Si Djamin dan Si Djohan/Bagian 2

BAGIAN KE II.

PIKIR DAHOELOE PENDAPATAN, SESAL KEMOEDIJAN TIJADA BERGOENA.

——————

„Ada ija tidoer semalam?" tanja toewan dokter dengan soewara perlahan-lahan, kepada mandoer jang berdiri didekat seboewah tempat-tidoer. Diatas tempat-tidoer itoe terhantar seorang-orang sakit. Moekanja poetjat, kepala dan dadanja berlilit dengan kain poetih.

„Ja, toewan," djawab mandoer itoe dengan hormatnja; dari poekoel sembilan sampai poekoel doewa; dari poekoel doewa sampai poekoel tiga léwat ija mengadoeh-adoeh sadja kesakitan; soedah itoe sampai sekarang jja lidoer kembali dengan senang."

„Bagoes, bagoes" kata dokter itoe poela, laloe ija menghampiri tempat-tidoer itoe, seraja mengamat-amati orang sakit itoe. „Ja, betoel! Tetapi kamoe haroes mendjaga dija dengan hati-hati; obat jang dalam botol itoe ta' oesah dipakai lagi!"

Sesoedah itoe dokter itoepoen pergilah ke kamar jang lain.

Adapoen orang jang sakit itoe ijalah Bèrtes. Pada perkelahian malam hari itoe ija mendapat loeka tiga lijang, doewa di kepala dan satoe di dadanja; loeka jang di dada itoe parah sekali, kena ditikam dengan réntjong Atjéh jang berbisa, tepat dibawah roesoek jang kelima pada sebelah kanan.

Oléh sebab parahnja loeka itoe, tijadalah ija dapat bergerak dari tempat-tidoernja. Tiga minggoe lamanja, dari sehari ke sehari ija terhantar sadja diatas tempat tidoer. Sehabis peperangan jang besar itoe Bèrtes serta empat lima orang kawannja mendapat kenaikan pangkat mendjadi sersan, karena keberaniannja dalam peperangan itoe. Sekarang baroelah Bèrtes mendapat kenang-kenangan dan impi-impiannja jang telah bertahoen-tahoen didalam hatinja itoe. Akan tetapi dengan bajaran djoega ija beroléh jang ditjita-tjitanja štoe, ja'ni dibelinja dengan darahnja jang tertoempah ke boemi, boekan sedikit banjaknja; tambahan poela dengan kesakitan jang tijada terkira-kira. Adapoen waktoe jang tiga minggoe itoe adalah lebih lama pada perasaan Bértes daripada doewa poeloeh satoe hari, ja, lebih lama lagi dari doewa poeloeh satoe minggoe di waktoe ija séhat dan 'afijat adanja. Selama ija terletak di tempat-tidoer itoe, ija merasa dirinja amat tjelaka. Sehari-hari ija berpikir-pikir mengingatkan waktoe jang telah laloe, waktoe ija ketjil dipeliharakan orang toewanja. Maka terkenang ija akan iboenja. Sekarang ija sedang sakit, dipeliharakan orang di roemah-sakit; akan tetapi tijadalah soewatoe apa jang menghiboerkan hatinja. Kalau ija mengerang tijadalah orang jang bertanja „dimanà jang sakit”, ataupoen menoendjoekkan belas-kasihan, sebagai perboewatan orang toewanja, waktoe ija sakit di negerinja. Betoel ija mendapat obat dan makan dengan tjoekoep, tetapi tidaklah ija beroléh pemeliharaan jang dengan tjinta dan sajang seperti orang-toewa memeliharakan anaknja. Dari sehari ke sehari makinlah terkenang oleh Bèrtes ketjintaan orang toewanja, jang tijada terhingga itoe.

Pada soewatoe malam, sedang ija doedoek-doedoek bersandar pada bantal jang disoesoennja, terkenang poela ija kepada orangtoewanja. Didalam roemah sakit itoe telah soenji dan senjap; semoewa orang tidoer njenjak dibawah selimoet jang tebal, karena malam itoe amat dingin adanja. Keadaan jang sepi dalam roemah sakit itoe dan soewara angin jang meraoeng disertaï hoedjan jang djatoeh rintik-rintik itoepoen merawankan hatinja, sedang ija doedoek terkenangkan kampoeng dan halaman, tempat ija tinggal tatkala hari moedanja. Perasaannja resah dan sedih; matanja tijada hendak tertidoer, karena kenang-kenangan, jang selaloe berkisar-kisar dalam otak-benaknja. Maka pada waktoe itoe tampaklah oléh mata hatinja bajang-bajang iboenja jang toewa, tempat ja berdosa dan doerhaka. Telah doewabelas tahoen ija meninggalkan tanah-airnja, beloem pernah ija berkirim kabar kepada iboenja itoe, jang doedoek dengan masgoelnja memikirkan anaknja jang toenggal itoe. Dengan kedoewa belah tangan menoetoep moekanja, Bèrtespoen menangislah tersedoe-sedoe dengan amat menjesalnja. Sekarang baroelah ija mengetahoei dosanja jang besar itoe. Setelah sedjoeroes lamanja ija menangis, maka berkatalah ija seraja bersoempah: „Ja Allah, ja Rabbi, ampoenilah kiranja dosa hamba kepada iboe hamba itoe; telah mengetahoeilah hamba, tijada dapat hamba hidoep dengan selamat diatas doenija, sebeloem Toehan jang amat pengasih meloepakan kesalahan hamba itoe, dan berdjandjilah hamba akan mengoebah pikiran hamba jang sesat sekijan lama ini. Ja iboe jang tertjinta, moga-moga Toehan jang esa melandjoetkan oesija iboe dan mempertemoekan antara kita, soepaja anak jang melarat ini membalas tjinta dan kasih iboe jang telah anak toepakan sekijan lama ini. Ja, iboe, ampoenilah dosa anak jang doerhaka ini; bersoempahlah saja sekarang kepada Allah Toehan sarwa sekalijan ‘alam, tobat saja daripada perboewatan jang tijada merdésa*) itoe; moelai dari hari ini ijadalah anak maoe berljerai dengan boenda lagi, meskipoen kemana anak pergi; soesah dan senang apa jang anak peroléh boenda terimalah dengan hati jang réla."

Setelah berkata demikijan itoe disapoenjalah 'air matanja dengan sapoe tangan, jang terletak di médja ketjil disebelah tempat-tidoer itoe. Adapoen akan perasaan hatinja pada waktoe itoe senang dan soeka. Akan tetapi sedang ija mengatoer bantal dan membentangkan selimoetnja, tiba-tiba ija mendengar soewara didalam hatinja berkata: Bèrtes, Bértes! Saja sjoekoer dan bersenang hati, tetapi. . . . . . . .tetapi soedah telandjoer!!!"

Bèrtes tijada mengerti soewara apa jang berboenji itoe.

Nèng, nèng, nèng, boenji lontjèng tangsi. Maka tijada berapa lama Bèrtespoen tidoerlah dengan lelapnja. Ketika ija bangoen terkedjoetlah ija, karena matahari telah tinggi.

„Ah, saja soedah terlambat bangoen pagi ini", katanja, laloe ija doedoek seraja melipat selimoetnja, kemoedijan mentjoetji moekanja dengan air, jang baroe dibawa mandoer roemah-sakit itoe. Sesoedah ija bertjoetji moeka, ijapoen merasa badannja amat segar lebih daripada jang soedah-soedah. Roepanja tidoer jang njenjak semalam itoe mengoewatkan badannja, maka sekarang dapatlah ja berdjalan dari tempat tidoernja ke médja makan, jang telah teratoer makanan diatasnja seperti bijasa.

Sesoedan habis ija makan, berdjalanlah ija dengan lambat-lambat, hendak doedoek keatas kerosi pandjang, didepan kamarnja.

Dengan kaki teloendjoer ja berbaring diatas kerosi itoe seraja memandang keloewar, kesebelah depan, tempat kajoe dan pohon boenga-boengaan jang mengeloewarkan baoe jang sedap-sedap

——————

*). Merdésa artinja, santoen, sopan pemoerah dan tahoe akan jang patoet. serta haroem-haroem. Boeroeng-boeroeng jang menijari mangsanja merajap dari pokok jang satoe ke pohon jang lain, serta dengan rijangnja. Koembang dan koepoe-koepoepoen beterbanganlah pada boenga-boengaan jang sedang berkembangan, mentjari manisan jang sedap-sedap. Pemandangan jáng permai itoe sebagai penglipoer hati kepada Bèrtes. Moekanjapoen berseri-serilah dan matanja berkilat-kilat menoendjoekkan kesoekaan jang tersimpan dalam dadanja. Sekijan lama ini beloem pernah sekali ija merasa soeka dan senang sebagai itoe. Dengan napas jang pandjang ija mengisap rokoknja serta menghemboeskan asap keatas, dan melihatkan asap rokoknja, jang perlahan-lahan naik ke oedara itoe. Lama ija memikirkan dengan djalan manakah ija akan dapat menjenangkan iboenja jang toewa itoe. Kesoedahan timbangannja, ditetapkannja ija akan memesankan iboenja itoe, soepaja datang hidoep bersama-sama dengan dija dan ija hendak mentjari seorang perempoewan jang baik hati akan dikawininja oentoek memeliharakan iboenja itoe, kalau ija pergi ke negeri lain-lain, sebagaimana kebijasaan serdadoe.

Adapoen pikiran Bèrtes, sekarang ja telah mendapat pangkat jang lebih tinggi, ja'itoe sersan, sehingga dapatlah ija membelandjaï bini dan iboenja dengan sederhananja. Akan tetapi sebentar-sebentar ija terpikirkan, akan apakah gerangan arti soewara jang semalam itoe: „tetapi. . . . . . .tetapi. . . . . . . . . . .soedah telandjoer!"

Sjahdan adalah kira-kira seboelan sesoedah ija semboeh, maka pada soewatoe hari petang hari, sedang ija doedoek didepan roemahnja, datanglah seorang opas pos mendapatkan dija. Orang itoe memboeka tasnja*), laloe memberikan sepoeljoek soerat, bertjap nama kampoenguja, Saparoewa: Dengan berdebar-debar hati Bèrtes menerima soerat itoe, laloe masoek kedalam hendak membatja.

Dalam soerat itoe mamaknja**) memberi tahoe, bahwa iboe si Bèrtes telah meninggal doenija. Demi ija membalja soerat

——————
itoe lemaklah segala toelang sendinja, maka ijapoen djatoeh pingsan. Setelah ija sejoeman kembali akan dirinja, menangislah ija dengan tijada berkepoetoesan serta dengan sesalnja jang tijada terhingga. Akan tetapi sesal itoe tijada bergoena lagi.

„Soedahlah telandjoer", sebagai kata soewara jang didengarnja pada malam itoe.

Karena mengingatkan hal Bertes inilah, maka saja toeliskan dipangkal bagian ini: Pikir dahoeloe pendapatan, sesal kemoedijan tijada bergoena.

Insaflah akan diri toewan, hai pembatja! Djanganlah sekali-kali kita meloepakan iboe-bapa kita. Boekankah terseboet dalam agama, bahwa orang jang doerhaka kepada orang toewanja itoe tijada selamat kehidoepannja dalam doenija? Begitoe djoega hal Bèrtes dibelakang hari.

Sjahdan kehendak Bérles akan memesankan iboenja itoe dari Saparoewa tijadalah dapat lagi dilakoekannja, karena iboe, itoe telah meninggalkan doenija jang fana ini dan pergi beristirahat di negeri jang baka, terlepas daripada segala beban jang berat-berat, jang dipikoelnja selama ija di doenija.

Perasaan Bèrtespoen sehari-hari bertambah soesah, karena ija beloem dapat meminta ampoen kepada Iboenja. Mangkin dikenangkannja, mangkin diketahoeinja, bahwa ija beroetang besar kepada iboenja itoe, jang tijada dapat dibajarnja lagi.

,,Barangkali iboe mati karena kedoekaan atas perboewatan saja; berapakah dosa saja kepadanja, karena saja ta' dapat menoendjoekkan tobat saja daripada kesalahan itoe. Sijapakah dapat membersihkan diri saja daripada dosa jang besar itoe? Bagaimanakah gerangan djadinja dibelakang hari ?" Demikijanlah beroelang-oelang Bèrtes berkata didalam hatinja, bila ija mengingatkan iboenja itoe.

Maksoednja jang kedoewa hendak kawin itoelah sekarang jang dapat disampaikannja, karena ija telah merasai, banjaklah soesah dan bentjananja orang jang hidoep seorang diri, tijada beristeri itoe. Tambahan poela koerang patoet kehidoepan jang seroepa itoe di mata orang banjak.

Seorang perempoewan anak seorang sersan toewa, kawan sekampoengnja, itoelah jang disetoedjoei hati Bèrtes. Anak dara itoe Mina namanja, adalahı sederhana parasnja, boedi-pekertinja baik. Meskipoen ja boekan daripada orang besar-besar atau orang baik-baik, akan tetapi tabi'atnja moelija dan toetoer-katanja adalah manis serta dengan lemah-lemboetnja.

Lima tahoen lamanja ija hidoep bersama dengan isterinja itoe dalam sedjahtera dan bahagija, maka mereka itoepoen telah beroléh doewa orang anak laki-laki dengan selamatnja. Kelahiran anak- anak itoe, si Djamin dan si Djohan, menambah koewat djoega ketjintaan antara kedoewa laki-bini iloe.

Akan tetapi malang ta' dapat ditolak, moedjoer ta' dapat diraih, kesedjahteraan kehidoepan roemah-tangga itoe tidaklah akan kekal roepanja.

Selama Bèrtes bekerdja di Kota-Radja ija amat soeka berkawan-kawan dengan beberapa orang boewaja darat pemaboek. Oléh pertjampoeran itoe dengan perlahan-lahan ija terbawa-bawa ke djoerang jang dalam. Lama-kelamaan ijapoen terbijasalah meniroe kebijasaan kawan-kawannja jang soedah mendjadi boedak alkohol itoe. Beberapa kali si Mina melarang dija sepergi sedatang dengan orang-orang pemaboek itoe, akan tetapi Bèrtes mengabaikan djoega bahaja jang menanti-nantikan dija itoe. Dengan hal jang demikijan itoe ija mendjadi pemaboek, tijada dapat lagi melawan napsoenja kepada minoeman keras, air naraka itoe, jang mentjelakakan diri dan djiwanja.

Kitapoen tentoe tijada héran, karena barang sijapa jang berkampoeng-kampoeng dengan orang djahat-djahat itoe tentoe roesak djoega achir-achir kelaknja.

Hatta maka semakin lama semakin djaoeh Bèrtes tersesat daripada djalan jang baik dan tijadalah ija mengindahkan lagi akan dirinja. Kesehatan toeboehnja makin koerang; dari sehari ke sehari ija bertambah koeroes dan tijada berapa lama, ijapoen mendapat penjakit biri-biri kering. Berboelan-boelan lamanja ija diobati dokter, tetapi tijada tertolong, hanja bertambah lama bertambah keras djoega penjakit itoe. Kesoedahannja ija terkirim ke Betawi, karena sepandjang timbangan dokter barangkali ija semboeh kalau bertoekar hawa, pindah ke negeri lain. Dengan selamat ija sampai di Betawi dengan anak-isterinja. Enam boelan lamanja ija berobat di roemah sakit militèr di Betawi baroelah semboeh. Tetapi ija diperhentikan dari pekerdjaan militèr, karena badannja tijada koewat lagi. Akan poelang ke negerinja ija maloe, karena sepésérpoen ija tijada beroewang, tambahan poela telah beberapa tahoen ja tijada pernah berkirim soerat kepada kaoemkeloewarganja.

Kota Betawi itoelah jang dipilihnja akan tempat kedijaman, Karena di kota jang besar itoe fijadalah ada orang jang dimaloeinja dan djaranglah orang mengetahoei kemiskinannja itoe.

Dengan oewang pensijoen jang sederhana dan gadji jang diperoléhnja dengan pekerdjaan jang ringan, jang ditjarinja kemoedijan daripada ija lepas itoe, dapatlah ija hidoep dengan sederhana dengan bini serta anaknja jang berdoewa, Djamin dan Djohan, dalam roemahnja di Prinseslaan itoe.

Dalam tahoen jang pertama hidoeplah ija dengan selamat bersama anak-bininja. lja tijada meloepakan semoewa nasihat bininja jang bidjaksana itoe, karena ija telah merasa tjelaka dan sengsara jang ditanggoengkannja sedjak dari Ajtéh itoe. Minapoen tijada melepakan kewadjibannja, mengoeroes roemah-tangganja, memeliharakan anaknja dan menghiboerkan hati lakinja. Apabila Bèrtes poelang dari kerdjanja, maka Minapoen soedah sedija menanti didepan roemah dengan moeka jang manis. Dengan segera sesoedah lakinja mandi ija menjedijakan makanan; dengan soewara lemah lemboet disertai senjoem-simpoel jang manis ija mempersilakan dija akan makan.

Demikijanlah hal Bèrtes dengan anak-bininja sampai lebih setahoen, semendjak ija menetap bertempat di Betawi; kembalilah roepanja kesenangan dan kesedjahteraan diatas roemah-tangga itoe. Akan tetapi dalam taheen jäng kedoewa kelihatan peroebahan pada moeka si Mina itoe. Kelakoean Bèrtes telah moelai beroebah. Atjap kali ija terlambat poelang ke roemah daripada pekerdjaan sampai djaoeh malam hari. Maka kelihatanlah awan kedoekaan menoetoep paras si Mína, apabila ija doedoek termenoeng menantikan lakinja poelang. Ija telah tahoe, inilah jang akan mendatangkan kemelaratan bagi soewaminja nanti. Akan tetapi soesah hatinja itoe tijada ditampakkannja, bila soewaminja di roemah. Dengan seboléh-boléhnja ija menjemboenjikan was-was dan ketakoetan jang terkandoeng dalam hatinja itoe, djikalau Bértes terlampau lambat poelang ke roemah itoe. Dengan soewara jang lemboet Mina menegoer dija. Mina adalah seorang perempoewan jang bidjaksana. Djika ija memberi nasihat kepada soewaminja, selamanja dengan perkataan lemah-lemboet, dan nafsoe marahnja ditahannja, karena ija mengerti, bahwa perempoewan itoe haroes berkata dengan lemah-lemboet serta dengan poedjoekan, kalau meminta atau melarangkan apa-apa perboewatan soewaminja itoe. Poedjoek dan rajoe perempoewan itoelah jang dapat melemboetkan hati laki-laki meskipoen waktoe marahnja. Akan kata melawan dan memaksa nistjaja mendjadikan si laki keras kepala. Akan tetapi semoewa daja-oepaja si Mina akan memperbaiki tabi'at lakinja itoe tijadalah berhasil. Kerap kali Bèrtes tinggal diloewar semalam-malaman tijada poelang dan Minapoen tinggallah diroemah dengan doekatjitanja.

Dimanakah Bèrtes tinggal semalam-malaman itoe ?

Ja, 'adat dan kebijasaan jang lama soesah dioebah. Meskipoen pokok ratjoen jang telah beroerat-berakar dalam hati manoesija telah dipotong, kalau orang itoe lalai dan bebal membijarkan akar pohon kajoe itoe bertoenas kembali didalam hatinja, tentoe lambat-laoen toenas itoe toemboeh dengan soeboer dan besar dan lebih berbahaja lagi daripada dahoeloenja. Akan tetapi bila toenasnja itoe selaloe diboenoeh dan orang itoe beroesaha mentjaboetkan akar-akar jang tinggal itoe, tentoe lambat-laoen pohon itoe matilah dan ratjoennja jang bisa itoepoen habislah terboewang dari pikiran.

Setelah Bèrtes beberapa lama di Betawi moelaïlah ija beladjar kenal dengan orang pemaboek. Sekali-sekali ija pergi ke seboewah roemah di pasar Senén, jang ada tertoelis diatas pintoenja dengan hoeroef jang besar-besar serta dengan terangnja perkataan :

CAFÉ.

Disitoelah ija doedoek bertjakap-tjakap menghadapi gelas jang berisi sopi atau berandi.

Sajang ! sajang ! seriboe kali sajang !

Kerap kali si Mina tijada dapat tidoer semalam-malam hari ; air matanja mengalir ke bantalnja ; ija menangis dengan tijada bersoewara, soepaja djangan kedengaran oléh anaknja jang doewa itoe, jang tidoer dengan njenjaknja. Anak-anak itoe tijada mengetahoei dan tijada merasaï apa-apa jang ditanggoengkan iboenja jang baik hati itoe. Kadang-kadang si Mina bertanja didalam hatinja, apakah gerangan kesalahannja maka lakinja itoe soeka tinggal diloewar. Koerangkah ija memeliharakan roemah-tangganja seperti jang patoet dan menoeroet kemaoean lakinja itoe ? Akan tetapi berapapoen dipikirkannja, tijadalah dapat ija mengetahoei soewatoe kesalahan, jang barangkali boléh mendjadi sebab akan kelakoean Bèrtes itoe. Meskipoen Bèrtes berkelakoean salah, bermoeka masam dan berkata dengan marah -marah, si Mina dapat djoega memaksa dirinja dan menoendjoekkan moeka jang djernih seperti bijasa dan sembarang kesalahan Bèrtes ditoendjoekkannja dengan djalan jang lemah-lemboet. Akan tetapi segala nasihatnja jang baik-baik itoe sija-sija sadja. Boekannja Bèrtes bertambah baik, melainkan bertambah dalam djoega ija tenggelam kedalam laoetan kedjahatan itoe.

Sekali peristiwa pada soewatoe hari datanglah seorang sahabat mendapatkan si Mina itoe pada petang hari mentjeriterakan, bahwa pada soewatoe malam ija melihat Bèrtes menonton gambar hidoep *) bersama-sama dengan seorang perempoewan. Ketika si Mina mendengar kabar itoe, beroebahlah air moekanja. Perasaannja sebagi disambar kilat hatinja, akan tetapi tijada ditoendjoekkannja kepada barang sijapapoen djoewa.

Besok paginja datanglah si Bèrtes dengan moeka jang merah, karena ija masih setengah mabok. Melihat hal itoe tijadalah dapat lagi si Mina menahankan hatinja. Sebagai api dan belérang jang berkoempoel koempoel dalam goenoeng berapi, sebab kepoendannja tertoetoep dengan batoe-batoe, tiba-tiba meletoes keloewar memantjar kekanan-kiri, begitoelah halnja napsoe amarah jang berkoempoel-koempoel selama ini didalam hati si Mina menjemboer keloewar. Kata jang tadjam-tadjam dan pedas-pedas berhamboeran dari moeloetnja mendjadikan Bèrtes seperti orang gila. Maka kedjadian akibat jang ngeri dan sedih. Dengan gementar sebab marahnja Bèrtes melompat menjerang bininja, laloe ditindjoenja dan diterdjangkannja, tepat pada dadanja. Perempoewan jang malang itoe djatoehlah terbalik-balik sehingga pingsan, tijada ingatkan dirinja.

Sedjak dari waktoe itoe roepa si Mina beroebah mendjadi poetjat dan koeroes. Sebentar-sebentar ija batoek-batoek kering. Kerap kali pada waktoe malam, apabila anaknja jang dikasihinja soedah tidoer, tinggallah ija sendiri. Maka ditekankannja kedoewa belah tangannja kepada dadanja, karena sakit serta sesak napasnja.

______
Ija mengerang dan mengeloeh perlahan-lahan, soepaja anaknja djangan terkedjoet.

Apa jang telah terdjadi dan apa-apa penanggoengannja itoe dirasijakannja, soepaja djangan diketahoei orang lain. Mina seorang iboe jang berpikiran dan tabi'atnja moelija, itoelah soedah kita ketahoei, ja pembatja!

Demikijantah beberapa lama ija hidoep seolah-olah ta' hidoep, karena penjakit dadanja itoe makin sangat dan ija membatoekkan darah. Akan tetapi seorangpoen tijada mengetahoei apa sebabnja dan dari mana tiba-tiba datang penjakitnja itoe.

Pada soewatoe hari pagi-pagi datanglah orang berkeroemoen ke roemah si Mina itoe. Anaknja jang berdoewa itoe telah memberi tahoe kepada orang-orang tetangga, bahwa emaknja tidak dapat bangoen, sebab badannja lemah dan letih dan ija selaloe batoek-batoek dengan tijada berhenti-henti.

Hari itoe djoega ija dibawa ke roemah sakit. Penjakitnja tijada berkoerang-koerang, melainkan bertambah-tambah mendjadi djoega. Ésok malamnja ijapoen meninggal doenija dihadapan anaknja berdoewa itoe. Bèrtes ditjari orang kemana-mana tijada bertemoe, sehingga tijadalah ija melihat bininja poetoes.

Si Mina telah berpindah dari doenija jang fana, tempat ija menanggoengkan sengsara sampai kepada adjalnja. Soewatoepoen tijada ada pesannja kepada lakinja ; kesalahan si Bèrtespoen tijada, sempat lagi diampoeninja. Iboe jang setija itoe menoetoepkan matanja dengan pikiran jang soetji dan ichlas; pada perasaannja tijadalah ija berdosa kepada anak dan lakinja; kewadjiban iboe selamanja didjoendjoengnja tinggi sampai kepada penghabisan 'oemoernja itoe. Boekankah tendang dan tindjoe lakinja jang mengantarkan dija ke pintoe koeboer? Akan tetapi semoewanja itoe dirasijakannja, soepaja lakinja itoe djangan mendapat hoekoeman berat. Ija tijada berhenti meminta kepada Toehan jang maha koewasa, soepaja Bértes mendjadi orang jang baik dan memeliharakan anaknja dengan sepertinja.

Sijapakah jang tijada menangis mendengar perkataan si Mina itoe kepada anaknja berdoewa, waktoe ija hendak meninggal ? Hati sijapakah jang tijada piloe dan sedih melihatkan si Mina itoe memeloek dan mentjijoem si Djamin bidji matanja dan si Djohan tangkai kalboenja itoe ? „Ja Allah Chalikoe'l 'alam! Kehendakmoe soedah berlakoe atas hambamoe. Réla hambamoe meninggalkan doenija, akan tetapi hendaklah tanganmoe jang pengasihan itoe menlindoengi anak pijatoe ini; ampoenilah dosa soewamikoe dan pimpinlah dija ke djalan jang benar!” Begitoelah kata penghabisan jang keloewar dari moeloet perempoewan jang roebijah*) itoe dan......... njawanjapoen melajanglah.

Adakah Bertes menjesal sesoedah bininja itoe meninggal? Adakah ija tobat daripada kelakoeannja jang berdosa itoe? Tijadalah dapat kita katakan.

Akan tetapi orang loewaran telah mengetahoei hal kelakoeannja jang koerang senonoh itoe. Saban malam ija berdjalan tijada berketentoean. Kerap kali ija dibawa poelisi ke roemahnja, sebab ja kerap kali berdjalan ditengah djalan dengan gajang, karena maboeknja.

Ta' berapa hari sepeninggal si Mina datanglah si Inem, ja'itoe perempoewan jang mémang soedah mendjadi gendak si Bèrtes dari sedjak hidoepnja si Mina itoe, ke roemah di Prinseslaan akan menggantikan jang meninggal itoe.

Sedjak waktoe itoe amatlah beroebah keadaan roemah-tangga si Bèrtes. Halaman roemah itoe didepan dan belakang, jang doeloenja bersih, mendjadi kotor. Bila Bèrtes kembali dari pekerdjaannja tijadalah orang menantikan dija didepan roemah dengan moeka manis sebagai dahoeloe. Waktoe makan tijada lagi teratoer, sehingga kadang-kadang si Bèrtes terlambat sampai di tempat pekerdjaannja, karena si Inem terlambat menjedijakan makanan pagi. Pakaian anaknja jang doewa itoepoen tijada diganti dan ditjoetji lagi apabila kotor, dan djika kojak-kojak tijada pernah didjahit atau didjeroemat lagi. Maka tijadalah héran oewang jang terpakai makin banjak, karena Inem tijadą tahoe berbelandja, dan lagi ija tijada mengingatkan hari ésok; berapa-berapa pendapatan Bèrtes habislah dibelandjakannja.

Dahoeloenja meskipoen tijada banjak, akan tetapi dapat djoega si, Mina menjimpan lebih-lebihnja, karena ija memikirkan hari kemoedijan. Sekarang oewang jang tersimpan dari dahoeloe itoe telah habis, dan oetang di waroengpoen toemboehlah. Bila Bèrtes memberikan wang gadjinja kepada si Inem tijadalah boléh


diharapkan lagi akan lebihnja pada penghabisan boelan; kebalikannja oetang djoega jang bertambah banjak. Demikijanlah halnja si Bèrtes. Segala pentjariannja seperti hoedjan djatoeh diatas pasir adanja; meskipoen berapa lebatnja tijada djoega mengalir, sebab ditelan oléh pasir itoe. Si Bèrtes tijada ada lagi jang menahan atau melarang dija, meskipoen ija tinggal maboek diloewar semalam-malaman. Apabila ija tijada di roemah, si Inem tidoerlah sehari-harian, maboek mengisap tjandoe. Demikijanlah halnja sehari-hari, sehingga keadaan roemah itoe dan anak anakpoen bertoekarlah sebagai pertoekaran sijang dengan malam. Dahoeloe terkadang-kadang kedengaran djoega soewara orang tertawa di roemah itoe, sekarang melainkan pertengkaranlah jang kedengaran hampir tijap-tijap hari antara Bèrtes dengan Inem, ada jang sampai berkelahi.

Perkakas roemah dan pakaian jang ditinggalkan si Mina berangsoer-angsoerlah sehelai-sehelai ke roemah-gadai, sehingga tijada jang ketinggalan lagi lain daripada pekakas jang telah terseboet di permoelaan ijerita ini.

Hatta apabila Bèrtes tijada maboek dan pikirannja segar dan tenang, ija merasailah kemiskinan jang dideritakannja itoe. Maka ijapoen menjesallah dan menempelaki akan si Inem, jang djadi asal ketjelakaannja itoe. Akan tetapi si Inem seorang perempoewan jang bantahan; dija lijada takoet melawan perkataan si Bèrtes, dan tijadalah maoe mengalah.

Dengan hal jang demikijan itoe hal si Bèrtes bertambah-tambah djoega roesaknja dan ketjintaan hatinja kepada anaknja berkoerang-koeranglah, sehingga kesoedahannja hampir tijada diindahkannja lagi. Inem, pengganti iboe si Djamin dan si Djohan itoe berboewat sesoeka-soekanja kepada anak kedoewa bersaudara itoe. Pekerdjaan jang tijada patoet-patoet bagi anak-anak, disoeroehkannja kerdjakan oléh si Djamin. Maka djikalau boedak itoe terlambat atau terlalai sedikit sampal hati si Inem itoe menempéléng dan memaki maki akan dija. Kalau ada barang soewatoe pekerdjaan, meskipoen soedak djaoeh malam, tijada boléh ija pergi tidoer, sebeloem pekerdjaan itoe soedah. Pagi-pagi sekali sedang ija tidoer njenjak, si Inem membangoenkan dija dengan lakoe jang kasar dan bengis, sebagai kepada boedak belian; kalau boedak itoe ta' lekas berdiri sebab masih beloem poewas tidoer, perempoewan tjelaka itoe menarikkan dija dengan keras darl tempat-tidoer. Bagaimanapoen sangat si Djamin menangis, tetapi hati si Inem tijada menaroeh kasihan barang sedikit djoewa. Sijapakah jang ada menaroeh kasihan kepada si Djamin itoe? Bapaknjakah? Oh, tidak! Tjoema Djohan sadja, adiknja sendirilah jang mengeloewarkan air mata, apabila si luem menjiksa abangnja, jang ditjintainja itoe. Maka menangislah kedoewa boedak-boedak itoe menjeroe-njeroe iboenja jang soedah meninggal itoe. Sijapakah lagi akan tempat meréka itoe mengadoe, sebab si bapak tijada mengindahkan penanggoengan anak-anaknja lagi. Perasaan kedoe wa anak pijatoe itoe adalah sebagai soedah kematian bapakpoen djoega; tijadalah soewatoe apa lagi jang diharapkannja, karena ketjintaan anak kepada bapak soedah hilang poela dari dalam hati boedak jang berdoewa itoe.

Achirnja si Bertes lepas dari pekerdjaannja dan kerap kali tidoer diloewar. Maka si nem memaksalah akan si Djamin, disoeroehnja pergi meminta-minta oewang, soepaja ada djalan kehidoepan meréka itoe.

„Kalau engkau tijada maoe, akoe tjekik léhérmoe itoe, dan adikmoe koeboewangkan ke kali!" begitoelah ija berkata akan menakoetkan si Djamin.

Bèrtes, kalau sedang tidak maboek dan timboel pikiran jang baik didalam hatinja, maloelah ija akan dirinja dan seolah-olah terdengar oléhnja si Mina jang mati itoe berkata: „Bèrtes! Bèrtes! Berapa lama lagi engkau hendak meroesakkan dirimoe dan meloepakan anak pijatoe jang berdoewa itoe?" Akan tetapi ija ta' koewat melawan daja iblis jang menerbitkan napsoe meminoem ratjoen doenija itoe.

Roepanja soedah mémang kehendak Allah membijarkan dija dalam kesengsaraan itoe, karena seharoesnjalah ja mendapat hoekoeman perboewatannja itoe. Pengadjaran dan nasihat tijada ditoeroetnja, oléh sebab itoe Allah jang mahakoewasa membijarkan dija dalam 'azab, soepaja moedah-moedahan dengan djalan jang demikijan itoe ija akan sadar dan mengetahoei dosanja jang bertimboen-timboen itoe.

Bahwa sesoenggoehnja Allah jang Esa akbar adanja. lja mengasihi dan menjajangi machloeknja; maka barang sijapa jang maoe dan pertjaja, berolehlah hidajat dipimpinnja dengan roepa-roepa djalan dari rimba besar jang berdjoerang-djoerang, penoeh dengan doeri dan semak-semak, jang menjesatkan hambanja, serta, binatang boewas-boewas jang mengintaikan meréka itoe, ke djalan jang baik dan aman, jang menoedjoe ke negeri jang bagoes serta permal, jang telah disedijakan oentoek machloek itoe adanja.

Arkijan maka terseboellah perkataan si Inem meninggalkan pendjoewalan tjandoe itoe. lja berdjalan dengan hati rijang. Roemahnja itoe djaoeh pada perasaannja, karena ija terboeroe-boeroe hendak mengisap tjandoe, jang baharoe dibelinja itoe. Setelah sampai ija di roemah, maka pelita ketjil jang terletak diatas médja boeroek itoe dipasangnjalah. Dengan tergopoh-gopoh disangkoetkannja kain seléndangnja jang basah-koejoep itoe, laloe ijapoen berbaring diatas tempat-tidoernja mengisap tjandoe.

„Ehm. . . . . . . .! Segar dan sedap badankoe, soedah moelat panas! Itoe dija", berkata Inem sama sendiri, seraja ija mengisap madat itoe dengan sepandjang-pandjang napasnja.

„Satoe kali lagi, menghilangkan dingin", katanja poela, seraja ija berdiri mengambil tjandoe jang terletak diatas médja itoe. „Itoe dija. Dadakoe moelaï panas; bijar begitoe, boléh njenjak tidoer di malam jang dingin ini."

Lagi sekali ija pergi ke médja itoe mengambil barang penjedapkan hatinja itoe. Ija beloem maboek karena soedah bijasa. Akan tetapi ija merasa kepalanja sedikit pening dan napsoenja makin keras mengehendaki tjandoe jang tjelaka itoe. Setelah habis empat hoen itoe, tijada dapat lagi ija menahan mengantoek hendak tidoer, karena badannja telah lemah oleh sebab maboeknja. Tijada berapa lama kemoedijan tertidoerlah ija dengan amat njenjaknja. Lampoe jang diatas médja itoe menjala dengan malapnja, sebentar-sebentar hendak padam ditijoep angin, jang masih bertijoep dengan amat kerasnja. Di tepi dinding jang sebelah lain si Djamin tidoer dengan si Djohan dengan lelapnja, tijadalah meréka itoe tahoe emak tirinja soedah datang. Maka pada waktoe itoe dalam roemah itoe amat sepinja, diloewarpoen begitoe djoega; angin riboet dan hoedjan jang lebat itoe soedahlah tedoeh.

Pagi-pagi sekali si inem terbangoen karena soewara ajam jang bersahoet-sahoetan, memberi tahoekan malam hampir bertoekar dengan sijang. Moeka dan badannja berpeloeh, meskipoen hari dingin itoe, karena darahnja mengalir dengan kentjang didalam oerat-oeratnja. Kepalanja masih pening djoega, lagi ija merasa badannja lemah, oléh sebab kekoewatan madat itoe soedah hilang. Sekarang ija soeka marah-marah sadja; bagaimanapoen diboewatnja, matanja tijada maoe tertidoer. lja pergi doedoek didekat médja itoe akan menjenangkan hatinja, akan tetapi tijadalah beroebah halnja. Sebentar-sebentar ija merasa darahnja naik ke kepala, memboewat ja mendjadi bengis; barang-barang jang dikanan-kirinja, membosankan dan memanaskan hatinja. Maka adalah lakoenja itoe seperti orang gila, sebentar berdiri, sebentar tidoer, sebentar lagi doedoek; kadang-kadang ija membantingkan tangannja keatas médja itoe. Mendengar soewara jang keras itoe terbangoenlah si Djamin; ditengoknja kekanan dan kekiri hendak mengetahoei, soewara apakah itoe. Sebentar itoe djoega ija menoetoepkan matanja kembali, karena ija telah tahoe, iboe tirinja sedang dimaboek tjandoe. Akan tetapi baharoe ija menoetoepkan matanja kembali, maka dengan tiba-tiba Inempoen menarikkan dija dari tempat-tidoernja itoe, sambil berkata dengan marahnja: „Engkau masih tidoer lagi? Lekas berdiri, ajo !"

Dengan langkah jang gajang, sebab pikirannja beloem terang, si Djamin meninggalkan tempat-tidoernja, akan tetapi seketika itoe djoega ija terdjaga betoel-betoel dengan terkedjoet, karena kena tempéléng, oléh perempoewan penjiksa itoe.

„Pakai badjoe, lekas!" kata si Inem setengah berterijak. „Engkau maoe tidoer lagi, ja! Ajo, pergi! Djangan engkau berani poelang-poelang, kalau tidak membawa oewang setengah pérak! Kaudengar, bangsat?" Laloe jja memboeka pintoe dan si Djamin ditolakkannja keloewar.

Djohan, boedak jang ketjil itoepoen terbangoen poela karena soewara emak tirinja jang njaring itoe. Akan tetapi ija tijada berani memboeka moeloetnja. Dengan gementar ketakoetan ija tidoer memboengkoek seraja menoetoepi moekanja dengan selimoetnja; sebentar lagi ijapoen tertidoer kembali, karena hati jang takoet telah dialahkan oléh mata jang mengantoek itoe.

Si Djohan telah kerap kali dan bijasa melihat hal jang menjedihkan hati seroepa itoe. Ija terlaloe ketjil, beloem ada pikiran akan menjampoerkan dirinja membantoe saudaranja jang tersiksa itoe.

Akan tetapi dalam dadanja adalah tersimpan hati jang menjajangi akan abangnja, maka dendam dan kebentjian berkoempoel-koempoellah terhadap kapada si Inem, hantoe penjiksa itoe.

——————