Sorga Ka Toedjoe/Bagian Kesembilan

Sorga Ka Toedjoe oleh L.
Bagian Kesembilan: Bibi dan keponakan

Di naskah masih tertulis bagian kedelapan, namun bagian selanjutnya sudah kesepuluh

BAGIAN KEDELAPAN

Bibi dan keponakan

SEDARI ditinggalkan oleh Rasminah, kesehatannja Hadidjah banjak terganggoe, apalagi di waktoe belakangan, karena terlaloe memikirkan sang keponakan, achirnja boeat beberapa hari lamanja ia soedah tidak ditinggalkan pembaringan. Baik djoega teman-temannja Rasminah telah merawati dengan teliti padanja, hingga sakitnja Hadidjah tidak djadi kepandjangan.

Itoe hari Hadidjah sedang doedoek dikoersi malah, memikirkan Rasminah kenapa itoe keponakan tidak mengirim kabar soeatoe apa padanja, ketika itoe gadis datang masoek menghampirkan Hadidjah sang bibi, Rasminah laloe menoebroek dan rangkoel lehernja Hadidjah, sembari menanja :

„Apa bibi ada baik ?”

„Kau telah kembali, Rasminah? Kenapa tidak mengirim kabar apa-apa sama bibi, hingga bikin akoe djadi boeat pikiran sadja?”

„Sebab pikir saja tidak akan berdiam lama di Betawi, maka djoega tidak mengirim kabar apa-apa sama bibi. Sekarang saja soedah dapat kerdjaan tetap di Betawi, maka kembali doeloe kesini adjak bibi pindah kesana”.

Hadidjah mendjadi girang ketika mendengar Rasminah soedah dapat pekerdjaan dan oetarakan itoe. Kemoedian ia menanja lagi:

„Djam berapa kau berangkat dari Betawi dan bagaimana bisa sampai disini begini pagi ?”

,,Sebetoelnja semalam poen saja soedah moestinja sampai disini, bibi, tetapi sebab dipegat didjalanan oleh Parta dan kawannja.........".

„Astaga, dipegat oleh Parta dan kawannja”, memotong Hadidjah dengan kaget dan koeatir, „abis apakah soedah terdjadi ?”

„Sebab ketakoetan saja djadi kesasar didalam hoetan”, meneroeskan Rasminah, „tetapi bisa meloloskan diri dari Parta dan kawannja itoe. Beroentoeng saja bisa tjari perlindoengan diroemahnja toean Hoesin, jang sekarang antarkan saja kemari, sesoedahnja toean Hoesin kasi adjaran jang pantas pada Parta dan goendalnja”.

„Toean Hoesin ?” menanja Hadidjah. „Siapa itoe toean dan mana ia sekarang ?”

Hoesin samperkan Hadidjah dan berkata :

„Saja merasa soekoer sekali soedah bisa memberikan pertolongan pada nona Rasminah. Saja harap sadja jang boeat hari kemoedian ia tidak nanti dapat ganggoean lagi dari itoe pemoeda tjeriwis”

„Toean ini siapa dan tinggal dimana ?”

„Saja bernama Hoesin, berasal dari Betawi, tapi sekarang sedang melakoekan pekerdjaan mengoekoer hoetan disebelah barat sini boeat toean tanah, karena saja ada mendjadi landmeter”.

„Ja, saja moesti membilang terima kasih pada toean boeat toean poenja pertolongan pada Rasminah. Kalau tidak ada toean, saja tidak tahoe apa soedah terdjadi pada dirinja saja tidak tahoe apa soedah terdjadi pada dirinja saja poenja keponakan itoe, karena soedah lama Parta ada taroh hati pada Rasminah jang soedah tidak maoe ladeni padanja. Baik djeega kita sekarang akan lekas pindah ke Betawi, hingga taoesah mesti dapat ganggoean lebih djaoeh lagi dari dianja”.

Hoesin menengok pada Rasminah, siapa ketika itoe sedang mengawaskan padanja, tapi boeroe-boeroe toendoekkan kepalanja dengan paras berobah merah melihat Hoesin ada mengengok padanja. Sesoedah berdiam sesa’at, Hoesin berkata lagi pada Hadidjah :

„Njonja, apakah boléh saja datang koendjoengi njonja dan nona Rasminah disini selama njonja beloem pindah ke Betawi ?”

Rasminah tinggal toendoekkan kepalanjja ketika Hoesin madjoekan itoe pertanjaan pada Hadidjah, siapa tidak lantas menjahoet, hanja berpikir doeloe sesa’at, kemoedian dengan sedikit sangsi baroe berkata :

„Kalau toean maoe datang menamoe tentoe sekali kita tiada keberatan soetoe apa, asal sadja toean tidak boet tjela'an pada saja poenja roemah, jang tidak karoean matjam ini”.

Mendengar djawabannja Hadidjah, hatinja Rasminah djadi girang, tapi tinggal teroes toendoekkan kepalanjja, karena koeatri metanja nanti beradoe lagi dengan matanja Hoesin, pada siapa hatinja merasa sangat tertarik.

„Terima kasih boeat njonja poenja izin itoe. Begitoe saja ada tempo saja nanti datang mengoendjoengi njonja disini. Sebab saja moesti oeroes pekerdjaan saja, izinkanlah saja berlaloe doeloe”.

Setahoe kenapa, hatinja Hoesin poen merasa tertarik pada Rasminah. Banjak gadis ia kenal, antaranja barangkali ada jang lebih tjantik dari Rasminah dan djoega lebih terpeladjar, tapi beloem pernah ia rasakan hatinja memoekoel lebih keras dari pada ketika lagi berhadapan dengan Rasminah.

„Itoe Hoesin roepanja ada seorang jang sopan dan tahoe atoeran, Ras”, begitoelah Hadidjah berkata ketika Hoesin soedah berlaloe”.

„Ja, bibi”, menjahoet Rasminah, „ia ada sangat sopan berbeda djaoeh dengan Parta jang tjeriwis”.

„Kau soedah besar, Ras”, berkata Hadidjah, „dan tidak lama lagi temponja boeat kau menikah akan sampai. Sebagai seorang jang mengalamai banjak pahit dan getirnja doenia akoe maoe nasehatkan sama kau soepaja djangan sembarangan djatoeh tjinta, sebab kau masih maoeda dan akoe ingin singkirkan doeri-doeri jang  delaloe beserta sama sedapnja pertjibtaan dari pengalamanmoe, kalah bisa”.

Parasnja Rasminah djadi berobah merah ketika mendengar itoe oetjapan, tapi ia tinggal diam sadja sembari toendoekkan kepala, tidak sahoeti perkataanja sang bibi.

„Akoe tidak maoe larang kau tjintakan orang. Ras, sebab itor soedah djamknja dan boeat orang-orang moeda, mentjinta dan ditjinta ada madoenja penghidoepan”, meneroeskan Hadidjah ketika Rasminah tinggal diam sadja, „Akoe tjoema maoe peringatkan kau soepaja djangan toeroetkan sadja hati jang sedang mentjinta dengan tidak menggoenakan lagi kau poenja pikiran jang waras. Kau haroes berlakoe teliti akan memilih soeami, sebab akoe tidak bisa melihat akan mengasi bantoean jang perloe pada kau”.

„Terima kasih, bibi, boeat nasehat itoe”, menjahoet Rasminah dengan soeara perlahan. „Saja nanti perhatikan itoe dengan segenap hati dan pikiran”.

„Akoe tjintakan kau, Ras”, meneroeskan Hadidjah. „lebih-lebih dari anakkoe sendiri. Akoe ingin sekali soepaja dalam penghidoepanmoe djangan sampai kau alamkan kesoekaranja penghidoepan jang disebabkan oleh koerang pikir atau tindakan jang keliroe. Dari itoe, Ras, djika ada apa-apa jang kau merasa sangsi, hal dan minta boeah pikirankoe”.

„Baik, bibi”, menjahoet Rasminah. „Saja tidak nanti loepakan pesanan itoe”.

Hadidjah tarik Rasminah akan datang semangkin dekat padanja, kemoedian rangkoel itoe gadis dibetoelan pinggangnja.