Sorga Ka Toedjoe/Bagian Kedoea
BAGIAN KEDOEA
Hadidjah
HARI soedah djadi semangkin soré. Permainja alam, terangnja tjoeatja, meskipoen tertoetoep dengan goendoekan-goendoekan awan dan kesoenjiannja tempat itoe, jang tjoema kadang-kadang sadja terganggoe oléh soara otjèhannja boeroeng-boeroeng, sebagai djoega mendjadi katja bagi perasaan hati Hadidjah jang tidak melihat.
Lagoe jang ia perdengarkan dengan guitaarnja, diikoeti dengan soeara njanjian jang perlahan, meskipoen ada lagoe jang menggembirakan, ada menimboelkan djoega perasaan mengharoekan bagi jang mendengar.
Dari djaoeh Rasminah soedah dapat dengar soeara guitaar jang ditaboeh oléh bibinja. Ketika soedah datang dekat kepekarangan roemah, Rasminah perlahan-lahan tindakannja dan dengan djalan berindap-indap menjampérkan Hadidjah jang sedang doedoek disatoe bangkoe kebon dibawahnja satoepohon besar. Rasminah biarkan Hadjidjah mainkan guitaarnja dan menjanji, dengan tidak menegoer soeatoe apa. Iapoen tidak kasih kentara jang ia berada didekat sitoe.
Dari parasnja Hadidjah orang bisa dapat kenjataan bahwa perempoean jang tidak melihat itoe ada kenangkan apa-apa dengan memainkan lahoe jang sedang dinjanjikan itoe. Ketika soedah habis menjanji dan berhenti taboeh guitaarnja, Hadidjah bingoeng seketika lamanja, dengan paras sedih, kemoedian ia menghela napas pandjang dan berkata seorang diri :
Apakah akoe nanti bisa bertemoe lagi padanja di doenia ini, akan menjatakan akoe poenja perasaan menjesal, soedah berlakoe begitoe terboeroe napsoe, Akoe merasa pasti ia masih hidoep, tapi dimana ?"
Rasminah jang sedari tadi berdiri diam mengawaskan kelakoeannja sang bibi, samperkan Hadjidjah dan berkata :
„Kenapa bibi soeka meinkan itoe lagoe jang selaloe bikin bibi djadi sedih ?”
Hadidjah tidak lantas menjahoet, hanja kembali menghela napas. Kemoedian dengan mengoesoet ia pegang poendaknja Rasminah, siapa ia tarik semangkin dekat dan berkata :
„Akoe njanjikan itoe lagoe saban hari, sebab meskipoen betoel ia bikin akoe djadi sedih, tetapi ia bikin djoega akoe djadi terkenang sama apa jang soedah terdjadi, hingga meroepakan djoega satoe hiboeran bagikoe”.
„Bagaimana bisa djadi hiboeran djika menjebabkan djoega kesedihan ?” Rasminah bertanja.
„Djika kau tidak taoe riwajatkoe tentoe djoega kau tidak bisa artikan maksoedkoe”, Hadidjah mendjawab.
„Tjeriterakanlah, bibi, saja ingin sekali mendengar itoe”, Rasminah mengoendang.
Hadidjah tidak lantas menjahoet, hanja bingoeng sebentar, kemoedian, sesoedah menghéla napas, baroelah berkata :
„Baiklah akoe nanti toetoerkan itoe. doedoeklah disini, diselahkoe, Ras !”
Rasminah laloe doedoek disebelahnja Hadidjah, sedang satoe tangannja masih teroes dipegang oléh bibinja.
„Riwajatkoe pandjang dan menjedihkan”, begitoelah Hadidjah moelai „tetapi baik djoega boeat kau dengar soepaja bisa diboeat katja dalam penghidoepanmoe”.
Hadidjah berhenti berkata-kata sebentar, sembari pentil guitaarnja dengan perlahan, kemoedian teroeskan tjeriteranja :
„Ajahkoe, Ras, ada seorang hartawan jang beradat sangat koekoeh dan kemaoannja selaloe bertentangan dengan hatikoe. Akoe sangat soeka sama muziek, tapi ia sangat tidak setoedjoe, hingga terpaksa akoe mesti peladjari itoe dengan diam-diam, diloear tahoenja. Antara pegawainja ada satoe pemoeda, Kasimin, jang tjintakan akoe, dan akoepoen mentjintakan dia. Ia ada seorang pemoeda pendiam dan tahoe diri, hingga tidak berani madjoekan lamaran bagi dirikoe pada ajahkoe, siapa dengan bertentangan sama perasaan hatikoe. soedah terima baik lamarannja seorang hartawan boeat anaknja jang boekan sadja ada satoe dogol, tapi djoega satoe pemogaran dan pendjoedi besar. Karena koeatir ajahkoe nanti paksa djoega akoe menikah sama pemoeda itoe, akoe dan Kasimin achirnja soedah melarikan diri, sesoedah menikah dengan diam-diam, dari roemahnja orang toeakoe, jang dalam goesarnya soedah tidak maoe akoe anak lagi padakoe. Kita datang di Betawi dan séwa roemah di Pontjol, dimana Kasimin dengan oewang tjèlèngankoe jang berjoemlah besar joega telah moelai berdagang. Saban hari pada djam 5 soré, kendati lagi bagaimana tidak sempat djoega. ia tentoe poelang akan ketemoei akoe, akan mainkan itoe lagoe „Sorega ke-Toedjoeh” bersama-sama, karena lagoe itoe ada mendjadi symbool dari pertjintaan dan penghidoepan kita. Dagangannja Kasimin dapat kemadjoean bagoes dan 5 tahoen lamanja kita telah hidoep dalam keberoentoengn. Tapi sebagaimana soedah loemrahnja dalam doenia ini, segala apa tidak ada jang kekal, karena pada soeatoe hari, lantaran terboeroe napsoe, akoe soedah bikin loeka hatinja Kasimin jang beradat keras dan sedarioitoe ketika, keberoentoengankoe telah mendjadi moesnah, sebagai djoega asap tertioep angin...........".
Hadidjah tidak bisa teroeskan tjeritanja, karena tertindih oleh perasaan sedih. Sesa'at lamanja ia tinggal bingoeng, sehingga Rasminah djadi berkata:
„Djika menoetoerkan riwajat itoe bikin bibi djadi sedih, baiklah djangan teroeskan”
Hadidjah oesap-oesap badannja Rasminah, kemoedian teroskan riwajatnja :
„Pada soeatoe soré selagi oedara ada sedikit mendoeng dan karena ketanggoengan masak, akoe soedah datang sedikit laat ketempat dimana kita biasa doedoek-doedoek. Ketika akoe lagi djalan ketempat itoe, akoe dapat lihat soeamikoe sedang bitjara dengan asik dengan seorang perempoean moeda. Karena ingin tahoe apa jang sedang dibitjarakan oleh mereka akoe soedah tidak lantas menjamperkan, hanja dengan djalan berindap-indap akoe semboenjikan diri dibelakang satoe poehoen tandjoeng besar, tidak djaoeh dari tempat mereka sedang bitjara. soepaja dapat mendengarkan pembitjaraan mereka. Apa jang akoe dengar adalah soeamikoe sedang berkata pada perempoean itoe:
„Maskipoen apa jang soedah terdjadi, ketjinta'ankoe bagimoe tidak mendjadi koerang. Akoe nanti rawat anak itoe dengan baik". sedang perempoean itoe kelihatan sebagai orang baroe habis menangis. Djawabnya perempoean itoe bikin darahkoe djadi meloeap dan perasaan tjemboeroean djadi timboel, karena ia bilang:
„Akoe merasa soekoer sekali jang tjintamoe tidak berobah, Hatikoe sekarang merasa legah”
„Sesoedah berkata begitoe perempoean itoe lantas berlaloe. Tersoeroeng oleh perasaan goesar dan tjemboeroean, boekannja akoe lantas minta keterangan lebih djaoeh sama soeamikoe, hanja begitu lekas perempoeang itoe berlaloe. Ketika itoe ia lagi doedoek bingoeng sebagai orang sedang berpikir keras. Kegoegoepannja ketika mendengar akoe memaki soedah bikin akoe djadi tambah goesar dan tambah tjemboeroean. hingga akoe telah oetjapkan perkataan-perkataan jang boekan mestinja, jang mana soedah bikin loeka hatinja. Keterangannja jang perempoean itoe ada saudaranja akoe soedah tidak pertjaja, karena ia beloem pernah kasi tahoe padakoe jang ia ada mempoenjai saudara perempoean, dan bikin akoe djadi bertambah sengit. Akoe poenja oetjapan-oetjapan roepanja soedah bikin ia djadi goesar dan hilang sabarnja, karena achirnja ia tjoema berkata sadja :
„Kalau kau tidak maoe pertjaja omongankoe, akoe tentoe tidak bisa paksa kau akan pertjaja kebenarannja keterangankoe tadi. Akoe sekarang maoe berlaloe dari tempat ini, karena akoe tahoe kau tentoe tidak akan bisa mentjinta lagi padakoe sebagaimana biasa sehingga kau bisa boektikan kebenarannja perkataankoe. Sebeloemnja akoe berlaloe dari depanmoe, akoe tjoema maoe bilang sadja jang sampai achirnja djaman akoe poenja tjinta boeat kau tidak akan berobah. Meskipoen dimana djoega akoe berada, sebegitoe lama akoe masih bernapas, dalam kesenangan atau kesoesahan, saban hari pada waktoe seperti ini semangatkoe nanti datang mengoendjoengi kau akan menjitjipi lagi itoe sorga keberoentoengan jang selama 5 tahoen ini kita soedah rasakan bersama-sama. Sekarang selamat tinggal!”
Karena berada dalam kegoesaran dan hati terbakar oléh perasaan tjemboeroean, akoe soedah tidak perdoelikan padanja dan biarkan sadja ia berlaloe dari hadapankoe. Berhari-hari ia tidak poelang. Akoepoen bermoela tidak pikirkan, karena masih merasa marah padanja dan kirakan sadja jang ia lagi mengeram sama perempoean itoe. Satoe hari orang ramai tjeritakan jang dipinggir kali Noordwijk telah didapatkan satoe majat, jang karena soedah berada lama dalam air soesah dikenali roepanja, tapi potongannja ada banjak mirip sama Kasimin. Mendengar kabar itoe, kegoesarankoe djadi linjap dan akoe lantas boeroe-boeroe pergi akan melihat majat itoe. Apa maoe, ditengah djalan akoe telah ketoebtoek auto dan ketika kemoedian akoe sedar dari pangsankoe, akoe soedah berada diroemah sakit, sedang kedoea matakoe soedah tidak bisa melihat lagi. Sedari waktoe itoe, Ras, akoe telah mendjadi boeta, tidak bisa melihat lagi, tidak bisa bédakan gelap dari terang, mérah dari poetih, sedang hatikoepoen soedah tidak mengenal keberoentoengan lagi”.
Hadidjah berhenti berkata,kata, akan menangis sesegoekan, sedang Rasminah poen djadi toeroet bersedih mendengar riwajatnya sang bibi jang bertjelaka itoe. Sesoedah berselang seketika lamanja, Hadidjah teroeskan riwajatnya :
„Ketika soedah semboeh dan boléh keloear dari roemah sakit, orang antarkan akoe poelang keroemah, dimana akoe kemoedian dapat kabar bahwa majat itoe boekan majatnya Kasimin, hanja seorang dari kampoeng Noordwijk jang memang ada mempoenjai penjakit ajan dan roepanja selagi mandi telah terserang penjakitnja dan djadi mati tenggelam. dengan pertolongannja satoe tetanggakoe akoe djoeal semoea barang dagangannja Kasimin dan pindah dari Betawi kesini, dimana akoe lantas beli roemah ini. Sedjak itoe, akoe soedah hidoep dalam kedoekaan dan penjesalan. Hiboerankoe satoe-satoenja adalah saban hari pada waktoe begini akan berdiam disini sembari menjanjikan itoe lagoe „Sorga ke-Toedjoeh” jang oleh Kasimin dianggap sebagai satoe pengoetaraan dari tjintanja padakoe. Djika lagi njanjikan lagoe itoe, akoe rasakan sebagai djoega benar Kasimin ada didekatkoe, sebagaimana katanja ketika hendak meninggalkan akoe, jang pada waktoe begini semangatnya akan datang mengoendjoengi akoe”.
Hadidjah tidak bisa teroeskan tjeritanja lebih djaoeh lagi, hanja kembali laloe menangis sesegoekan. Rasminah laloe boedjoeki sang bibi soepaja djangan terlaloe berdoeka karena koeatir itoe nanti mengganggoe kesehatannja.
Diitoe sa’at jang Hadidjah lagi toetoerkan riwajat penghidoepannja pada Rasminah, adalah Kasimin, itoe orang jang sedang ditjeritakan, poen lagi mementil guitaarnja, dengan menjanjikan djoega „Sorga ke-Toedjoeh”, disatoe kebon boeah-boeahan jang terletak dibilangan Tangerang. Sebagai djoega Hadidjah, Kasimin poen selaloe kenangkan isterinja itoe. Sebagai djoega Hadidjah, iapoen ingin bisa berkoempoel kembali sama isterinja jang ia tjintakan itoe, tjoema sadja perasaannja angkoeh dan adat jang keras tidak mengizinkan ia mentjari isterinja.
Saban soré iapoen tentoe tidak loepa akan mainkan lagoe „Sorga ke-Toedjoeh” sembari kenangkan pada keberoentoengannja jang soedah-soedah. Ia merasa pasti jang soeatoe waktoe ia tentoe akan bisa bertemoe dan berkoempoel poela sama isterinja, tjoema sadja ia tidak tahoe bahwa sang isteri itoe sekarang soedah tidak melihat lagi !