Sorga Ka Toedjoe/Bagian Kesepoeloeh
BAGIAN KESEPOELOEH
Pengarohnja oeang
APA GOENANJA akoe bajar gadji pada kau djika kau tidak bisa oeroes pekerdjaanmoe pada Doel. „Disoeroeh omongi Kasimin sadja tidak bisa beres !”
„Berkali-kali saja soedah boedjoek Kasimin akan djoeal kebonnja”, menjahoet Doel dengan merendah, „tapi tidak berhasil, hingga saja terpaksa ambil lain djalan soepaja toean bisa djoega dapatkan itoe kebon”.
„Lain djalan bagaimana ? Bilanglah lekas!” membentak Hassan.
„Itoe kebon boekan poenjanja Kasimin, hanja achli warisnja bapa Kasdam, sebab sampai sekarangpoen itoe kebon masih beloem dibalik atas namanja Kasimmin jang bandel itoe. Saja soedah tjari anaknja bapa Kasdam dan boedjoek ia akan djoeal sadja kebonnja pada toean, tapi roepanja ia masih sangsi akan toeroet boedjoekan saja, karena menoeroet katanja, bapa Kasdam soedah djandjikan Kasimin boleh berdiam dan oesahakan teroes itoe tanah sebegitoe lama Kasimin maoe”.
„Dan apa kau soedah bikin lebih djaoeh”, menanja Hassan dengan tidak sabar.
„Saja soedah adjak anaknja bapa Kasdam datang disini soepaja toean djoega bisa bitjara dan boedjoek padanja. Ia ada seorang bodoh dan kalau dikasih lihat oeang banjak tentoe sekali hatinja djadi tertarik dan soeka toeroet kemaoean toean”.
„Mana dia sekarang?” menanja Hassan.
„Ia ada diloear menoenggoe toean poenja panggilan”, menjahoet Doel dengan hati legah.
„Lekas adjak ia masoek kesini”, memerentah Hassan. Selama Doel pergi keloear akan panggil anaknja bapa Kasdam, Hassan boeka latji medja toelisnja dan keloearkan dari sitoe satoe kantong jang berisi oeang ringgitan dan perakan, kemodian ambil djoega segoempoelan oeang kertas dari lain latji, jang ia taroh diatas medja toelisnja.
„Inilah dia anakja bapa Kasdam, toean”, berkata Doel ketika datang kembali bersama seorang desa jang kelihannja amat bodoh.
Hassan awaskan itoe orang jang diadjak oleh Doel dengan teliti, kemoedian berkata, sedang tanganjja boeat main itoe oeang ringgitan dan perakan jang terletak diatas medja toelisnja :
„Kau anaknja bapa Kasdam ?”
„Betoel, toean”, menjahoet itoe orang.
„Itoe kebon jang sekarang dioesahakan oleh Kasimin ada poenjamoe, boekan?” menanja ia lebih djaoeh.
„Doeloean bapa saja poenja, tapi tempo ia maoe meninggal ia pesan sama saja akan kasihkan bang 'Min oesahakan itoe kebon sebegitoe lama bang'Min maoe”, menjahoet Kasdam.
„Apa kau maoe djoeal iteo kebon ?” menanja Hasan sembari mengambil beberapa oeang ringgitan dari medja toelis dan boeat permainkan ditangannja.
„Saja maoe djoeal tapi takoet sama dia, sedang itoe kebon ada poenjamoe”, memboedjoek Hassan. „Dengan mendjoeal itoe kebon kau nanti bisa poenja banjak oeang”.
„Dan kau boleh goenakan itoe oeang boeat kawin dan membeli kerbau beberapa ekor”, Doel tjampoer berkata akan bantoe boedjoek Kasdam. „Djoega kau bisa beli pakaian jang bagoes-bagoes”.
„Kawin saja tidak maoe, ’bang Doel, sebab takoet”, mendjawab Kasdam. „Saja maoe beli kerbau sadja”.
„Djadi kau moefakat akan djoeal itoe kebon padakoe ?” menanja Hassan dengan seoera girang.
„Saja maoe djoeal kalai bang Min tidak marah”, berkata Kasdam.
„Kenapa ia moesti marah, sedang itoe kebon boekan poenjanja. Kau jang poenja kebon, kalau kau maoe djoeal tiada seorang djoega bisa halangi kau akan djoeal itoe”.
„Tapi kalau bang Min marah sam asaja bagaimana ?” menanja Kasdam, dengan paras bingoeng. Ia ingin djoeal itoe kebon, soepaja bisa poenjakan banyak oeang, tapi takoet sama Kasimin.
„Itoe kebon kau poenja, kau boleh bikin apa kau soeka sama itoe, kenapa Kasimin moesti marah”, berkata Hassan. „Sekarang bilang sadja teroes terang apa kau maoe djoeal atau tidak ?” Sembari berkata demikian, kembali Hassan permainkan itoe oeang ringgitan dan perakan, hingga membikin Kasdam djadi loepakan pada Kasimin dan perdjandjiannja pada ia poenja ajah ketika itoe orang toea henda menoetoep mata. Dengan begitoe itoe pendjoealan soedah terdjadi dan Kasimin............