Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara/Bab 2
BAB II.
ADAT ISTIADAT DAERAH GORONTALO
I. IDENTIFIKASI.
A. LOKASI DAN LINGKUNGAN ALAM.
1. Letak keadaan geografis.
Daerah Gorontalo mempunyai batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara dengan laut Sulawesi.
- Sebelah Timur dengan daerah Bolaang Mongondow.
- Sebelah Selatan dengan Teluk Tomini (Teluk Gorontalo).
- Sebelah Barat dengan Propinsi SulawesiTengah.
Pada bagian Selatan daerah ini terbentang dataran rendah yang luas dan pada bahagian Utara sebaliknya terbentang daerah pegunungan yang ditandai oleh gunung-gunung yang tinggi seperti gunung Ile-ile, Teplomatinau, Pontalo, Buliohuta, dan gunung Tilongkabila.
Terletak diantara 0° 28'30" Lintang Utara dan 123° 12'30" Bujur Timur.Keadaan Tanah
Selain daerah ini terdiri dari daerah dataran rendah dan daerah pegunungan, dijumpai juga sungai-sungai seperti sungai Kwandang, Mololahu, Bone dan sungai Bolango. Dengan demikian daerah ini merupakan daerah pertanian yang utama baik perladangan maupun persawahan.
Sebahagian besar dari sawah-sawah pengairannya masih tergantung pada air hujan. Kecuali daerah persawahan di kecamatan Tapa dan Kota Utara sudah teratur pengairannya (sungai Bolango). I k l i m
Flora dan Fauna
2. Pola perkampungan
Pada umumnya desa-desa terletak di dataran rendah dan hanya sebahagian kecil saja yang terletak pada sepanjang sungai, karena pada umumnya penduduk dimana raja mereka membangun desa mudah sekali mendapatkan air dengan menggali sumur. Setiap desa mempunyai mesjid dan langgar dan balai desa sendiri yang merupakan ciri dari pada suatu desa. Yang menonjol ialah bangunan mesjid atau langgar. Masing-masing desa mempunyai satu sampai tiga buah mesjid atau langgar dan letaknya sepanjang jalan desa sesuai dengan letak rumah-rumah desa. Antara rumah yang satu dengan yang lain dibatasi pekarangan-pekarangan yang luas, rata-rata berjarak 50 meter (ada yang berjarak 10 meter dan ada yang 200 meter), sehingga desa-desa tidak mengelompok padat. Kecuali desa-desa dibahagian Kotamadyanya. Pada umumnya dibelakang rumah-rumah desa sudah merupakan daerah perkebunan/ladang atau sawah.
B. GAMBARAN UMUM TENTANG DEMOGRAFI.
Penduduk asli daerah Gorontalo menurut J.G.F. Riedel adalah termasuk ras Polinesia yang datang dari sebelah Utara (J.G.F. Riedel, 1870, hal. 64). Akan tetapi sebelum kedatangan mereka daerah ini sudah ada penduduk yang mendiaminya yang masuknya dari sebelah Barat. Oleh orang-orang Gorontalo mereka disebut Hololontalangi (pengembara). Kemudian
12
Penduduk-penduduk yang berasal dari daerah lain sudah mulai berdatangan yaitu seperti orang-orang Tomini, Loinaus, Bugis, Makassar, Ternate. Terutama pada abad XV, XVI, XVII, penduduk dari daerah-daerah kerajaan Islam : Ternate, Bugis, Bugis dan Makassarlah yang paling banyak berpindah ke daerah Gorontalo, sehingga penduduk Gorontalo yang sekarang, merupakan percampuran dari :
- Penduduk asli (pengembara = hulontalangi)
- Ras Polinesia dari Utara.
- Penduduk daerah Tomini (suku) dari Barat.
- Suku Ternate, Bugis, Makassar (pembawa agama Islam).
Ditambah lagi penduduk bangsa Cina, Arab, Belanda, Burgers (campuran Belanda dan penduduk asli). Akan tetapi mereka merupakan penduduk asing minoritas. Gambaran penduduk daerah Gorontalo menurut sensus 1930 adalah :
Penduduk | Laki2 | Perempuan | Jumlah |
---|---|---|---|
Penduduk asli | 100.848 | 105.262 | 206.110 |
Eropah | 149 | 140 | 289 |
C i n a | 1.126 | 841 | 1.967 |
Orang Timur Asing | 737 | 709 | 1.446 |
Jumlah seluruh | 102.860 | 106.952 | 209.812 |
Penduduk | Laki2 | Perempuan | Jumlah |
---|---|---|---|
Kabupaten Gorontalo | 156.110 | 156.360 | 312.470 |
Kotapraja Gorontalo | 33.936 | 37.442 | 71.378 |
Jumlah seluruh | 190.046 | 193.802 | 383.848 |
======================================== |
14
Tabel III, Sensus 1971
No. | Kecamatan | Anak-anak | Dewasa | Jumlah | Jumlah | |||
Lk | Pr | Lk | Pr | Lk | Pr | |||
1. | Bone Pantai | 5.073 | 4.848 | 5.391 | 5.114 | 10.464 | 9.962 | 20.426 |
2. | Suwawa | 3.016 | 2.998 | 3.249 | 3.571 | 6.265 | 6.569 | 12.834 |
3. | Kabila | 6.405 | 6.414 | 6.451 | 7.433 | 12.856 | 13.847 | 26.703 |
4. | Tapa | 5.176 | 4.851 | 5.173 | 5.989 | 10.349 | 10.840 | 21.189 |
5. | Telaga | 10.089 | 9.899 | 9.898 | 11.554 | 19.287 | 21.453 | 41.440 |
6. | Batudaa | 14.196 | 13.760 | 12.909 | 13.640 | 27.105 | 27.400 | 54.505 |
7. | Limboto | 9.240 | 8.764 | 8.912 | 9.690 | 18.152 | 18.554 | 36.606 |
8. | Timbawa | 11.012 | 10.367 | 9.992 | 10.424 | 21.004 | 20.791 | 41.795 |
9. | Kwandang | 7.428 | 7.443 | 7.567 | 7.401 | 14.995 | 14.844 | 29.839 |
10. | Atinggola | 2.346 | 2.260 | 2.423 | 2.291 | 4.769 | 4.551 | 9.320 |
11. | Sumalata | 3.365 | 3.147 | 3.765 | 3.280 | 7.130 | 6.427 | 13.557 |
12. | Panguyaman | 7.113 | 6.874 | 6.819 | 6.506 | 13.932 | 13.380 | 27.312 |
13. | Tilamuta | 6.304 | 6.282 | 5.925 | 6.079 | 12.229 | 12.361 | 24.590 |
14. | Paguat | 4.195 | 4.126 | 4.113 | 4.015 | 8.308 | 8.141 | 16.449 |
15. | Marisa | 4.121 | 3.716 | 3.576 | 3.358 | 7.697 | 7.074 | 14.771 |
16. | Popayato | 4.371 | 4.126 | 4.437 | 3.976 | 8.808 | 8.102 | 16.910 |
Jumlah | 103.453 | 99.895 | 100.600 | 104.301 | 204.050 | 204.196 | 408.245 | |
Sumber : Kantor Sensus dan Statistik Kabupaten Daerah Tingkat II Gorontalo 76 |
Padat Penduduk Daerah Gorontalo
Tahun | Penduduk | Luas Daerah per Km2 |
Padat Penduduk |
---|---|---|---|
1856 | 24.146 | 11.096 | 2,1 |
1866 | 70.775 | idem | 6,3 |
1899 | 89.236 | idem | 8,4 |
1920 | 134.487 | idem | 12,1 |
1930 | 209.812 | idem | 18,9 |
1961 | 383.748 | idem | 34,6 |
1971 | 408.435 | idem | 36,8 |
1976 | 464.992 | idem | 41,9 |
16
Kecamatan | Jumlah desa | Umur dan kelamin | Kewarganegaraan | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
0-4 th | 5-14 th | 15-24 th | 25 keatas | W.N.I. | W.N.I | |||||||
L | P | L | P | L | P | L | P | L | P | L | ||
Kota Utara | 11 | 2124 | 2152 | 3218 | 3159 | 1893 | 2406 | 3735 | 4114 | 10697 | 11853 | 3 |
Kota Barat | 11 | 1604 | 1523 | 2328 | 2414 | 1676 | 1855 | 2577 | 2947 | 8185 | 8739 | - |
Kota Selatan | 17 | 3893 | 3615 | 6367 | 6202 | 4323 | 5782 | 7264 | 8480 | 21381 | 23688 | 466 |
Kotamadya Gorontalo. | 39 | 7621 | 7290 | 11913 | 11775 | 7892 | 19043 | 13576 | 15571 | 40533 | 44285 | 469 |
Kabupaten Gorontalo | 16 Kecamatan. | 42627 | 43876 | 60434 | 55945 | 32654 | 38684 | 64101 | 65249 | 203348 | 203712 | 68 |
Sumber: Monografi Daerah Sultara, 1972, hal. 40.
- Nama asli dari Gorontalo adalah Hulontalo, yang berasal dari kata Hulontalangi yang berarti pengembara yang turun dari langit. Pengembara ini pada mulanya mengambil tempat di kaki gunung Tilongkabila, karena pada waktu itu dataran rendah yang sekarang didiami oleh penduduk Gorontalo masih merupakan lautan. Sekali peristiwa pengembara ini kedatangan delapan orang yang berperahu, sehingga ia bersyukur kepada dewata karena sudah mempunyai kawan untuk hidup bersama-sama. Mulailah mereka bekerja keras memenuhi kebutuhan hidupnya dibawah pimpinan Hulontalangi. Sejak itu pulalah air laut mulai surut dan daratan makin lama makin melebar. Kemudian datang lagi rombongan lain yang datangnya dari arah sebelah Barat dan hidup menetap disekitar kaki gunung Tilongkabila. Terjadilah kawin mawin dikalangan mereka dengan kelompok Hulontalangi. Dari keturunan-keturunan merekalah penduduk Gorontalo yang sekarang berasal (Buletin Daerah Gorontalo 1969).
Mongondow. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pemakaian bahasa dimana bahasa-bahasa Suwawa-Bone banyak persamaannya dengan bahasa-bahasa Bintauna-Kandipau. Apalagi waktu kedatangan Belanda sehingga kerajaan ini menyingkir/hijrah ke Bolang Mongondow yaitu di daerah Molibagu. Sehingga bahasa Bolange/Tapa asli sama dengan bahasa yang digunakan di daerah Mulabagu Bolaang Mongondow. Hubungan kedua daerah ini mudah terjadi karena faktor geografis yang memungkinkannya. Keduanya terletak diatas daratan yang satu seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah. Karena itu sudah sejak dahulu sampai sekarang terjadi kontak antara kedua suku bangsa ini.
Begitu pula orang-orang Gorontalo tidak mengerti bahasa Suwawa dan bahasa Bolango. Akan tetapi yang menarik ialah orang-orang Suwawa, Bolango dapat berbahasa Gorontalo dengan lancar. Rupanya bahasa Gorontalo ini merupakan bahasa
persatuan dari penduduk daerah Gorontalo, merupakan bahasa pergaulan sehari-hari. Kecuali antara orang Suwawa dengan orang Suwawa bertemu atau dalam kalangan sendiri, mereka berbahasa Suwawa. Akan tetapi sesudah mereka berada diluar kalangan sendiri, atau diluar daerah mereka menggunakan bahasa Gorontalo sebagai bahasa persatuan. Begitu pula orang-orang Bobango. Orang-orang Bolango dewasa ini terutama di kalangan generasi muda sudah tidak mengerti lagi bahasa Bolango. Yang masih menggunakan bahasa ini terbatas di kalangan orang tua saja. Sebab rupanya yang mendominir penggunaan bahasa di Bolango ialah bahasa Gorontalo. Sebahagian terbesar penduduk Bolango sekarang adalah orang-orang Gorontalo, sehingga bahasa Bolango asli sudah makin terdesak. Hal ini disebabkan juga sebahagian terbesar penghuni kerajaan Bolango dizaman penjajahan Belanda dahulu dibawah pemimpinan raja Habibullah Jusuf menyingkir ke daerah Bolango Mongondow, akibat tidak mau menerima Belanda.
Dibawah ini dapat dilihat bahasa daerah Gorontalo yang merupakan salah satu kelompok bahasa di Sulawesi Utara.
- Bahasa Gorontalo yan digunakan dibahagian wilayah sebelah Timur ialah:
- Dialek Bolaung Uki (Atinggola, Diu).
- Dialek Kaidipang (Dio).
- Bahasa Gorontalo yang digunakan dibahagian wilayah sebelah Barat ialah :
- Dialek Gorontalo yang terdiri dari sub dialek Gorontalo, Limboto, Tilamuta, Kwandang, Sumalata.
- Dialek Bone (Suwawa, Bonda)
- Dialek Buol (Bwo-ol-Dio).
Dengan demikian bahasa Gorontalo terdiri dari lima dialek bahasa yaitu : Bolaang Uki, Kaidipang, Gorontalo, Bone (Suwawa) dan Buol. Akan tetapi bahasa persatuan seluruh penduduk daerah Gorontalo ialah bahasa Gorontalo (dialek Gorontalo), seperti dijelaskan di atas. Kecuali mereka yang sudah tidak termasuk penduduk daerah Gorontalo secara administratif seperti Kaidipang dan Buol yang sudah masuk wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Buol Tolo-toli. Karena itu mereka yang masuk wilayah Gorontalo hanya tiga dialek saja yaitu Gorontalo, Bolango dan Suwawa. Bolango (Tapa), penduduknya menyingkir ke Bolaang Mongondow yang sekarang bernama Bolaang Uki yang bahasanya sama dengan bahasa Bolango (Tapa) di Gorontalo.
Buktinya yang dikenal oleh mereka ialah tulisan Arab yang tidak bergaris (huruf Arab Pegm). Buku-buku sejarah yang tertua di daerah ini yang ditulis abad 16 ditulis dengan huruf Arab Pegm. Kesenian-kesenian, ungkapan-ungkapan, cerita-cerita rakyat ditulis dengan huruf Arab yang berbahasa Gorontalo, sedangkan tulisan asli bahasa Gorontalo, Suwawa dan Bolanago tidak dikenal.
II. SISTIM MATA PENCAHARIAN HIDUP.
Daerah-daerah tempat berburu ialah Suwawa, Kabila, Tapa, Kwandang, Sumalata, Paguat, Marisa, Popayato. Jenis-jenis binatang yang diburu seperti rusa, sapi hutan, jenis-jenis burung dan babi hutan bagi orang-orang kristen yang tinggal di Kotamadya. Mereka pergi berburu pada hari-hari libur, hari-hari dekat hari raya dan sebulan sekali untuk berburu rusa secara pemerintah setempat. Berburu rusa secara besar-besaran disebut Malumolilo(menurut kepercayaan binatang rusa bila berpindah tempat dipimpin oleh raja rusa yang bertanduk cabang).
Tenaga pelaksanaannya ialah laki-laki dan bekerja sama antara 10 sampai 20 orang. Hasilnya dibagi dua yakni untuk tenaga pelaksana utama 2/3 bagian dan tenaga pembantu 1/3 bagian. Mereka juga menggunakan anjing sebagai pembantu dan mendapat bagian dari daging rusa.
Alat-alat yang dipakai untuk berburu ialah : bedil, tombak besi, tombak dari bulu, tuhiango (menggali lubang/ talongo sebagai perangkap yang sudah diberi patok dari bulu/besi yang tajam) potilo (tali yang diikat pada kayu yang melenting dan bilamana disentuh oleh binatang dengan kepala atau kakinya pasti akan terjerat), dan tolele (perangkap berupa pagar yang berkelok-kelok sehingga bila binatang masuk pasti tidak dapat keluar lagi). Hasil dari pada buruan mereka, dijual dipasaran dan untuk dimakan sendiri/kebutuhan sendiri.
B. MERAMU
- Tempat penduduk untuk mengumpulkan hasil-hasil hutan sebagai mata pencaharian ialah didaerah Tapa, Suwawa, Popayato, Panguyaman, Paguat, Sumalata. Yang diramu seperti kayu, damar, rotan, tali, pohon enau. Tenaga-tenaga pelaksana ia -
lah laki-laki yang bekerja baik perorangan maupun kelompok ( 5 - 10 orang ).
Cara pelaksanaan kegiatan meramu ini masih secara tradisionil yakni sebelum melaksanakan pekerjaan itu penduduk pertama-tama mengadakan mohile dua artinya upacara meminta doa kepada setan penjaga hutan yang disebut pulohuta. Upacara ini dipimpin oleh telenga atau orang yang paham mengadakan hubungan dengan makluk halus. Didalam upacara ini disajikan sirih pinang, tembakau, nasi kuning, nasi merah. Maksudnya mereka minta izin dengan memberi makan kepada penjaganya agar supaya mereka yang meramu itu tidak mendapat gangguan/kecelakaan. Menurut kepercayaan rakyat, bilamana mereka tidak melakukan upacara ini dan langsung pergi menebang atau menarik rotan, kayu yang sudah ditebang tidak akan roboh dan rotan tidak akan dapat ditarik. Hal ini berarti pulohuta atau setan hutan tidak mengizinkannya.
1. Perikanan darat.
Mujair, tawes, gabus dan ikan nilem.
Jenis ikan danau seperti payangga, hele, hulu'u manggabar, dumbaya dan lain-lain yang ditangkap didanau Limboto dan sungai-sungai.
Penangkapan ikan di laut dilakukan oleh nelayan-nelayan yang berdiam sepanjang pantai bagian selatan. Mereka melakukannya baik perorangan maupun secara kelompok. Tenaga-tenaga pelaksana adalah laki-laki. Penangkapan pada siang hari dengan jalan mengail diatas perahu layar dan perahu tanpa layar. Pada malam hari dilakukan penangkapan dengan sero (olete) secara berkelompok-kelompok. Para nelayan membawa lampu gas (petromaks) diatas perahu menuju agak ketengah laut. Ikan-ikan berkerumun melihat cahaya lampu, kemudian sero diturunkan dari pe - perahu untuk mengepung ikan yang sudah berkerumun. Secara beramai-ramai para nelayan menarik sero yang penuh dengan ikan ke pantai. Penangkapan yang membawa hasil yang besar ialah pada malam bulan gelap. Kalau pemilik sero itu terdiri dari dua, tiga orang, hasilnya dibagi tiga sama banyak. Mereka yang menolong saja menarik sero ke pinggir pantai mendapat hadiah ikan dari pemilik. Para nelayan menjual ikan-ikan ini kepada tengkulak dan para tengkulak menjualnya kepasar-pasar.
1.Pertanian di ladang.
Pada zaman kerajaan dahulu, tanah - tanah pertanian adalah milik kerajaan. Setiap penduduk yang ingin mendapatkan tanah-tanah pertanian, meminta izin kepada raja atau pembesar-pembesar kerajaan (Adatrecht Bundels 1919, hal. 121). Menurut Staatsblad No. 94, pemerintah Belanda menghapuskan semua tanah-tanah yang belum diusahakan dan tanah-tanah yang diolah penduduk berdasarkan surat izin, yang menjadi milik kerajaan. Semua tanah-tanah ini menjadi milik distrik (pemerintah Belanda). Pada waktu itu pemerintah Belanda memberi kesempatan kepada penduduk untuk membeli tanah-tanah pertanian yang akan menjadi miliknya (Kaluku, K.1965-26).
Tanah - tanah pertanian diolah oleh laki-laki dengan bajak (popadeo) garu(huhaidu) dan pacul (popate). Selesai diolah para wanita menanaminya dengan jagung, kacang, ubi-ubian. Sayur-sayuran, tomat, cabe, merica ditanam pada sekeliling ladang.
Empat sampai lima bulan lamanya ditanami, laki -laki, wanita dan anak -anak beramai-ramai menuai hasilnya secara huyula (gotong royong ) Terutama sistim huyula ini dilakukan oleh kelompok-kelompok kerabat yang disebut ungala'a (keluarga luas). Jagung dan kacang merupakan hasil utama di daerah Gorontalo dan biasanya
diexpor ke luar daerah seperti ke Jawa, Manada.
Bagi mereka yang tidak nemiliki tanah pertanian (sawah-ladang) dapat mengerjakan tanah mengolah sawah dengan sistim bagi hasil (mosawala). Artinya bila seorang petani mengolah sawah milik orang lain, maka hasilnya dibagi dua antara pemilik dan penggarap. Seseorang juga dapat memiliki sawah /ladang dengan jalan warisan. Tanah-tanah ini diwariskan turun temurun kepada anak cucu, cece dan akhirnya tanah tersebut tidak dapat dibagi lagi, karena sudah terlalu sempit.
Timbullah sawah/ladang-ladang yang disebut miliki atau budel yang menjadi milik kelompok ungola'a (keluarga luas). Masing-masing anggota ungola'a berhak mengolahnya secara bergilir.
Daerah-daerah persawahan dapat dijumpai pada bahagian Selatan, seperti Kabila, Tamalate, Limnoto, Batuda'a, Bongomeme, Isimu , Dulumo, Tambo'o, Kota Utara, Bone Pantai dll .Sebahagian terbesar dari sawah-sawah ini adalah sawah tadah hujan. Pengairan yang ada dan sudah teratur hanya di daerah Tapa, Kota Utara, sebagian di Suwawa. Penduduk mengolah sawahnya dua kali setahun. Sawah-sawah yang sudah ada airnya pada mulanya digaru (huheidu) yang ditarik oleh sepasang kerbau atau sapi,
untuk meratakan rumput-rumputan atau sisa-sisa potongan batang padi. Bersamaan dengan ini dikerjakan sebidang sawah untuk pesemaian (huayadu). Setelah berumur 40 hari padi yang disemaikan dicabut dan ditanamkan.
Petak-petak sawah yang hendak ditanami sesudah digaru,,kemudian dibajak. 10 sampai 15 hari dibiarkan terendam air, maksudnya agar rumput-rumputan menjadi busuk. Kemudian digaru lagi untuk kedua kalinya, dan dibiarkan terendam air selama 10 sampai 15 hari. Yang terakhir ialah dibajak lagi dan digaru terus menerus sampai menjadi becek dan rata. Kini tibalah saatnya untuk menanam padi yang sudah dicabut dari pesemaian. Penanaman dilakukan oleh kaum wanita baik secara huyula (gotong-royong ) maupun dengan sistim upahan. Dewasa ini sistim upahan sudah mendesak sistim gotong royong. Setiap orang yang menanam padi untuk satu hari dibayar Rp. 500,- sampai Rp. 700,-
Padi yang sudah berumur 20 hari disiangi, yaitu dibersihkan dari ulat-ulat yang memakan daun padi. Tugas yang paling berat bagi petani ialah memberantas walang sangit dan mengusir burung pada waktu padi sudah berisi sampai dengan memuainya. Yang menuai padi (mongotolo) dikerjakan oleh laki-laki dan wanita secara gotong royong dikalangan ngola'a dan ungola'a (keluarga batih dan keluarga luas), dengan jalan mengundang mereka (motiayo). Menurut adat yang berlaku di daerah Gorontalo masih dijumpai para petani mengadakan upacara mopoa huta (memberi makan kepada tanah), baik sebelum menanam dan sesudah menuai. Maksudnya untuk menghormati tanah dengan memberikan sedekah bumi (Dungga, H, 1965 , hal. 56). Upacara ini dipimpin oleh Talenga (dukun) dengan sesajian berupa nasi kuning, nasi merah, telur rebus, daging, pisang. Talenga atau Pangggoba membawa sajian bersama kemenyan dan api ketengah sawah/ladang. Dan mulailah ia membaca mantera sambil membakar kemenyan untuk memberi makan kepada tanah (mopoa huta). Ada suatu upacara lagi yang diadakan pada waktu padi (palelo tuhelo) sedang mulai berisi (bunting), diundangkanlah penggoba membawa dupa (kemenyan) dan api atau membakar dupa sambil membaca mantara mengelilingi petak sawah. Maksudnya agar buah padi tidak mendapat gangguan binatang sehingga dapat berbuah dengan baik. Kemudian padi yang akan dimakan oleh pemilik sesudah panen, untuk pertama kali ditumbuk dan dimasak. Yang harus makan pertama kali ialah anak-anak yang diberi suap oleh panggoba agar anak-anak tidak mendapat penyakit sekaligus seluruh penghuni rumah.
Jenis-jenis ternak yang dipelihara oleh penduduk seperti sapi, kuda, kerbau, ayam, itik,dan kambing. Terutama sapi, itik dan ayam merupakan ternak yang paling banyak dipelihara dan diexport keluar daerah (Daging dan telur). Sapi, kuda dan kerbau sebagai tenaga pembantu utama dalam pertanian (ladang, sawah) dan tenaga
transport untuk pengangkutan (pedati, bendi, tunggang, beban). Pemilik-pemilik ternak pada umumnya mempunyai tanah-tanah luas yang digunakan untuk melepaskan hewan (sapi) yang sudah dipagari sekelilingnya, baik berupa padang rumput maupun berupa kebun kelapa. Didalamnya sudah dibangun tempat perlindungan dari ternak sapi bila hari sudah malam atau hari hujan. Cara beternak semacam tidak banyak memberi makan, mengawasinya karena ternak itu dibiarkan saja mencari makan minum sendiri didalam padang rumput itu. Dan ada yang dilepas didalam desa dengan tidak mendapat pengawasan terutama disekitar danau Limboto.
Mereka yang beternak itik, dengan jalan mengusir mereka di tengah sawah pada siang hari dan pada malam hari digiring masuk kandang. Tetapi ada yang mengurungnya dengan membuat kandang dan hanya diberi makan setiap hari. Demikian pula halnya dengan ayam, ada yang dilepas di kebun dan ada yang dipelihara dalam kandang. Tenaga-tenaga pelaksanaannya terutama laki-laki, kecuali itik, ayam, dibantu tenaga-tenaga wanita.
Jenis kerajinan penduduk ialah membuat kursi rotan, kursi batang kelapa, songkok rotan, keranjang, kerawang, terompak, tali, sangkar burung, menenun dan menganyam tikar tutup makan, periuk belanga. Kerajinan-kerajinan ini dapat dijumpai di daerah Tibawa, Datuhu, Taidito, Tapa, Batuda'a, Kotamadya, Kabila, Limboto, Balituanggu.
Bahan-bahan kerajinan penduduk ialah rotan, batang kelapa, buluh, serat kayu, serat pandan, tanah liat, kayu, daun rumbia.
Teknik membuat/kerajinan tersebut masih secara transisionil yaitu dikerjakan dengan tangan (tenaga manusia. Tenaga-tenaga pelaksanaannya adalah laki-laki perempuan dan anak-anak sebagai pembantu, baik secera perorangan maupun secara kelompok. Misalnya kerajinan pembuatan kursi. Di depan rumah atau di samping rumah penduduk dibangun tempat usaha kerajinan.
Sejenis pondok yang luasnya 100 m2 dan tidak berdinding. Lima orang atau tujuh orang masing-masing memberikan modal Rp 5.000,- dan bersama-sama membeli rotan. Bersama-sama pula mereka membuat kursi dan hasilnya dijual, uang yang diperoleh dari penjualan kursi dibagi sama banyak/sama rata.
Hasil kerajinan penduduk adalah untuk kebutuhan sendiri dan dijual. Terutama hasil ke- rajinan kursi, songkok, karawang, tikar, diexport keluar daerah (Monografi Daerah Sultara 1972,hal 162)
III. SISTEM TEKNOLOGI DAN PERLENGKAPAN HIDUP.
A. ALAT-ALAT PRODUKSI.
1. Alat-alat rumah tangga :
- totalu'o= sendok ikan yang dibuat dari tempurung.- o'ahu= sendok nasi yang dibuat dari buluh
- bilanga= tempat makan ikan dari tanah liat
- bebu= tempat minyak dari buah sagana
- popalua= anglo = tungku
- buawu= tempat minum dari tempurung.
- ulongo= belanga dari tanah liat.
- porono= tempat membakar kue dari tanah liat.
- bulonggo= belanga goreng dari tanah liat.
2. Alat-alat pertanian.
- huhegidu= garu dibuat dari kayu.
- popati= cangkul
- sikopu= bakop
- i'i= kuda-kuda dibuat dari kayu.
3. Alat perburuan.
- talele= pagar dari bambu yang berkelok-kelok.
- popotilo= umpan dari tali yang bila terinjak oleh binatang akan terikat dengan sendirinya.
4. Alat-alat perikanan.
- o'ayilo= kail
- budoyahu= jala, dibuat dari benang.
- eputo= lukah, dibuat dari bambu
- eyambu= sero, dibuat dari benang.
- olate= pagar dari bambu yang dianyam dan ditancapkan di tengah danau.
- tapilo= kail-kail yang diikatkan diatas air/terapung.
- tobong= tombak dari bambu runcing
5. Alat-alat peternakan.
- ulunga= kandang dari bambu.
- urungi= kurungan ayam
- lumunga= tempat bertelur.
6. Alat Kerajinan.
- sabele= parang.
- dudetu= jarum untuk kerajinan kerawang.
- popadu= alat pengontrol tenunan.
- dupa, tanggulongo, biheto, bubilo, | = Alat penganyam. |
- utalia, huhuta, huheidu, |
- banggo | = pedang. |
- totobu'o | = tombak. |
- bitu'o | = keris. |
- bubohu | = pemukul dari kayu besi. |
- roda | = pedati |
- bendi | = delman |
- dokali | = dokar |
- wadala | = kuda tunggang. |
- rasipade | = sepeda/kereta angin. |
- kokohinga | = alat penarik kayu ramuan (pulangan). |
- bulotu | = perahu dari kayu |
- heita | = rakit dari bambu. |
- ibungo | = lumbung padi. |
- loto | = bakul |
- hudungu | = gudang. |
- pahu | = loteng. |
- buluwa | = kotak/peti. |
- kado | = karung. |
- loyangi | = loyang. |
- adidi= tempat air dari daun hidung.
- tania= tempat rempah-rempah.
- para lopingge= tempat piring dari bambu.
- geteli= ceret air minum
3. Wadah dalam rumah tangga.
- lemari= lemari pakaian.
- kasi= lemari makan
- bulonggo= belanga goreng.
- ombari= tempat air.
- tania= tempat rempah-rempah.
D. MAKANAN DAN MINUMAN.
1. Makanan utama :
a. Jagung dibuat binte biluhuta.
b. Jagung dibuat ba'alobinte (nasi).
c. Jagung dibuat biloti (gonseng).
d. Padi dibuat nasi.
2. Makanan sampingan :
Ubi, ketela pohon.
3. Makanan dan minuman khusus.
- binte biluhuta dari jagung.
- minuman khusus bohito (air nira).
E. PAKAIAN DAN PERHIASAN
1. Pakaian sehari-hari
Bahan mentah dari kapan (molinggolo) dipintal menjadi benang, dan ditenun (mohewo).
Pola : Pakaian perempuan berbentuk kebaya dan laki-laki kemeja berlengan pendek. Sedangkan kain sarung dipakai
oleh laki-laki maupun perempuan.
Motif : Kebaya tidak bermotif.
- Kain sarung bermotif kotak-kotak atau bergaris-garis lurus dari atas kebawah dan bergaris melintang. Akan tetapi sekarang tenunan kain sarung ini sudah makin menghilang, karena pemasukan kain sarung dari Jawa dan Sulawesi Selatan makin mendesak (menguasai pasaran), sehingga penduduk pada umumnya lebih suka membeli dan memakai kain sarung buatan dari luar daerah.
2. Pakaian-pakaian upacara.
- Bahannya kapas dan serat kayu (bulahu). Kapas dan serat kayu dipintal dan dianyam pada suatu alat anyaman yang disebut Pohewolalo.
- Peralatannya terdiri dari -dupa (kayu penahan alat anyaman yang diikat pada pinggang si penganyam.
- - huheidu, sisir dibuat dari pelepah pohon sagu untuk mengatur benang agar menjadi rapih.
- - biheto, tongkat kecil yang dibuat dari pohon enau yang digunakan untuk memasukkan benang.
- - utolia, semacam lidi yang dibuat dari bambu yang digunakan menggulung benang yang berfungsi sebagai jarum.
- - huhuluta, bambu suling yang digunakan untuk memasukkan utolia kedalam lobang agar jalannya benang lancar.
- Pakaian-pakaian upacara berfungsi untuk melihat status seseorang dalam upacara adat. Misalnya pemangku adat (bate-bate) dapat dibedakan dengan petugas keamanan, serada'a (pegawai syara') karena pakaian upacara mereka berbeda.
- Pola dan motifnya berwarna-warna; Bentuk keme-
Selain pakaian-pakaian tersebut, ada perlengkapan lain yaitu keris. Keris, dipakai dalam pelantikan (upacara) yang berfungsi sebagai :
- - lambang kepemimpinan.
- - menunjukkan kewibawaan.
- - kerelaan berkorban demi tugas/perang.
- Pakaian dan perhiasan adat upacara perkawinan. Dilihat dari segi warna, pakaian upacara ini dapat dipakai berwarna-warna yang masing-masing warna mempunyai arti seperti : warna merah sebagai lambang kesungguhan hati, tekad yang membaja. Warna hijau muda sebagai lambang kehalusan budi, warna kuning sebagai lambang kesaktian. Pakaian adat upacara perkawinan dinamakan uradipungu yang terdiri dari :
- Kebaya pengantin perempuan yang dibuat dari kain satin dan diberi hiasan perak sepuhan, dipakai pada upacara akad nikah. Pakaian pengantin laki-laki semacam kemeja kurung dari bahan yang sama dengan kebaya yang disebut kimunu.
- Paluala, penutup kepala pengantin wanita yang dibuat dari kain satin dan diberi hiasan sunting atau biliu yang dibuat dari perak. Pada laki-laki disebut payungu, dari bahan yang sama.
- Kucubu, kain beledru yang diberi hiasan perak dan digantungkan pada leher pengantin wanita. Kucubu juga semacam gelang lebar yang dibuat dari perak yang dipakai pengantin wanita.
- Ngante-ngante atau anting-anting dari emas yang dipakai pengantin wanita.
- Luobo, semacam kuku buatan yang dibuat dari perak yang dipakai pengantin wanita.
- Kain sarung yang dipakai kedua pengantin dibuat dari kain satin seperti kebaya. Perhiasan sehari-hari sudah tidak ada yang menggunakannya.
- Dalam adat perkawinan.
- | hiasan buah-buahan, melambangkan kebahagiaan kedua pengantin. |
- | mulut buaya, melambangkan supaya selalu berhati-hati (waspada) yang dibuat dari bambu. |
- | daun kelapa muda yang sudah dikeluarkan lidinya, untuk menjauhkan angin jahat yang datang. |
- | keris yang dipakai pengantin laki-laki, ini memperlihatkan sebagai pemimpin rumah tangga. |
- Dalam adat upacara penobatan.
- | hiasan buah pinang (batangnya, mayangnya), |
- | hiasan tangga bambu yang dianyam, menunjukkan persatuan antara yang diperintah dan yang memerintah, selalu memelihara persatuan dengan musyawarah dan mufakat. |
- | hiasan berupa jenis buah-buahan melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. |
- Adat upacara naik rumah baru.
- | hiasan pisang yang bertundun-tundun di depan rumah, sebagai lambang rejeki, agar tuan rumah selalu murah rejeki dalam rumah tangga. |
- | hiasan uang logam, menandakan murah rejeki |
- Adat upacara gunting rambut, diberi hiasan mayang pinang sebagai lambang kesuburan (rambut dan tubuh si anak tumbuh subur).
- | Pondok-pondok yang dibangun di ladang, yang dibuat dari bambu berbentuk segi empat disebut wombohe. Luasnya 4 m2 sampai 9 m2. Atapnya dari daun kelapa atau daun rumbia. Wombobe di ladang bentuknya seperti rumah biasa, sedang wombohe disawah didirikan di atas tiang yang tingginya 1 m atau 1,5 m. dan tidak berdinding, karena dibuat untuk tempat mengusir burung. Pembuatannya tidak melalui upacara. |
- | Balai desa (bandayo). Bentuknya empat persegi panjang, yang dibuat dari bambu dan beratapkan daun rumbia atau daun kelapa. Luasanya sesuai dengan kebutuhan, misalnya ada yang 48 m2, 60 m2. Letaknya melekat diatas tanah. | |
2. | - | Laihe, rumah kecil diatas danau (ditepi). Bentuk persegi panjang dibuat dari bambu dan baratapkan rumbia. Ukuran 4 x 5 m = 20 m2. atau 5 x 5 m = 25 m2 ditambah dapurnya. Didirikan diatas air dengan tiang-tiang yang tingginya 3 m diatas tanah. |
- | Rumah penduduk (hale) sebagai tempat tinggal pada umumnya. Bentuknya empat persegi panjang berukuran 6 x 9 m = 54 m2 yang besar; yang kecil 4 x 5 m = 20 m2. Dibuat dari bambu dan dari kayu. Didirikan diatas tiang (rumah panggung) yang tingginya 1 m. Atapnya dari rumbia. Ruangan terdiri dari dua kamar tidur, ruangan tamu dan dapur. Dindingnya dari bambu yang dianyam, loteng dari bambu atau papan. Kalau rumah dari kayu, semua bahannya dari kayu Dewasa ini rumah-rumah penduduk sudah dibuat dari tembok beratap seng dan meliputi 60 - 70% rumah tembok. Sedang rumah-rumah asli seperti diatas sudah makin kurang, meliputi 30 - 40% saja. Akan tetapi di Kotamadya Gorontalo, ada bentuk-bentuk rumah asli dibuat dari tembok dan kayu/papan dan ukurannya sudah diperbesar (10 x 15 m2). Didirikan diatas tanah yang tingginya 1 m dan mempunyai dua tangga di depan Ramuannya pada umumnya dari kayu besi. Rumah-rumah adat dewasa ini sudah tidak ada |
IV. SISTIM RELIGI DAN SISTIM PENGETAHUAN
A. SISTIM KEPERCAYAAN
Penduduk daerah Gorontalo penganut agama Islam 100%. Mereka meyakini bahwa Allah S.W lah yang menguasai dan mengatur langit & bumi, menghidupkan dan mematikan semua manusia dan mahluk hidup lainnya.
1. Kepercayaan kepada makhluk halus (motolohuta)
2. Kepercayaan kepada kekuatan-kekuatan gaib (hulolalangi))
Benda-benda alam seperti angin (dupato), tulu(api), taluhu (air), huta (tanah), masing-masing mempunyai kekuatan sakti. Benda ini menurut kepercayaan penduduk, selain memberi hidup pada manusia (tanpa benda-benda ini manusia tidak dapat hidup), juga dapat mendatangkan mala petaka kepada manusia. Misalnya angin topan, kebakaran, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, gempa bumi, dll., sehingga manusia tidak dapat mengatasi kekuatan-kekuatan ini yang melebihi kekuatan dan kemampuan manusia. Disamping mendatangkan malapetaka, juga dapat digunakan manusia untuk menolak bahaya seperti menyembuhkan penyakit, mengusir mahluk halus dan lain- lain. Sebagai contoh dalam menyembuhkan penyakit, dukun (talenga) memercikkan air atau meminumkan air kepada si sakit , membakar kemenyan , berjalan di gelap dengan api, meniup si sakit (angin), memberi sedekah bumi agar tidak mendapat penyakit dan lain-lain.
B. KESUSASTERAAN SUCI.
Suatu donggeng yang terkenal dikalangan penduduk yang masih dianggap suci ialah donggeng Lahilote. Sebenarnya banyak dongeng - dongeng suci semacam ini, tetapi dongeng La hilote lah yang paling di senangi dan digemari sehingga dongeng ini benar - benar masih hidup dalam masyarakat ceritanya adalah demikian :
Pada zaman dahulu kala hidup 7 orang bersaudara; Saudara yang bungsu bernama Lahilote. Badannya kecil dan pendek, sehingga menjadi ejekan kakak-kakaknya. Suatu hari Lahilote sedang mandi dalam kolam yang airnya dari mata air . Tidak jauh dari tempat itu ia mendengar suara yang ramai. Secara diam- diam dengan tidak "bersuara" mendekati tempat yang ramai itu. Dilihatnya ada 7 bidad ari dari kayangan sedang mandi dengan asyiknya.
Dari tempat persembunyiannya ia melihat sayap- sayap bidadari bergantungan ini pohon di tepi kolam. Satu diantaranya diambil oleh Lahilote dan disembunyikannya. Selesai mandi ketujuh bidadari mengambil sayapnya masing- masing dan ternyata salah seorang dari mereka kehilangan satu sayap. Keenam bidadari kemudian terbang menuju kayangan pulang ketempatnya- La hilote mendekati bidadari yang kehilangan sayap dan dengan bujukan serta rayuannya, bidadari itu dapat terhibur juga. Bidadari bersedia kawin dengan Lahilote setelah dipinangnya tetapi dengan bahwa Lahilote lebih dahulu harus dapat menimba air dalam keranjang rotan. Hal ini tentu saja tidak mungkin dikerjakan Lohilote, tetapi ia pergi juga menimbair, rupanya ia mendapat pertolongan dari seekor rotan dan menutupi celah-celah keranjang sehingga. air tidak dapat keluar.
Berhasillah Lahilote menimba air dalam keranjang dan kduanya kawan. sayap bidadari isteri Lahilote disembunyikan didalam rumahya itu diselipkan pada dinding rumah. Bertahun-tahun mereka hidup bersama tetapi tidak mempunyai anak. Bidadari rupanya sudah sangat rindu kampung halamannya. Ia berusaha mencari sayapnya dan akhirnya ditemukan. Lahilote tidak berada di rumah. Ia pergi mena ngkap ikan. Bidadari memakai sayapnya dan mencoba untuk terbang. Ternyata ia masih dapat terbang. Maka terbanglah ia menuju kayaangan kembali ke kampung yang halaman yang sudah lama dirindukannya.
Sayap yang disembunyikan bertahun-tahun sudah hilang.Lahilote langsung mengetahui bahwa isterinya sudah terbang pulang kekayangan. Dengan rasasedih Lahilote ke luar menuju kesebuah sungai. Di tempat ini ia duduk bermuram durja memikirkan ist erinya. Tiba-tiba ia mendengar teguran yang berasal dari sebatang rotan, yang mengatakan:"Mengapa saudara bersusah hati"? Lahilote menceritakan semua sebab-sebab, mengapa ia bersusah hati. Pohon rotan bersedia menolongnya untuk menemui isterinya di kayangan, asalkan Lahilote mau menyiramkan minyak kelapa ke badan rotan. Dengan tidak berpikir panjang lagi Lahilote menyiram minyak kelapa kebadan rotan. Pohon rotan menyuruh Lahilote berpegang erat-erat pada badan rotan dan meluncurkan Lahilote bagikan peluru menuju kayangan ke tempat isterinya. Tiba di tempoat itu ia bingung na dijumpainya banyak bidadari yang berada di kayangan. Ia tidak tahu yang mana isterinya diantara bidadari-bidadari itu. Ia mencoba melihat satu demi satu, ternyata salah seorang bidadari di hinggapi oleh binatang kunang-kunang, sebagai petunjuk bahwa itulah isterinya. Benar saja dugaannya, memang dialah isterinya. Keduanya bersepakat hidup sebagai sumai isteri di kayangan dan meminta restu dari orang tua mereka. Isterinya menerangkan kepada Lahailote suaminya bahwa kehidupan di bumi berbeda dengan kehidupan di langit. Pada suatu ketika Lahilote melihat tanaman padi. Diambilnya segenggam dan dilemparkannya ke bumi. Padi itu bertumbuh di bumi yang menjadi makanan manusia bumi. Setelah bertahun mereka hidup di kayangan, Lahilote rupanya makin lanjut usianya. Pada suatu hari Lahilote sedang merebahkan badannya didekat isterinya. Tiba-tiba isterinya melihat rambut itu (uban) dan berkata kepada suaminya : "Suamiku, engkau sudah tua dan tidak bisa lagi hidup di sini". Keduanya memperlihatkan uban itu kepada orang tua bidadari. Akhirnya Lahilote ditolak ke bumi/jatuh. Tapak kakinya yang satu jatuh di desa Pohe Kecamatan Kota Selatan dan yang satu lagi jatuh di kaki gunung Bulihote (sekarang dinamakan Botu Liyodu yaang artinya Batu jejak yang terdapat di daerah Paguyaman Kabupaten Gorontalo.
C. SISTIM UPACARA.
1. Tempat upacara.
- Mengadakan selamatan rumah baru.
- Mengobati orang sakit.
- Meminta permohonan menjadi kaya.
- Saat memperingati hari raya Maulid Nabi Muhammad S.A.W.
Pada mulanya Zikir (takhlilan) didahului oleh imam atau mufti atau telenga/panggoba (orang sakit) dan diikuti oleh semua yang hadir.
Pembacaan do'a yang diikuti oleh yang hadir atau mengucapkan " amin ".
Pembacaan buruda (berjanji) bersama-sama diikuti oleh pukulan rebana.
Pengajian Al Qur'an dan ditutup dengan do'a apa yang dikehendaki dengan kemenyan ( dupa ).
Selesai, dan sajian-sajian ditinggalkan sebagai sajian para arwah.
D. KELOMPOK KEAGAMAAN.
- Keluarga init sebagai kelompok dalam upacara-upacara tidak ada. Yang ada ialah keluarga-keluarga luas yang mengambil peranan dalam upacara-upacara makam keramat untuk selamatan rumah baru, menyembuhkan orang sakit, minta kekayaan kematian (takhlilan).
- Kesatuan hidup setempat sebagai kelompok keagamaan (Community). Kelompok ini seperti penduduk desa masih mengaktifkan upacara-upacara keagamaan seperti ucapara makan keramat pada hari raya Maulid Nabi, bila ada penyakit berjangkit (wabah). Seluruh penduduk desa mengadakan upacara mohilibu (mengusir roh) yang menyebabkan penyakit dengan mengadakan sajian dalam perahu yang dihiasi dengan daun kelapa muda. Kemudian sajian itu dibuang ke laut secara beramai-ramai.
- Organisasi atau aliran-aliran sebagai kelompok keagamaan. Dewasa ini aliran-aliran sabagai kelompok keagamaan di daerah Gorontalo tidak ada. Yang ada ialah organisasi-organisasi dakwah Islamiah di masjid-masjid -
- yang di koordinir oleh P2A, yaitu Proyek Pembinaan Agama dari Departemen Agama.
E. SISTIM PENGETAHUAN.
1. Alam fauna.
Binatang sebagai mahluk biologis mendapat tempat tersendiri didalam kalangan kehidupan masyarakat Gorontalo. Ada jenis-jenis binatang yang tertentu yang dianggap dapat memberikan pengaruh baik maupun pengaruh buruk/bahaya terhadap manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Seekor anjing yang menggonggong tenguh malam ,menurut kepercayaan mereka anjing itu melihat rangka manusia yang berjalan. Hal ini menandakan baahwa ada orang yang meninggal dunia di kampung mereka. Seekor burung gagak warna hijau
yong bersuara pada malam hari, menandakan ada rumah terbakar di kampungnya. Seeker laba-laba yang jatuh didepan seseorang menandakan saudara/kerabat yang terdekat yang meninggal dunia. Seekor cecak yang menangis waktu seseorang meninggalkan rumah atau bepergian, orang yang bersangkutan akan mendapat kecelakaan/bahaya, apabila ia tidak berhenti sejenak.
Ada juga jenis ikan tertentu yang menurut anggapan mereka berasal dari keturunan manusia. Mlsalnya sejenis ikan payangka kecil di laut adalah berasal dari plasena. seorang ibu yang dibuang ke laut. Sehingga banyak dikalangan penduduk yang sampai kini tidak suka memakannya. Begitu pula ikan belut menurut mereka adalah berasal dari manusia. Manusia itu berpenyakit lepra, dan tidak suka/malu dilihat orang lain, sehingga pada waktu dijumpai orang, ia sedang bersandar pada sebatang pisang. Karena ia mendapat teguran dari orang yang menjumpai,nya, kemudian ia terjun ke dalam danau dan akhirnya ia menjadi ikan belut. Karena itu banyak di kalangan penduduk yang tidak suka makan ikan belut.
2. Alam flora.
Demikian pula halnya dengan tumbuh-tumbuhan mempunyai pengaruh/hubungan langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Tumbuh-tumbuhan yang rimbun, semak-semak yang rimbun menurut kepercayaan mereka adalah menjadi tempat setan-setan atau jin. Misalnya tumbuhan sejenis rumput sesapu yang rimbun menjadi tempat duduk setan, sehingga orang tidak berani memotongnya atau lewat didekatnya sebab takut mendapat sakit.
Disamping tumbuh-tumbuhan itu menjadi sarang setan, tumbuh-tumbuhan juga dapat memneri pertolongan pada manusia berupa ramu-ramuan dari jenis tanaman yang tertentu, misalnya tanaman kunyit dan jahe dapat meyembuhkan penyakit kulit seperti alergi, gatal-gatal, koreng dan lain-lain. Daun jambu dapat menyembuhkan sakit perut (mencret). Getah dari pelepah pisang batu dapat menyembuhkan luka yang baru. Masih banyak lagi jenis tanaman lain yang tak dapat disebutkan satu per satu dalam naskah ini.
3. Tubuh manusia.
- | rambut | : | guntungan rambut harus disimpan dalam tempurung kelapa, agar bilamana mati, ruhnya akan mengambilnya dengan mudah. Dengan demikian ruh tadi tidak akan berkeliaran. |
- | kuku | : | potongan kuku tangan dan kaki, harus disimpan dalam tanah, agar bilamana mati, ruhnya akan mengambilnya dengan mudah. Dengan demikian ruh tadi tidak akan berkeliaran. |
- | gigi | : | gigi yang dicabut, disimpan dalam bambu dengan anggapan tikus akan menemukan gigi itu dan akan menggantinya dengan yang baru. |
- | mata | : | hendaknya digunakan untuk melihat sesuatu yang baik dan dilarang melihat hal-hal yang buruk (mungkir), sebab dialam kubur bilamana mati, mata akan menjadi saksi untuk meringankan atau memberatkan hukuman yang diterimanya. |
Segala alam/jagat raya ini menurut pengetahuan mereka adalah ciptaan Tuhan. Dan semuanya tidak kekal, hanya Tuhan yang kekal selama-lamanya Semuanya adalah fana, akan sirna bila Tuhan sudah menghendakinya. Artinya pada suatu ketika akan kiamat/musnah. Karena itu manusia termasuk ini alam ini diperuntukkan bagi manusia dan harus berterima kasih atas segala pemberian alam ini dengan bersyukur kepada penciptanya. Manusia diberi waktu untuk hidup hanya sementara saja. Manusia yang tidak menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya adalah merugi. Sesuatu pekerjaan yang sudah waktunya dikerjakan, tidak boleh diundurkan sampai berlalu waktu itu. Sebab waktu tidak memilih manusia, apakah ia orang bangsawan, orang kaya, rakyat jembel, orang miskin, semuanya bila sudah waktunya mati pasti akan mati.
Waktu magrib dan subuh bagi mereka yang selalu menegakkan sembahyang, dianggap berharga karena singkat waktunya. Orang yang hendak bepergian, biasanya tidak dapat meninggalkan rumah sebelum menegakkan sembahyang. Atau yang tidak sembahyang, tidak akan keluar rumah sebelum waktu magrib berlalu. Begitu pula halnya dengan waktu subuh. Bila mereka bangun subuh sudah berlalu atau sudah siang, mereka beranggapan akan tertutup rezeki baginya. Apalagi kalau sudah didahului oleh ayam, pasti akan tidak mendapat rezeki. Tetapi bila bangun waktu subuh, berarti rezeki masih terbuka lebar bagi mereka.
V. SISTIM KEMASYARAKATAN.
A. SISTIM KEKERABATAN. 1. Kelompok-kelompok kekerabatan.
a. Keluarga batih dalam bahasa daerah disebut
ngala'a. Ayah dianggap sebagai pemimpin (khalifah) dalam keluarga, karena ia mencari nafkah, sedangkan isterinya tinggal di rumah mengurus anak-anak. Ada keluarga batih mempunyai 12 orang atau 15 orang banyaknya. Pada umumnya mereka mengawinkan anak nya umur muda. Laki-laki pada umur 16 - 17 tahun, dan anak perempuan yang sudah mendapat haid yang pertama atau umur 14 - 15 tahun sudah boleh kawin. Anak-anak selalu taat kepada orang tuanya. Dihadapan ayah dan ibunya anak-anak tidak berpangku kaki dan selalu menurut; apa yang dikatakan ibu-bapanya. Pemilihan jodoh biasa nya ditentukan batih, yang muda menghormat kepada yang tua sehingga pergaulan mereka dalam rumah tidak bebas. Keluarga batih poligini masih dikenal oleh penduduk. Artinya seorang suami mempunyai lebih dari seorang isteri. Sehingga seorang suami bisa mempunyai anak sampai 25 orang, kalau ia mempunyai tiga sampai empat isteri.
b. Keluarga luas dalam bahasa daerah disebut ungala'a
Antara keluarga-keluarga yang masih erat hubungan darah, terjadi suatu hubungan sosial yang begitu erat, didalam kalangan mereka saling bantu-membantu (mohuyula).
Bantu-membantu dalam perkawinan, kematian, sunatan, dalam suka dan duka. Apabila ada keluarga yang kebetulan kehabisan makanan, keluarga lain dapat membantunya. Misalnya kehabisan lauk-pauk dapat pergi minta kepada keluarga lain (keluarga misanan, keluarga kemenakan dan sebagainya).
Pada umumnya antara anak-anak mereka terjadi perkawinan, malahan perkawinan yang demikian sangat digemari (marriage preferences). Kepada anak-anak keluarga luas ini, orang-orang tua mereka memberitahukan siapa anggota-anggota kerabat , sehingga antara mereka saling kenal mengenal sampai generasi ketiga atau keempat, baik dari pihak laki-laki maupun perempuan.
- Prinsip-prinsip keturunan.
Prinsip keturunan yang dikenal ialah prinsip bilateral atau bilateral descent. Antara pihak keluarga laki-laki dan wanita (suami isteri terjadi hubungan kerabat yang sama eratnya. Seorang anak bergaul dan berhubungan dengan anggota-anggota kerabat ayahnya dan kerabat ibunya.
Juga seorang anak yang masih ada hubungan kerabat secara biologis, dapat memberi bantuan tenaga baik pihak keluarga ayahnya maupun ibunya, bilmana keluarga-keluarga itu menghadapi pesta perkawinan, kematian, sunatan, gunting rambut, dan lain-lain. - Istilah kekerabatan.
Pemakaian terms of adress (istilah untuk menyapa) dan terms of refrence) istilah untuk menyebut tidak ada perbedaan yang tegas pada masyarakat Gorontalo. Misalnya untuk memanggil -
Pemakaian terms of address.
mama | : | Mo = ibu |
papa | : | Fa = ayah |
bapu | : | Fa Fa = ayah-ayah, Mo Fa = ibu ayah |
nene | : | Fa Mo = ibu ayah, Mo Mo = ibu-ibu. |
papatua | : | Fa El Br = kaka ayah yang laki-laki. Mo El Br = kaka laki-laki ibu. |
mamatua | : | Mo El Si = kakak perempuan ibu Fa EL Si = kakak perempuan ayah. |
papa ade | : | Fa Yo Br = adik laki-laki ayah. Mo Yo Br = adik laki-laki ibu. Fa Yo Si = adik perempuan ayah. |
kaka | : | El Br = kakak laki-laki El Si Hu = suami kakak perempuan. |
tata | : | El Si = kakak perempuan. El Br Wi = isteri kakak laki-laki. |
nou | : | Da = anak perempuan |
uti | : | So = anak laki-laki. |
Pemakaian terms of reference.
Pemakaian terms of address dan terms of reference dalam percakapan sehari-hari, perbedaannya hanya terletak pada pemakaian sehari-hari, perbedaannya hanya terletak pada pemakaian kata depan "ti". Misalkan bapu menjadi tibapu, timama menjadi timama, tata menjadi titata, dan sebagainya.
Istilah untuk menyebut saudara sepupu dari pihak ayah maupun pihak ibu adalah sama dengan B. DAUR HIDUP.
Aturan-aturan yang harus dipatuhi bukan saja berlaku pada si ibu yang mengandung, tetapi juga berlaku bagi si suami.
Setiap malam Jumat Ibu yang mengandung bersama suaminya dibacakan doa dengan membakar kemenyan untuk mengusir roh-roh jahat oleh seorang modin (lebe). Apabila kandungan genap berumur tujuh bulan diadakanlah selamatan (melontalo) yaitu upacara meraba perut. Dalam upacara ini disajikan nasi kuning ayam, telur, pisang, nasi merah dan nasi putih. Mereka yang berhak memakan sajian ini ialah:
- Tamongadi salawati, yakni orang yang membaca doa.
- Tahulango, bidan kampung.
- Tapodi huliyohuu, anak perempuan yang memegang lutut si ibu yang mengandung.
- Tapongululaliyo, anak perempuan yang pahanya dipakai sebagai bantal.
- Tapolontoliyo, anak perempuan yang meraba perut (kandungan).
- Kedua suami isteri yang bersangkutan.
Anak laki-laki umumnya dikhitamkan (molu na) sebelum dewasa, sekitar umur 10 dan 12 tahun. Tiga hari sebelum disunat si anak dilarang keluar rumah. Pada pagi hari jam 06.00 si anak diberi pakaian adat, pakaian hias seperti pengantin (pakaian kebesaran raja-raja dahulu). Salah seoorang syarada'a membeat menuntun membaca/mengucapkan syahadat kepada si anak). Selesai dibeat dilakukanlah penyunatan oleh tamolunawa (penyunat). Luka yang disunat diberi obat batok kelapa dikerat, getah dan daun jarak.
beramai-ramai diikuti oleh tepukan rebana sampai jam 10.00 pagi. Pada sore hari jam 16.00 dilanjutkan lagi secara ini sampai malam hari.
Bilamana luka yang disunat sudah sembuh, si anak dimandikan melalui upacara (mopolihu lopali). Para kerabat beramai-ramai pula membawanya kerumah sesudah mandi. Sejak saat itu si anak sudah menjadi seorang Islam dengan menjalankan perintah agama.
3. Adat pergaulan muda-mudi.
Pada umumnya pergaulan antara muda-mudi dalam masyarakat tidak bebas seperti apa yang dijumpai di kota-kota. Muda-mudi yang masih ada ikatan darah seperti saudara sepupu pertama atau kedua oleh bergaul, boleh ke tempat-tempat ada keramaian, boleh bercakap-cakap berdua dua, boleh bergurau dan sebagainya karena dianggap mukrimnya (ikatan hubungan darah), Tetapi kalau sudah di luar mukrimnya, tidak bebas lagi bergaul. Anak anak gadis dan wanita-wanita yang sudah kawin,apa bila keluar rumah masih memakai kerundung (tutup muka, kepala, dan badan) sampai melampaui lutut Maksudnya agar tidak diperhatikan orang laki-laki yang bukan mukrimnya yang sama sekali merupakanpantangan adat. Dalam pesta perkawinan, sunatan, kematian dan khitanan, kaum wanita dan muda-mudi ikut serta membantu. Pada kesempatan ini, muda-mudi diperbolehkan bertemu.
karang. Oleh karena itu, biasanya perjodohan hanya ditentukan oleh orang tua.
Pergaulan muda-mudi di Kotamadya Gorontalo, Telaga, Limboto, Tapa, dan Bulila dalam kenyataannya sekarang sudah tidak terikat lagi dengan adat.
4. Adat dan upacara perlawinan.
Menurut adat yang berlaku, sebelum kedua muda-mudi melangsungkan upacara perkawinan biasanya harus melalui tahap-tahap sebagai berikut :
- Keluarga si pemuda mengadakan penyelidikan dengan jalan meninjau (mobilohe) secara tidak diketahui oleh keluarga gadis atau gadis itu sendiri. Hal ini memang sukar diketahui oleh si gadis dan orang tuanya, sebab pada umumnya hubungan kerabat antara mereka masih dekat,sehingga saling kunjung mengunjungi antara kerabat adalah hal yang biasa dilakukan. Yang ditinjau adalah mengenai cara berdandan (berpakaian) bersih, rambut terurai dan disisir rapih), rumahnya dalam keadaan bersih (dalam rumah, pekarangan), si gadis sedang membantu orang tua atau bermalas-malas, dan sebagainya. (Monografi Daerah Sultara, 1972; hal.172).
- Pihak keluarga si pemuda mengutus seorang perantara untuk melaksanakan peminangan (motolobalango), dengan mengucapkan bahasa sindiran yang bunyinya: "Wonu ito tahu-tahu intani deami yatiya mei jangge mayi Wonu ito woluwo opolohungo de amiyatia ta momuhuto; Wonu woliwo burungi potalinto de ami yatiya tamotali mayi" artinya : "Apabila tuan rumah menyimpan sebutir intan izinkanlah kami membuat tempatnya ; andai kata bunga yang tertanam di halaman rumah tuan, baiklah kami yang meneliharanya ; kalau tuan berkenan menjual seekor burung, izinkanlah ka-
Pihak orang tua si gadis menjawabnya :
"Donggo mo o'otawa woloungala'a; dabo donggo to ombongo walao ta dulota ; yilumuwalayi lou mobongo ta datata". Artinya : "Kami hendak memberitahukan dengan seluruh keluarga bahwa waktu anak masih ada dalam kandungan adakan anak ibu-bapaknya, dan setelah ia lahir menjadilah ia anak seluruh kerabat".
Seminggu kemudian setelah pihak keluarga, gadis selesai mengadakan pemusyawaratan, datanglah perantara (telangkai) untuk mengecek pembicaraan dengan keluarga si gadis (motua tato upilo o'otawa), Kalau kerabat si gadis hadir dalam pertemuan ini berarti peminangan dapat dilanjutkan. Sebuah bingkisan dan sirih pinang diserahkan kepada keluarga si gadis. Mas kawin ({{u|tonelo) ditetapkan pula dan kadang-kadang diikuti permintaan akan bulinggodu dan ilato (musik dan potret) dalam pesta.
c. Sehari sebelum upacara perkawinan yang telah ditentukan, mas kawin (tonelo) diserahkan kepada keluarga si gadis, yang diisi dalam kola-kola (usungan berbentuk perahu yang panjangnya 25 cm). Isinya berupa uang tonelo, sirih pinang, tembakau, dan buah-buahan. Malam harinya diadakan kunjungan si pemuda ke rumah calon isterinya bersama-sama dengan pemuda-pemuda yang sebaya, yang disebut mepotilantohu atau molilo huwali (meninjau kamar). Dalam kunjungan ini biasanya diadakan upacara singkat dengan pertunjukan tarian saronde atau molapi saronde (melempar selendang). Maksud kunjungan ini untuk memperlihatkan kepada keluarga si gadis, bahwa kedua calon mempelai siap mengayuhkan bahtera rumah tangga.
Keesokan harinya tibalah upacara perkawinan yang dinanti-nantikan. Tepat pukul 08.00 pagi pengantin laki-laki diarak menuju rumah pengantin perempuan, setelah ada pemberitahuan lebih dahulu. Rombongan pengantin ini dikawal oleh pengaku-pengaku adat dan diiringi dengan tepukan gendereng/rebana bersama lagu-lagu tinilo (nyanyian berisi nasihat dan kegembiraan). Tiba di rumah pengantin perempuan, pengantin laki-laki mencuci kakinya dan membayar uang adat (wulo lo oato). Mereka di terima keluarga penganten perempuan, dipersilahkan duduk dan dihidangkan sirih pinang. Di bawah pimpinan imam, izam qabul diadakan. Kemudian pengaku adat (bate) sambil bersyair (tuja'i) bersama pengantin laki-laki menjemput mempelai perempuan setelah membayar uang adat (bunggalo pintu). Mempelai perempuan keluar dari kamar diiringi oleh pengiringnya dan diusung untuk duduk di atas kursi disusul oleh pengantin laki-laki dan didampingi oleh wakil orang tua kedua belah pihak. Oleh imam dibacakan doa selamat dan bate menyampaikan fatwa yang disebut momalebohu.
Fatwa yang diberikan adalah berupa sanjak diantaranya :
Mbu'i poo tuwoto | = | Putriku ingatlah senantiasa. |
Wawu poo limomoto | = | Dan berteguh hati |
Wonu motitiwoyoto | = | Kalau merendah. |
Totudu lowolipopo | = | Lebih terang dari cahaya kunang-kunang. |
Toladenga lipapamu | = | Jaga nama baik bapakmu. |
Bangga biye limamamu | = | Dan juga ibumu |
Wonu momiyobiahu | = | Usahakan kebaikan. |
Momungo lomiyahu | = | Agar kelak berbuah baik |
Umopiyo molamahu | = | Dalam bentuk kebahagiaan. |
Sementara memberi nasihat, bate tersebut menghamburkan beras kuning.
5. Adat dan upacara kematian.
Sebagai kepala linula (desa) ialah Tauda'a atau istilah yang populer dimasa pembangunan sekarang disebut ayahanda. Tauda'a dibantu oleh surat menyurat, pengumuman-pengumuman, pelakat-pelakat, instruksi-instruksi, keputusan-keputusan, dan lain-lain.
- Dasar-dasar stratifikasi sosial pada zaman dahulu (zaman kerajaan-kerajaan Limo lo pahala'a) berdasarkan keturunan (kasta-kasta), yaitu :
- Olongia (raja-raja dan keturunannya).
- Wali-wali (pejabat-pejabat istana atau pembesar-pembesar istana yang diangkat oleh raja dan keturunannya.
- Tuangolipu (rakyat atau penduduk kerajaan).
- Mato (budak, pelayan-pelayan istana/raja dan keturunannya).
VI. UNGKAPAN-UNGKAPAN.
A. PEPATAH-PEPATAH.
Artinya : Uti potabiya
dila obuliya agama
potabiya popuasa
dodunia dilabaqa
poopatata windua
buta molaodutua
windua poopatata
huta moobalata
Anak sembahyanglah
supaya agama tidak terlepas
sembahyang dan berpuasalah
di dunia tidak kekal
carilah amal di dunia
untuk bekal di akhirat
agar mendapat keselamatan di akhirat
carilah amal baik di dunia.
2. Pepatah-pepatah yang berhubungan 'dengan upacara adat.
Tojanji omalua, lotatinggayi omodunga
Iya iyati laluma, wonu depuhe lilunga
Mootimu moopunga, tojanji pilongalutu
Wonu tololumuluto alolo eluto
Opipiyo maloluto, mamoditu odebututo
Janji' pilongulotio, wonu talolu moliyo
Alo lo eluto, moluluto opipiyo
Ode tabodidio.
Artinya :
Kapan ada perjanjian,
Yang bersama-sama oleh yang bersahabat
Seperti tak ada gunanya
Kalau disembunyikan
Mencelakakan dan menjatuhkan
Perjanjian yang ditulis
Kalau ditelan dengan sembrono
Dimakan oleh pisau belati
Yang bagus itu hilang,
Mencair seperti timah.
Perjanjian yang ditulis,
Kalau disia-siakan, masih ingat akan dimakan pisau sendiri
Yang baik itu hilang
Seperti tidak melekat.
b. Ungkapan dalam upacara adat perkawinan.
Dalam upacara perkawinan, kedua mempelai yang sudah duduk bersandig menerima nasihat-nasihat dari pemangku adat disebut bate. (J. Amali, 1970, hal. 51). Salah satu ungkapan yang berupa nasihat ialah :
Mbu'i poo tuwoto | = | Putriku ingatlah senantiasa. |
Wawu poo limomoto | = | Dan berteguh hati. |
Wonu motitiwoyoto | = | Kalau meredahkan diri. |
Todudu lowolipopo | = | Lebih terang dari cahaya kunang-kunang. |
Toladengan lipapamu | = | Jaga nama baik bapamu. |
Bangga liye limamamu | = | Dan juga ibumu. |
Wonu Momiyobiahu | = | Usahakan kebaikan. |
Momungo lomiyahu | = | Agar kelak berbuah baik. |
Umopiyo molamahu | = | Dalam bentuk kebahagiaan. |
c. Ungkapan dalam upacara adat kematian.
Bilamana memandikan mayat, biasanya digunakan semacam ungkapan seperti :
Bilohi tadadata 3 x
Tiya talahu, lotho maka mapomata
Artinya : Perhatikan orang banyak 3 x
Air ini dari Mekka, sekarang akan disiramkan !
Maksudnya air dari Mekka, adalah menujukkan air itu suci dan akan mensucikan si mayat, agar bersih dari pada dosa. Upacara memandikan mayat disebuat upacara mopodungga lotaluhu.
3. Pepatah-pepatah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam pergaulan hidup sehari-hari, yang diutamakan ialah adat kesopanan, agar kerukunan hidup bermasyarakat senantiasa dapat diwujudkan.
Adat kesopanan/sopan santun itu dilukiskan berupa ungkapan-ungkapan seperti :
a. Totala lambango
b. Totala bayalo
o. Totala luntalo
d. Totala lumadu
e. Totala Butolo
f. Totala huta-hutango
Maksudnya :
ad. | a. | Suatu kesalahan yang melampui batas, seperti masuk pekarangan orang lain tanpa izin, masuk dalam kamar seorang gadis (moolato). |
ad. | b. | Suatu perbuatan bersifat menghina, memalukan, memaki di depan orang banyak. |
ad. | c. | Suatu ucapan yang mempersamakan dengan seekor binatang (seperti : Anjing kamu! Babi Kamu! Sapi angkhu!). |
ad. | d. | Suatu pelanggaran kehormatan, pekerti, nama baik oran lain, seperti memburuk-burukan, menceriterakan aibnya orang lain, menfitnah dan lain-lain. |
ad. | e. | Suatu perbuatan seorang pemimpin yang melanggar adat sopan santun, seperti kepala desa atau camat yang tidak mengucapkan salam atau tidak membalas salamnya orang lain (molubo). |
ad. | f. | Menceriterakan rahasia seseorang kepada orang lain. |
- Simbol yang berhubungan dengan kepercayaan dapat dilihat dalam adat kematian. Bilamana ada upacara gunting rambut berdekatan dengan rumah kedukaan, maka mereka yang mengadakan gunting rambut membawa uang logam dalam tempat sirih pinang yang ditutup dengan koin merah ketempat kedukaan. Dari kedukaan tempat sirih pinang diganti dengan kain penutup yang berwarna putih. Hal ini menunjukkan bahwa kain putih sebagai lambang kedukaan lebih diutamakan daripada gunting rambut yang dilambangkan dengan kain merah sebagai tanda kegembiraan.
- Simbolsimbol yang berhubungan dengan upacara - upacara.
- | Warna merah melambangkan keahlian berperang melawan musuh (pulanga bilinggata) |
- | Warna ungu (uwabu) melambangkan sebagai pengawas-pengawas adat, ahli dalam bidang adat. |
- | Warna hijau (miodu) melambangkan kesejah- |
- | Warna kuning ( lupayo ) melambangkan keahlian dalam bidang administrasi. |
seorang berada di sungai tidak boleh mengucap kan kata polombu'o, sebab mahluk halus/setan akan berdatangan mendekati orang itu dan akibatnya ia akan mendapat sakit perut atau sakit kepala. Begitu pula kalau berada di kebun atau di hutan tidak boleh berkata piloma-malohuta sebab akan dimakan/ ditangkap setan, yang dapat menyebabkun mati atau badan menjadi berwarna biru.
Dalam percakapan sehari-hari, tidak boleh mengucapkan perkataan yang bersifat memuji/m nyan .. jung (moling kolabu), sebab akan menyebabkan yang dipuji binasa, Misalnya : Anak itu gemuk sekali sehingga saya merasa gemes. 'Gadis itu cantik seperti bidadari, padi itu subur sekali, dan lain - lain.
D. UKIRAN-UKIRAN.
Masyarakat daerah Gorontalo dahulu mengenal juga ukir-ukiran seperti masyarakat daerah lain. Tetapi sekarang ini mereka sudah tidak mengembangkan seni ukir ini. Yang ada sekarang hanyalah merupakan peninggalan-peninggalan zaman dahulu seperti ukir-ukiran pada masjid Jami' di kecamatan Telaga, ukiran pada tempat usungan mayat, ukiran pada rumah diatas pintu masuk. Demikian pula halnya arti dan fungsi dari pada ukiran yang ada, sudah tidak ada orang yang dapat menerangkannya, baik dalam hubungan dengan kepercayaan maupun dalam hubungannya dengan upacara adat. Apalagi ukir-ukiran yang ada hubungannya dengan kehidupan sehari- hari sudah tidak dikenal lagi.
Ada sejenis kerajinan dijumpai, yaitu kerajinan membuat kursi dari batang kelapa yang diukir. Akan tetapi ukiran ini merupakan pengetahuan dari Jawa, dengan diadakannya penukaran siswa -siswi daereh Gorontalo dan Jawa, Karena itu tidaklah merupakan seni ukir asli dari masyarakat Gorontalo.