Detektif Chiu  (1950) 
oleh Amorinda

Detective CHIU

SIAPA PEMBUNUNJA?

P ADA SUATU PAGI, telah ketahuan suatu kedjadian heibat jang terbit disatu rumah di Lampersari, Semarang, dimana saorang perampuan muda bangsa Tionghoa telah mati dalem tjara begitu rupa, hingga tida mudah diketahui sebab-sebabnja itu kematian, tjuma orang dapet menetapkan bahua itu njonja-muda ada mendjadi korban pembunuhan luar biasa!

Detective Chiu bersama pembantunja, Sin-hock, pada itu pagi sudah berada dirumah terdjadinja drama ini, sedang lakuken papreksaan.

Ini detective muda baru sadja dateng dari Surabaja dan belon berapa lama tinggal di Semarang. Buat jang pertama kalinja di Semarang ia menghadepi suatu kedjadian luar biasa jang aken meminta sapenuh ketjerdikannja untuk dapet membikin terang drama tersebut, atawa kalu tida, ia tentu merasa „panas” aken terus berdiam di Semarang, baekan kombali ke Surabaja !

Sedengkan Sin-hock ada anak Semarang jang memang gemar sekali menuntut penghidupan detective, maka kabetulan pada detective Chiu ia sudah kenal waktu masih sama-sama duduk dibangku sekolahan di Surabaja, dimana pada masa ia masih ketjil ada bertinggal bersama iapunja twathio disana.

„Apa semalem kau tida denger suara² jang keluar dari kamarnja njonja-madjikanmu, 'wak Sun? Dan, apakah semalem kau djuga tida tau siapa jang dateng kemari?” demikian detective Chiu madjuken pertanjaan-pertanjaan pada uwak Sun jang bekerdja pada si korban itu sebagi pengrawat rumah.

„Aku biasanja masuk tidur satelah liwat djam 10 malem, tetapi tadi malem atas prentahnja njonja madjikan Lian, aku disuru tidur pada sorean, jaitu kira-kira pukul 9. Sudah tentu ini prentah bikin tidurku djadi lebih njenjak sebab berarti aku dapet tambahan tidur extra...... 1 djam lebih daripada biasanja,” mendjawab uwak Sun jang kamudian lantas menutur lebih djauh:

„Aku tida denger apa-apa, 'tju, sampe tadi pagi aku bangun dari tidurku, aku dapetken njonja Lian masih belon keliatan keluar dari kamarnja, sedengken biasanja pagi-pagi ia sudah bangun dan djalan² dengen menuntun si Teddy, andjing piaraannja jang ia sanget sajang. Aku tida tjuriga apa-apa kerena aku mengira njonja Lian sedeng kapulesan tidurnja. Tetapi satelah aku perhatiken sampe djam 10 belon djuga bangun atawa keluar dari kamarnja, maka aku djadi ibuk sebab belon belandja apa-apa. Kuntji pintu luar seperti adat saben ada dibawa olehnja, maka pintu itu pun belon bisa dibuka. Lantaran aku ketok² pintu kamarnja tida dapet djawaban sampe aku lalu mengintip dari lobang kuntji aku menampak didalem kamarnja tetep seperti biasa, tida ada terdjadi perobahan apa-apa, tjuma satelah aku punja mata mempergoki kaen kelambu sebelah kiri tersingkap, barulah aku bisa menampak parasnja njonja Lian jang mengadep ka pintu-kamar.

Aku punja hati djadi berdebar-debar satelah memandang wadjahnja njonja Lian begitu putjet dan aku awasken dengan lebih terliti, ternjata dadanja

tida bergerak-gerak, seakan-akan ia tida bernapas. Mendapet ini matjem pemandangan, membikin hatiku penuh perasaan takut, maka dengan tida bisa ditjegah lagi aku telah bertreak-treak meminta tulung pada sabelah-tetangga untuk dobrak pintu-muka. Maskipun aku bertreak-treak begitu keras, toch njonja Lian tida djuga bergerak, maka begitu pintu-muka sudah kena ditoblos oleh tetangga², aku minta marika sekalian buka dengan paksa pintu kamarnja njonja Lian jang satelah dapet didobrak dan aku buru-buru masuk, njatalah njonja Lian...... sudah tida...... tida...... bernjawa!”

Detective Chiu tjatet penuturannja ini njonja tua dalam iapunja buku notes, satelah mana ia madjuken pula pertanjaan-pertanjaan:

„Tjoba kau ingat-ingat jang betul. orang siapa jang sering kemari?”

„Oh...... kasian sungguh njonja Lian, dosa apakah kau sehingga dapetkan nasib jang begini rupa...... Oh, Alah, tobatt...... tobattt!” menangis uwak Sun dengan tida menaro perhatian atas pertanjaannja detective Chiu, bahua hatinja sangat sedih mengingat kematian njonja-madjikannja itu.

„'Wak Sun, haju, kasihlah katerangan, orang siapa jang sering dateng kemari?” mendesek pula detective Chiu.

„Tida...... tida ada...... Eh, ja......”.

„Nah, ingat kau sekarang, hajoo teruskan utjapanmu 'wak!”

„Oh...... ti...... tida, ach...... tetapi djanganlah tjutju nanti buka ini resia jang apabila demikian kan bisa membikin malu rochnja njonja Lian ditempat baka...... Biarlah ia mangkat dengan penuh

kelanggengan..... Oh..... 'nja Lian, kasian kau.....!” menangis lagi uwak Sun.

„Tida, aku perlu lantas dapet kaupunja djawaban, lekas!”

„Jang biasa...... da...... dateng, jalah...... 'tju Kim-hien, jaitu ka...... katjin.....”.

„Hm, katjintaannja njonja Lian?” memotong detective Chiu.

„Be...... benar! Tadi malem ia dateng disini maka sore-sore aku sudah disuru masuk tidur oleh 'nja Lian. Selandjutnja aku tida tau lagi apa jang telah terdjadi......” membenarkan uwak Sun jang sesaat itu keliatan djadi lelah. „Dan,...... minta ampun tuan-tuan, djanganlah dibuka ini resia, ja......?”

„Kim-hien? Apa itu pemuda jang tinggal di Semarang Timur?” tjampur tanja Sin-hock jang ingat seperti perna kenal pada itu orang jang barusan disebut, tetapi sudah sekean lama tida perna ketemu lagi.

Uwak Sun manggutkan kepala membenarkan pertanjaannja Sin-hock jang dengan sendirinja lantas mendjadi djawaban.

Inspektir Lim tinggalkan Chiu dan Sin-hock jang saan, lantas titahkan Ibrahim, iapunja hoofdrechercheur jang sangat dipertjaja, untuk lantas tangkep lebih dulu itu pemuda Kim-hien. Orang jang terima ini order, seperti memang ada mendjadi iapunja kebiasaan, zonder musti diulangi buat kedua kalinja, lantas tjemplak iapunja Harley, kaburkan itu seperti terbang......

„Nah, Chiu, kau teruskan kewadjibanmu disini, aku hendak balik ka kantor untuk periksa itu pemuda jang tida lama lagi pasti akan sudah dibawa oleh Ibrahim. Djuga sabentar aku minta pada Dr. Tan buat dateng periksa lajonnja njonja Lian.”

Inspectir Lim tinggalken Chiu dan Sin-hock jang masih uplek lakukan pertanjaan² dan penjelidikan disitu.

Detective Chiu lalu bikin peperiksaan disekitarnja kamar dan ruangan² laen dari itu rumah, tetapi sebegitu djauh tida ada satu apapun jang keliatan terganggu, bahkan lemari pakean dan peti perhiasannja si korban, pun masih dalem keadaan utuh, tida sedikitpun terdapet tanda-tanda bekas dirabah orang.

Tjuma achirnja ada satu jang menarik detective Chiu punja perhatian besar, adalah waktu ia dapetkan beberapa butir telor ajam di..... atas lemari, dua antaranja isi-telornja meleleh keluar. Kemudian ia tudjukan perhatiannja kebawa podjokan dimana ia ketemukan sebutir telor ajam jang masih utu. Ia sigra djumput itu, tetapi ia mendjadi heran kerena rasakan ditanganja itu telor begitu enteng dan kutika ia gojang-gojangkan itu dipinggir kupingnja tida terdengar geblakan seperti kalu biasanja terdapet pada telor-telor jang suwadjarnja.

Satelah ia ulangkan berkali-kali gojang-gojangan itu, achirnja ia dapet kapastian bahua itu telor sudah...... kosong, didalemnja tida berisi lagi, apa jang sekarang berada dalem tangannja adalah tjangkang telor dalem rupa masih utuh, sedikitpun tida ada tanda-tanda rengat atawa remek!

Ini barang lalu disimpan dengan hati-hati olehnja supaja djangan sampe rusak atawa petjah. Memang ada mendjadi iapunja kabiasaan kalu selagi lakukan penjelidikan perkara² jang sulit, begitu ia dapet ketemukan barang-barang jang bagi laen orang tida berarti suatupun apa, sebaliknja oleh detective Chiu dipandang sangat berharga dan perlu diperhatikan untuk didjadikan bahan-bahan penjelidikanja.

„Ach, rupanja ini ada drama pertjintaan! En, bagimana kaupunja pendapetan Sin-hock?” menanja detective Chiu pada pembantunja.

Jang ditanja tjuma memanggut, sebab ia sedang..... tergetun-getun meliat parasnja njonja Lian jang

begitu eilok, sajang mendjadi korban pembunuhan begitu rupa.....

Menampak apa jang sedang dilakukan oleh pembantunja, detective Chiu bersenjum dan mengedjek: „Hoho...... dasar mata-krandjang, sampe kulit tinggal membungkus daging, toch kau masih bisa begitu...... kesengsem! Djangan membinal, Sin-hock. kalu kau tida ingin terpental!”

Tida antara lama kamudian Dr. Tan dateng dan kerna perlu dipreksa lebih teliti, maka lajonnja njonja Lian lantas diangkut ke hospitaal.

Siapa pembunuhnja?......

Apakah betul jang melakukan itu perbuatan kedjem ada katjintaannja njonja Lian, si djanda-kembang?......

Djikalu bener demikian, persoalan apakah jang mendjadikan sebab sampe terdjadinja ini drama ngeri?......