-Gale:
Adalah sebuah kayu yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai manusia dilengkapi dengan kostum tradisional batak.
Boneka/patung si Gale-Gale jika diperhatikan bentuknya sama dengan topeng biasa, hanya pada boneka/patung si Gale-Gale diberi kerangka yang dibalut dengan kostum yang lengkap kemudian pada bahagian-bahagian tertentu diberi bertali untuk dapat digerak-gerakkan menuruti irama tetabuhan yang dikendalikan oleh seorang dalang. Dengan demikian si Gale-Gale sama dengan Teater Boneka (Puppet theater).
Si Gale-Gale dalam bahasa Indonesia diartikan lemah lembut, namun dapat mempesona. Sejarah kehadirannya dibuat sebagai penghibur seorang ibu yang kematian putra satu-satunya yang telah meningkat remaja. Dalam hal ini sang ibu benar-benar mengalami duka nestapa yang sangat dalam, sehari-harian putranya yang ia cintai itu diratapinya.
Sebagaimana lazimnya seseorang yang telah meninggal harus dikebumikan, namun putra yang menjadi idaman hatinya itu tidak diperkenankan untuk dikuburkan. Sang ibu terus memeluknya dan meratapinya. Ia tidak menyadari bahwa mayat putranya itu kian hari kian membusuk dan dapat mengganggu kesehatan orang lain.
Orang-orang tua, pengetua-pengetua adat sudah cukup memberi nasehat, namun sang ibu tidak ingin dipisahkan dengan putranya itu. Akhirnya oleh seorang pandai (pengukir) berusaha membuat sebuah patung (boneka) kayu yang menyerupai wajah putra sang ibu yang ditimpa kemalangan itu sebagaimana bentuk patung (boneka) si gale-gale . Sewaktu si ibu dalam keadaan tidak sadar, mayat itu digantikan dengan patung yang dibuatnya. Kemudian mayat itu diambil lalu dikuburkan. Setelah sang ibu sadar kembali dinyatakan bahwa putra yang dikasihinya telah berangsur sembuh.
Demikianlah akhirnya hal kejadian itu tersiar keberbagai desa, bahwa putra sang ibu yang dicintainya itu sudah hidup kembali, kendatipun mayat itu masih dalam keadaan lemah.
Penjelasan ini kiranya sama dengan arti si gale-gale seperti
yang diuraikan terdahulu yakni si lemah lembut. Akhirnya legenda rakyat masyarakat Batak itu berubah menjadi teater rakyat yang cukup digemari oleh semua masyarakat Batak, pacia umumnya.
Legenda tentang si gale-gale menurut perkiraan masyarakat Batak yang penulis peroleh dari informan menyatakan bahwa kehadirannya bersamaan dengan seni topeng yang terdapat di daerah itu.
Oleh karenanya legenda itu tidak diketemukan di dalam hikayat-hikayat lama suku Batak Toba ataupun pustaka Batak.
Daerah asal terjadinya si gale-gale bermula terdapat di Toba
Holbung di sekitar Soposurung Balige Tapanuli Utara, kemudian menyebar ke daerah Samosir dengan sebutan Raja Mangulape.
Upacara si Gale-Gale sebenarnya tidak menjadi kebiasaaan di
daerah-daerah lain di Tapanuli, tetapi berhubung permainan (lakon) si gale-gale sudah sangat populer akhirnya si gale-gale menjadi salah satu bagian dari kebudayaan masyarakat Batak.
Fungsi si gale-gale bagi masyrakat Batak Toba dibuat sebagai
pengisi upacara adat kematian, memanggil roh nenek moyang, dengan tujuan memuliakan roh-roh nenek moyang yang dianggap baik. Setelah masuknya agama Kristen upacara si gale-gale dilarang karena si gale-gale dianggap sebagai bagian dari kepercayaan animisme, oleh karenanya pada saat sekarang seandainya si gale-gale dipagelarkan fungsinya terlepas dari aslinya yakni hanya sebagai hiburan atau tontonan biasa.
Sarana Pendukung
Upacara si gale-gale dipertunjukkan di halaman rumah orang
yang ditimpa kemalangan, dilengkapi dengan peralatan gondang yang
dibuat sebagai musik pengiring. Patung (boneka) si gale-gale itu didirikan di sebuah peti empat persegi panjang dengan memakai roda
112 guna memudahkan membawa ketempat mana akan dipertunjukkan. Pada bahagian peti yang menghubungkan bagian anggota patung si gale-gale dibuat tali-tali yang fungsinya sebagai alat menggerak-gerakkan patung (boneka) itu dengan cara tarik ulur.
Gerakan-gerakannya disesuaikan dengan irama gondang, sedemikian rupa kelihatan seolah-olah gerakan manusia biasa.
Topeng Batak Tapanuli ( anonim). Bentuk topeng dengan elemen-elemen garis yang ditampilkan kita teringat kepada motif hiasan totem dari ( Afrika dan Irian Jaya), yang memberi kesan dinamik dan menakutkan. (Keterangan gb. 76)
Topeng pada gambar berikut kita melihat penampilan wajah yang lebih ekspresif kaku namun berwibawa. (Keterangan gb. 77)
Dua buah topeng Batak (tapanuli), buatannya lebih halus dengan gaya naturalis anatomis. Eksresi wajah mengarah pada ekspresi manusia biasa.
Topeng sigale-gale versi Batak Simalungun.
Bentuk topeng ini bersamaan motif dengan topeng si gale-gale versi Batak Toba. Hanya dalam kostum kita melihat perbedaan disesuaikan dengan kostum pakaian daerah masing-masing.
Detail wajah tampak memvisualisasikan tempramen wajah yang dapat memberikan kegembiraan orang lain. (Keterangan gb. 79)
Topeng si gale-gale versi Batak Toba pada elustrasi ini tergambar sifat-sifat lain selain fungsional tampak sifat magis, ekspresif dekoratif.
(Keterangan gb. 80) c.Seni Topeng di Daerah Pakpak Dairi
Di daerah Pakpak Dairi seni topeng tidak berapa berkembang jika dibandingkan dengan seni topeng di Simalungun di Karo. Kehadirannya diperkirakan sekitar abad XIX.
Fungsi topeng dipertunjukkan untuk keperluan upacara ritual di samping upacara khusus sebagai hiburan raja-raja. Pada zaman dahulu pertunjukan tari topeng dipakai juga pada upacara kematian dan penobatan raja disamping sebagai penolak bala. Hal itu dapat disaksikan dari pakaian dan perlengkapan yang disebut Katumbut atau sejenis topeng yang bermuka ramah dan bijaksana.
Jelasnya fungsi topeng yang terdapat di daerah Pakpak Dairi
lebih mengarah kepada ritual magis.
d.Seni Topeng di Daerah Karo
Seni topeng (gundala-gundala) seperti yang dimukakan sebelumnya usianya lebih muda jika dibandingkan dengan seni topeng di daerah Simalungun dan Pakpak Daari.
Daerah-daerah di Kabupaten Karo topeng masih banyak dapat
kita temui.
Oleh karenanya seni topeng yang terdapat di daerah Batak umumnya, sebagai contoh diambil Tanah Karo justru potensi seni topeng sampai saat ini masih banyak, kendatipun kegunaanya sudah terlepas dari fungsi semula. Desa-desa di Karo yang masih memiliki topeng tradisional diantaranya:
desa Sukanalu,
desa Juma Padang,
desa Guru Singa,
desa Siberaya,
desa Kubu Colia, dan
desa Lingga.
Seni topeng yang terdapat di daerah Karo diperuntukan bagi keperluan pertunjukan hari-hari besar Nasional di samping keperluan upacara-upacara adat dan tontonan rakyat yang bersifat pendidikan. Selain upacara itu topeng juga dipertunjukkan untuk upacara penolak bala, upacara penanaman benih, penyambutan tamu agung, bagian dari tari dengan iringan gendang tradisional Karo. Pertunjukkan tari topeng tradisional Karo dilakonkan oleh para pemainnya dengan gaya komedi tanpa dialog.
Pertunjukkan topeng,1 dimainkan oleh lima orang yang berperan
sebagai:
raja/panglima,.
permaisuri (kemberahen),
putri raja (anak perempuan),
menantu (kaila), dan
musuh (burung si gurda-gurdi).
Selain fungsi dari yang telah diuraikan di atas, seni topeng tradisional:Karo juga mempunyai fungsi simbolik (perlambang) tersen diri diantara topeng-topeng tradisional Batak lainnya.
Dari hasil ciptaan Pa Trupung yang terkenal dengan seni topeng
seberaya, kita dapati beberapa fungsi yang mengandung pengertian simbolik, seperti yang terdapat pada topeng raja (panglima).
Warna hitam yang disapukan pada wajah topeng merupakan manifestasi yang memberikan kesan magis dan menakutkan, sedang pada bahagian gigi yang ompong dengan alis, kumis, dan jenggot yang memutih adalah simbul ketuaan.
Sapuan warna kuning pada wajah topeng wanita dan perhiasan seperti anting-anting serta gigi yang kelihatan masih sempurna adalah lambang kecantikan dari seorang wanita.
Patung burung si gurda-gurdi (burung enggang) pelengkap dari topeng-topeng di atas adalah lambang kejahatan, dan secara tuntas harus dimusnahkan. Topeng-topeng yang fungsinya sebagai simbol (perlambang) tentang kehidupan (kritik sosial) banyak diungkapkan lewat tari topeng karya Karim Ginting. Jelasnya topeng-topeng buatan Karim Ginting lebih banyak mengantarkan kita kepada dunia pendidikan, moral yang tinggi yang harus diteladani baik anak-anak, remaja dan dewasa.
Gaya Seni Topeng Tradisionil Karo
Topeng dalam istilah Karo disebut gundala-gundala. Topeng ini memiliki gaya (tipe) yang berbeda-beda, walaupun pada garis besarnya mempunyai bentuk dan ujud yang sama.
Dari keseluruhan topeng-topeng yang diketemukan, ditilik dari bentuk dan gayanya dapat dibedakan atas lima macam.
Perbedaan dari ke lima macam bentuk ini didasari oleh daerah dari mana topeng itu diketemukan.
1. Gaya (tipe) seni topeng di desa Lingga.
GAYA TOPENG LINGGA.
2. Gaya Seni Topeng Seberaya Karya Pa Terupung
Pada topeng ini kita melihat ekspresi wajah digambarkan oleh pemahatnya karakter tokoh seorang wanita sebagai maisuri raja yang berbudi luhur. Ia mangagumi suaiminya sebagai panglima yang dapat menaklukan seekor burung yang ganas namun dapat dijinakkan, kendatipun akhirnya burung yang menjadi kesayangan putrinya terpaksa dibunuhnya, karena putri raja yang sangat disayanginya nanar menjadi mangsa burung yang ganas itu. (Keterangan gb. 85)
2. Topeng Kemberahen (Permaisuri Raja)
Gaya pada topeng ini memperlihatkan ekspresi wajah yang lemah lembut, luwes dalam sikap, dan periang. Putri yang ditokohkan pada topeng ini dilengkapi dengan perhiasan anting-anting (kudung-kudung) sehingga kelihatan manis
tampan sebagai putri raja. (Keterangan gb. 86) Pada topeng ini kita melihat perwatakan seorang laki-laki, patuh dan setia pada titah raja. Ekspresi wajah topeng kelihatan penuh ketegangan namun berwibawa.
(Keterangan gb. 87)
Menurut leganda Karo burung ini adalah burung raksasa pemakan manusia. Bentuk paruhnya menyerupai paruh burung raksasa, dengan ekor yang cukup panjang. Burung ini dalam lakon dapat digerakkan oleh pelakonnya sendiri.
(Keterangan gb. 88)
Bagian-bagian lain selain topeng sebagai penutup muka, terdapat patung tangan yang terbuat dari bahan kayu denganposisi jari di bentuk lurus.
Jika diperhatikan bentuk/ corak topeng (gundala-gundala) yang terdapat di daerah Karo, umumnya mengarah pada corak dekoratif. Daya cipta serta variasi pemahatnya menyederhanakan bentuk sedemikian rupa digayakan tanpa mengubah pola dasamya, dan pengambilan gambar ditonjolkan kearah keutuhan motif. Tari gundala-gundala (tari topeng) dipagelarkan di tengah-tengah
masyarakat dalam menyambut hari kemerdekaan 17-8-1945.
3. Gaya Seni Topeng di Desa Kubu Colia (Kabanjahe)
Seni topeng di desa Kubu Colia Karya Pa Milo, ciri-cirinya berbentuk bujur telur terdiri dari topeng pria dan topeng wanita. Pada topeng ini mulai dari kepala sampai kebagian dagu secara keseluruh an terdapat sapuan-sapuan lengkung yang artistik, dalam perwujud an seni topeng plastik.
Ekspresi wajah tergambar pada pewarnaan topeng di samping perwatakan lewat mata, hidung dan mulut yang dipahat melebar pada bagian kiri dan kanan, sehingga susunan gigi jelas terlihat.
Pada topeng pria diberi warna dasar hitam, kemudian warna putih dibuat pada alis, kumis, dan jenggot ditempel secara aplikatif dengan bulu beidar (sejenis kambing hitam), sehingga pada topeng itu memberi warna karakter seorang tokoh ksatria, disamping keseraman wajah dan kewibawaan. Bentuk dagu dibuat memanjang kebawah hingga kebagian dada, seolah-olah seperti lebah bergantung. Simbolisme warna hitam pada topeng buatan Pak Milo mempunyai nilai dan makna yang tinggi, karena sesuai dengan ujud topeng itu, dimana kaitannya mempunyai hubungan dengan kehidupan manusia yang ketergantungan hidupnya pasrah kepada kemurahan dari sesuatu yang lebih tinggi yakni yang dapat memberi sumber air pada waktu kemarau panjang.
Tokoh lain kita melihat topeng wanita (istri raja) dengan sapuan warna dasar kuning, alis dicat hitam melengkung dengan tatapan mata yang mempesona, sehingga ekspresi wajahnya tergambar seorang wanita cantik.
Sesuai dengan kedudukan raja zaman dahulu, atas dasar kekuasaannya ia mudah untuk mendapat permaisuri (istri) gadis-gadis yang masih muda belia.
Bentuk topeng hitam divisualisasikan oleh senimannya kepada karakter (tokoh) seorang raja. Detail topeng kelihatan tatapan mata tajam kedepan sedang alisnya dicat putih sehingga tampak wajah yang menakutkan sesuai dengan fungsi topeng, kumis ditempelkan (aplikasif) dengan bulu kambing hitam, dagunya memanjang kebawah seolah-olah bagai motif topeng yang dekoratip (Keterangan gb. 92)
Topeng berikut diberi warna kuning (Lambang keagungan selaras dengan kedudukannya sebagai puteri raja). Detail topeng diberi hiasan (anting-anting) sedang bentuk wajah oleh senimannya dibuat mengarah kepada seni naturalis, dalam unsur dekoratif, ekspresi , magis. (Keterangan gb. 93) 4. Gaya Seni Topeng Desa Barus Jahe.
Bentuk lain yang hampir bersamaan dengan topeng buatan Pak Milo namun lebih mengarah kepada bentuk naturalis, adalah topeng yang dibuat oleh Pakih Barus. Topeng karya Pakih Barus tidak diberi warna sebagaimana lazimnya topeng-topeng yang biasa dilihat. Selain rautan-rautan yang cukup halus pemahatnya menonjolkan tektur bahan (kayu) sebagai warna. Ekspresi wajah oleh pemahatnya dibentuk sedemikian rupa tanpa mengubah keaslian ekspresi wajah manusia biasa.
Gaya Seni Topeng Jarang uda Berastagi
Dari hasil observasi berdasarkan data dokumentatif perwajahan seni topeng hasil karya Karim Ginting fungsinya khusus yakni sebagai pelengkap peran tentang cerita rakyat dalam penampilan kesenian Karo (teater rakyat).
Lakon topeng dipagelarkan secara humor, namun bertujuan kepada pendidikan, dan sindiran-sindiran ironis, tingkah laku yang kurang senonoh yang sering terjadi di kalangan masyarakat, sombong, angkuh dan lain sebagainya.
Kelompok topeng terdiri dari :
Ale-Ale Jombo | : | Jenis topeng ini dipagelarkan lewat peran yang berpembawaan (lakon) lucu. |
Mata hihim | : | Jenis topeng yang bentuk matanya menonjol (melotot), peran. yang berpembawaan (lakon) orang yang sombong. |
Kera simodong-modong | : | Jenis topeng yang menyerupai wajah kera berperan sebagai tukang ngintip. |
Propusaga | : | Jenis topeng yang menyerupai orang hutan (mawas) berperan sebagai juru damai. |
Impal Ale-ale Jombo | : | Jenis topeng wanita sebagai partner (pacar) ale-ale Jombo. |
Gambar 96
Propusaga digambarkan dalam peran (lakon) orang yang selalu menginginkan perdamaian, sesuai dengan cerita topeng yang disuguhkan dalam judul:
Kera Simondong-mondong (monyet yang kusut pikiran). Topeng divisualisasikan oleh senimannya sebagai lakon tukang ngintip. Pengolahan disain tampak sederhana namun memberi kesan kearah ekspresi wajah yang kusut sesuai tatapan seni primitif. (Keterangan gb. 98)
Ale-Ale Jambo.
Topeng ini diilhami oleh pencptanya sebagai lakon (peran) seorang yang penuh humor(lucu). Namun demikian ia masih mengerti masalah kehidupan kemanusiaan. Bentuknya pahatannya masih terasa gara primitif sungguhpun konsep pengolahannya bertolak dalam bentuk topeng naturalis (Kerangan gb. 99)
Impal Ale-Ale Jambo (kekasih/pacar Ale-Ale Jambo) Lakon topeng ini adalah pendamping kekasihnya (Ale-Ale Jambo), searah sehaluan dalam ide dan pendapat dalam menyelesaikan permasalahan. Diilhami oleh penciptanya peran topeng ini sebagai cermin, kedudukan peradaban seorang wanita, dipahat sederhana tanpa meninggalkan unsur-unsur dekoratif sebagai pola seni primitif.
(Keterangan gb. 100) Sebagai seorang seniman yang kreatif, Karim Ginting masih terus menciptakan topeng-topeng barunya, ini berarti terciptanya pula sebuah lakon cerita yang disesuaikan dengan bentuk topeng yang dibuat empat buah ilustrasi yang diterakan pada halaman berikut ini, Karim Ginting lebih banyak menggambarkan cerita-cerita yang bertujuan untuk pendidikan. Konsepsi topeng oleh senimannya deformasi bentuk hewani, monyet, babi, dan sebagai melengkapi topeng-topengnya ia juga membuat topeng manusia raksasa dengan penonjolan gigi-gigi yang dibuat bertaring dikomposisikan dengan topeng manusia yang tampaknya lebih naturalis, sedemikian rupa menunjukkan hasil kreatifitas seni disamping mempunyai arti yang simbolis.
Bentuk topeng diungkapkan secara impresif oleh senimannya kedalam pola primitif. Kulit kambing hitam, dibuat secara aplikatif membentuk rambut mata dicukil terbelalak, sehingga topeng kelihatan seram menakutkan. Namun dapat memberi inspirasi gaya kearah bentuk topeng yang ideal.
(Keterangan gb. 101 )Topeng pada ilustrasi gambar berikut ini diolah tanpa proporsi anatomis yang realis, kelihatan mata yang dibentuk menyatu dengan hidung mulut yang cukup lebar dengan menonjolkan bentuk gigi yang menerawang membuat topeng kelihatan angker. Pengungkapan maupun ide memberikan inspirasi gaya kepada bentuk seni yang esensial serta arti yang cukup dalam sesuai dengan lakon topeng yang diperankan (Keterangan gb. 102)
Gambar 104
Topeng pada ilustrasi gambar ini lain halnya. Bahan (media) aplikatif, ijuk, benang plastik, pengolahan ekspresi wajah yang digayakan kedalam bentuk manusia hewan, berperan sebagai seorang yang suka mengadudombakan sesamanya, berambisi, egoistis tanpa perduli terhadap orang lain. Form yang dieksploatir kedalam bentuk topeng ini, serta lakon yang diperankan senimannya mengajak kita untuk tidak meniru sifat-sifat yang kurang baik itu.
Pada uraian terdahulu, dijelaskan bahwa seni topeng dipakai sebagai persembahan guna menghormati nenek moyang, disamping tujuan lain guna tercapainya cita-cita seperti meminta hujan pada musim kemarau.
Upacara ritual seperti yang diuraikan di aatas umumnya ditarikan dengan iringan gendang dan sarunai juga dinyanyikan lewat syair dan lagu sebagai berikut
Tembut-tembut Pak Ndokar
Mbiar aku matana
Matana si pinggan-pinggan
Dibata udan ko wari.
terjemahan:
Topeng-topeng Pa' Ndo kar
Takut aku melihat matanya
Yang melotot seperti pinggan
O Tuhan turunkanlah hujan.
Dengan demikian topeng-topeng yang telah diuraikan, memiliki sifat perwatakan menurut peran yang dibawakan oleh jenis topeng itu, sehingga lakon (cerita) itu tergambar melalui ekspresi wajah topeng-topeng yang ditampilkan seperti wajah yang manis, yang gagah, sedih, dan menyeramkan.
Bagian lain jika diartikan bait terakhir nyanyian dalam meminta hujan, jelas bahwa topeng adalah salah satu bagian dari kepercayaan sesuai dengan fungsinya semula yang bersifat relegius, atau media untuk melaksanakan ritus pemujaan terhadap nenek moyang disamping sarana untuk upacara kematian.
Pertunjukkan topeng sebagai teater tradisional karya Karim Ginting, justru tema yang diketengahkan banyak hubungannya dalam mencapai kesempurnaan hidup, sampai sekarang masih tetap dipertahankan sebagai salah satu hasil kesenian tradisional Karo.
Akhirnya teater topeng itu menjadi pertunjukkan rakyat yang sa
ngat populer, mulai dari desa sampai kekota-kota. Di segi lain seperti yang telah dikemukakan terdahulu bahwa pandangan hidup yang utama yang melandasi sikap masyarakat Batak, menunjukkan kesetiaan akan adat dan tradisi disamping kepercayaan di dalam mengisi kebutuhan spriritual, antara lain sarana pada waktu melakukan ritus keagamaan (kepercayaan) terhadap ritus nenek moyang, dan sarana-sarana lain seperti pendidikan dan etika kehidupan. Hal inilah yang menyebabkan bahwa fungsi topeng Batak pada umumnya mengandung fungsi magis dan religius, lebih dari pada itu fungsi topeng itu dianggap sebagai alat yang dapat memberi keberkatan dan pelindung kerajaan. Kesenian tradisional masyarakat Batak yang terdiri dari berbagai suku terutama di daerah pedesaan, seni topeng sebagai warisan leluhur nenek moyang tidak hanya dipakai sebagai ritus keagamaan, tetapi dibuat juga sebagai gambaran kehadiran nenek moyang, disamping alat (sarana) pemanggil roh-roh leluhur yang dianggap sakti dikala masyarakat (penduduk) di pedesaan itu ditimpa malapetaka seperti kemarau yang panjang yang dapat memusnahkan hasil pertanian, penyakit, dan kematian.
––––––––––––––––––––––––
12) Kuswadji Kawindra Susanto dan Rachma di RS, Sekelumit Sejarah Topeng Indonesia, Topeng-topeng Klasik Indonesia, Panitia Topeng Klasik Indonesia, Art Gallery Seni Sono, Yogyakarta, 20 - 31 Mai 1970, halaman 7.
––––––––––––––––––––––––
13). Sudaryono, Drs., Sarana-sarana Memeliharan Dan Melindungi Seni Rakyat Indonesia, Pidato pada upacara Dies Natalis ke 21 STSRI, ASRI Yogyakarta, Januari 1971 halaman 4.
14). A.W. Turnip, Drs., Primitive Art IKIP, Medan, 1976/1977, halaman 12 Property yang digunakan adalah topeng motif antropormofis dan motif zoomorfis diukir secara dekoratif oleh pemahatnya yang terdiri dari:
topeng hitam (topeng raja atau penglima),
topeng wanita {permaisuri raja),
topeng putri raja,
topeng laki-laki (menantu raja), dan
topeng burung (berperan sebagai musuh).Sarunai
gendang
gendang penganak
gung
penganaki (gung kecil) canang.Lagu persentabin (tari persembahan untuk roh leluhur nenek moyang).
lagu persembahan kepada pengetua adat/raja adat.
lagu perang-perang
lagu tak tergut
lagu perang tua-tua (lagu penutup)- Seni topeng dapat digolongkan kepada seni plastis diciptakan sedemikian rupa sebagi sarana pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang yang dapat memberikan keberkatan seperti meminta hujan dikala musim kemarau yang panjang;
- Seni topeng dibuat sebagai sarana pelengkap seni tari tradisional Batak dalam upacara-upacara:
Kematian,
Hiburan rakyat,
Penyambutan orang-orang terkemuka, dan
Menyambut hari-hari besar Nasional.
disamping dibuat sebagai alat dekorasi dan hasil kerajinan untuk konsumsi wisatawan-wisatawan dalam dan luar negeri (wisatawan asing), - Seni topeng dipergelarkan sebagai bahan apresiasi tentang kehidupan masyarakat zaman dahulu yang umumnya menganut agama (kepercayaan) animisme,
- Seni topeng sebagai seni tradisional masyarakat Batak khususnya, masyarakat Indonesia umumnya turut mempengaruhi wisatawan untuk lebih mengenal seni tradisional suku-suku di Indonesia,dan
- Seni topeng termasuk hasil kesenian daerah yang menjadi dasar kebudayaan nasional.