Detektif Chiu  (1950)  oleh Amorinda
Laen Kesulitan Menjusul!

II.

LAEN KESULITAN MENJUSUL!

IBRAHIM jang mendapet order buat menangkep Kim-hien dengan tida begitu susah sudah bisa berhasil, sebab kabetulan sekali Kim-hien pun masih berada dirumahnja.

Tetapi didepannja Inspectir Lim ia masih belon mengakuh kendati ia membenerkan bahua pada malem terdjadinja itu drama ia berada dirumahnja njonja Lian, tetapi disana ia tjuma sampe djam 11.30, dari sana tida pergi ka tempat-tempat laennja lagi, hanja terus pulang dan tidur dirumah. Ini ditetepkan oleh tetangga-tetangganja jang mengatahui waktu pulangnja Kim-hien.

Oleh kerna perlu untuk dilakukan papreksaan lebih djau, maka Kim-hien pun belon dibolehkan pulang.

Besok paginja, baru sadja Inspectir Lim duduk dibelakang medja tulisnja, atawa sakunjung-kunjung detective Chiu menjelonong masuk dan ambil tempat duduk dihadepannja sembari rogoh sakunja, keluarkan pipa dan tembakonja jang lalu disulut serta diisep dengan tjara begitu kalm.

Satelah ia kebulkan asep pipanja, barulah ia mulai buka mulut: „Lim, aku semalem telah dateng lagi di rumahnja njonja Lian dan lakukan pengusutan pula. Disitu aku dapetkan perobahan-perobahan.

Itu telor-telor ajam jang petjah berarakan diatas lemari sudah tida ada lagi dan beberapa barang dalem lemarinja njonja Lian pun telah linjap, sedengkan kemaren aku tau pasti barang-barang didalem lemari masih dalem keadaan baek. Antaranja jang aku tau sudah tida ada lagi, jalah beberapa potong barang mas-inten”.

„Heh? Apakah uwak Sun tida tau jang didalem kamarnja njonja Lian kemasukan orang?” menanja Inspectir Lim.

„Aku sudah teken uwak Sun, tetapi ia tida bisa kasih katerangan apa-apa, ia hanja bisa kasih undjuk kuntji-kuntji dari pintu-pintunja rumah jang semua memake nomeran. Ada satu kuntji dari pintu luar jang memake nomor 6A, maka aku rasa jang origineelnja telah ilang atawa....... berada pada orang jang sekarang aku sedang tjari, sebab aku merasa sangsi apakah bener pembunuhan ini dilakukan oleh Kim-hien”, menjambung detective Chiu dengan tida katinggalan sedot-sedot lagi pipanja.

„Djadi kau berpendapetan pasti, bahua dalem ini perkara Kim-hien bersih sama sekali?” „Wel, mungkin ia dibikin oleh pembunuhnja njonja Lian supaja dituduh......“

„Kalu begitu, apakah tida lebih baek kita merdekakan sadja padanja?”

„Djangan! Dikwatir begitu ia dimerdikakan, bahaja heibat akan mengantjem atas dirinja, malah mungkin ia...... akan dipaksa buat susul njonja Lian ditempat baka!”

Inspectir Lim manggutkan kepalanja sembari berkata: „Teruskan pembitjaraanmu, detective Chiu!”

„Atas dirinja Kim-hien, aku mendapat beberapa pengundjukan, bahua dalem perdagangan ia ada mempunjai banjak saingan, satu antaranja jang paling keras, adalah Heng-koey. Aku taro sangkaan ini mungkin ada Heng-koey punja tipu daja buat djebloskan Kim-hien, tetapi kutika aku datengi rumahnja, ternjata ia sudah...... mabur!”

„Ia sudah mabur? Oh, kalu begitu kita akan katjele. Barusan djam 8 ada dateng mengadu seorang Indonesia, bahua ia telah ditipu oleh Heng-koey dalem perkara djual-beli barang”.

Inspectir Lim terkedjut dan lantas panggil Ibrahim jang sedari tadi memang sudah menunggu diluar.

Ibrahim menerangkan bahua titahnja Inspectir Lim buat ia panggil Heng-koey atas pengaduannja itu orang Indonesia, tida berhasil sebab Heng-koey sudah pergi kelaen kota.

„Hm, ia tida akan pulang, ini aku berani pastikan! Djadi Heng-koey pun tersangkut perkara penipuan? Siapa itu orang jang ditipu?” menanja Chiu dengan paras terkedjut.

Inspectir Lim angkat pundaknja, mengelah napas.

„Oh, Inspectir, ini hal bikin bujar sebagian dari theorieku! Sekarang timbul laen kasulitan, maburnja Heng-koey apakah berhubungan dengan perbuatannja memfitenah Kim-hien atawakah kerna ia menipu orang?” Detective Chiu memuter otaknja lebih keras.

Inspectir Lim lalu buka buku tjatetannja dan tuturkan itu orang Indonesia jang dateng mengadu bahua dirinja ditipu oleh Heng-koey, ada bernama Sukandar, asal dari Borneo dan tinggal serta membuka kantor dagang di Djalan Halmaheira, deket pengkolan jang menembus ka Semarang-Timur.

„Memang kita berhadepan dengan suatu perkara jang sulit, perlu meminta kaupunja ketjerdikan diperlipet-gandakan, tetapi detective Chiu, aku pertjaja jang kau tentu bisa!” achirnja inspectir Lim „empos” kawannja.

„Ach, djangan terlalu optimistisch, inspectir Lim! Ibrahim, mari ikut padaku buat...... ach, tau sendiri nanti!”

Ibrahim lantas berbangkit dari duduknja, bersedia buat terima adjakannja Chiu jang rupanja sangat membutuhkan tenaganja ini hoofdrechercheur jang kenamaan.

„En, bolehkah aku bawa Ibrahmi, inspectir Lim? Dan, aku harep kau djangan kasih kemerdekaan dulu pada Kim-hien, sekali lagi aku ulangkan, mungkin kalu ia dilepas, akan terantjam bahaja......”.

Satu manggutan dari Inspectir Lim tjukup bikin detective Chiu dan Ibrahim lantas melesat dari itu kantoran......

Papreksaan atas dirinja Kim-hien diulangkan lagi sekali oleh Inspectir Lim dan ini kali ia ditanja kabenerannja pengureian dari detective Chiu bahua Kim-hien dalem perdagangan ada mempunjai banjak saingan, hal mana diakuhi kabenerannja oleh Kim-hien, malah ia djuga undjukan bahua satu antara penjaing-penjaing itu jang paling heibat, adalah Heng-koey. „Tuan Inspectir, kerna mengingat dalem ini perkara, saja tida ada sangkutan apa-apa, maka lagi sekali saja memuhun supaja bisa dikeluarkan dari tahanan. Saja kwartir ibu saja jang sudah tua tentu akan mereres kalu tau aku disekap disini sampe sekean lamanja...... meminta pula Kim-hien pada Inspectir Lim buat ia bisa dimerdekakan.”

Tetapi permintaannja ini mana bisa dilulusi oleh Inspectir Lim jang sudah dipesen berulang-ulang oleh detective Chiu buat djangan loloskan Kim-hien?

Sementara itu, bel telepon berbunji.

„Hallo......! Oh, kau Chiu, ada apa?...... Heh...... apa kau bilang? Ibrahim kena katembak?...... Dimana dan bagimana keadaannja??...... Oh, sukur kalu tida berbahaja!...... Ja, baek, aku akan lantas sampe di djalanan Halmaheira ......” Inspektir Lim lantas tarokan hoorn telepon dan perentahkan sebawahannja masukan lagi Kim-hien dalem kamar tahanan, kamudian dengan tjepet ia adjak beberapa rechercheur laennja, mabur ke tempat jang diundjuk dalem pembitjaraan telepon.

Sesampenja di Djalan Halmaheira, marika tida dapetkan detective Chiu hingga menimbulkan perasaan sangsi dalem hatinja ini pembesar polisie atas kabenerannja itu telepon. Selagi ia akan mengambil putusan atawa sakunjung-kunjung, tida dikatahui dari mana datengnja, seorang Indonesia dengan memake katja mata item menghampiri padanja.

Untuk mendjaga kamungkinan jang bisa terdjadi dalem keadaan demikian, djustru djuga Djalan Halmaheira lagi sepi-sepinja, Inspectir Lim lantas tjabut revolvernja.

Tetapi sabelon ia bisa bertindak laen, itu orang jang menghampiri padanja sudah lebih dulu berkata: „My inspector, adakah kau sudah tida dapet mengenali lagi siapa sabenernja aku ini?.......” „Oh, kau Chiu?!” djawab Inspectir Chiu sembari kedua matanja terus memandang orang jang sekarang berada dihadepannja, siapa lalu tjopot katja matanja, petji dan singkapkan kaen palekatnja jang dipake, hingga tertampaklah dengan njata, bahua sabenernja orang itu adalah bukan laen detective Chiu sendiri.

Detective Chiu lalu pimpin itu rombongan buat kurung sebuah rumah kosong jang diatasnja banjak terdapet karusakan, berada precies dipengkolan Djalanan Halmaheira dan Semarang Timur.

Stelling pengurungan diatur dengan tjepet dan kamudian detective Chiu bersama Inspectir Lim dan satu rechercheurnja lantas...... menjerbu itu rumah kosong dengan paksa, tetapi...... didalemnja tida terdapet saglintirpun manusia!

Marika terus naek keatas loteng, dimana djuga tida tertampak suatu apa pun.

„Aku sudah itung djarak dan arahnja tembakant jang mengenakan Ibrahim, sedikitnja musti ada dari ini rumah...... Aneh disini tida ada apa-apa, tetapi tjoba aku pereksa lebih teliti!”

Sasudahnja utjapkan itu perkataan, detective Chiu lantas menudju ka langkan dan melongokan kepalanja keluar, dimana ternjata ada Djalanan Semarang Timur sebab letaknja itu rumah kosong precies berada dipengkolan.

Sesaat kemudian terdengar detective Chiu berseru: „Hola, itu apa?”

Ia pasang matanja jang tjeli kearah tembok samping itu rumah kosong, diatas tembokan mana ada menempel selondjor bambu besar jang dari pangkal sampe diudjungnja ada terdapet lobang-lobang sabar kira-kira 2 djengkal.

Menempelnja itu bambu ada begitu rupa, jalah udjungnja berada di tembokan gang menembus pekarangan belakang dari itu rumah. Sigra detective Chiu ambil buku notitienja, lukiskan dengan tjepet pemandangan itu.

Sasudahnja seleseh ia tjorat-tjaret dinotesbuknja, lalu ia adjak Inspectir Lim c.s. buat kerumahnja njonja Lian almarhum.