Detektif Chiu/Bab 3
III.
NAMANJA SEORANG GURU SILAT.
DENGAN tida mau buang banjak tempo, sesampenja dirumah njonja Lian, marika lantas masuk kedalem kamar, dimana marika, terutama detective Chiu djadi terperandjat kerna menampak disitu lagi-lagi ada terdjadi perobahan-perobahan.
Barang-barang jang semalem waktu Chiu pereksa disitu sudah tida ada, sekarang tertampak sudah kombali dimasing-masing tempatnja, tjuma tempat perhiasan sadja jang tida terdapet lagi, malah ini kali ada diketemukan sedjilid buku tjatetan ketjil jang satelah dipreksa didalemnja ada terdapat namanja Chie Fu-kay, guru silat jang kenamaan di Semarang.
Kombali seperti mendjadi kebiasaannja, itu buku ketjil pun lantas disimpan dengan hati-hati dalem sakunja detective Chiu dan kemudian ia parani lagi uwak Sun, pada siapa dimadjukan pertanjaan² tentang apa jang marika nampak sekarang, tetapi lagi² ini orang tua mewek-mewek sembari menjatakan, bahua ia tida tau apa-apa, malahan sekarang ia utarakan mau berlalu sadja dari ini rumah sebab ia djadi katakutan tida karuan-karuan mengalami ini berbagi-bagi kegandjilan. Atas antjeman dari Inspectir Lim, itu njonja tua kemudian menurut buat terus tinggal disitu, sedikitnja sampe nanti perkara sudah menjadi terang.
„My inspectir, aku ingin dapetkan kaupunja sedikit keterangan, siapakah itu Chi Fu-kay, guru silat?” menanja detective Chiu.
„Ja bener, ia ada seorang guru silat jang mempunjai banjak murid. Sabegitu djauh aku belon perna tau jang ia tersangkut perkara, apa lagi perkara polisie!”
„Oh, kalu begini, apa sebab iapunja buku tjatetan berada disini? Ach, Mr. Chiu, ini sangat sulit, bisa bikin otakku lekas...... kopjior!” menjeletuk Sinhock jang selalu ikut sadja dimana detective Chiu berada.
„Kiranja nanti aku bisa bikin terang, atawa satida-tidanja aku akan bisa menjingkap tabir jang menutupi ini kesulitan” djawabnja detective Chiu.
Teranglah, bahua si pendjahat masih berlenggang-lenggang kangkung disini, berglandangan dengan anggepan begitu ajem. Ini mengentjengkan theorieku bahua Kim-hien tida berdosa, tjuma perlu ia terus kau tahan buat sementara waktu, my inspectir, supaja djiwanja selamat! Sekarang, baeklah kita kerumah sakit, minta keterangannja Dr. Tan tentang papreksaan atas maitnja njonja Lian sekalian kita tiliki Ibrahim jang kakinja luka......
Ini adjakan diturut oleh marika dan dirumah sakit marika dapetkan katerangan dari Dr. Tan, bahua kematiannja njonja djanda Lian, adalah terkena......ratjun gigitan uler! Ini terbukti, bahua biarpun tubuhnja njonja Lian tida terdapet luka-luka bekas aniajaan, tetapi dibagian geger sebelah kanan ada bengkak dan berwarna item-biru serta terdapet bentolan-ketjil berwarna merah-tua. Uler jang menggigit terang bukan terdiri dari uler-ular besar, tetapi mungkin ada uler ketjil jang mengandung bisa luar biasa kerasnja, uler mana menurut keterangan Dr. Tan, tida ada terdapet ditanah Djawa, tjuma ia tida tau namanja itu binatang berbahaja.
Ibrahim punja luka tida begitu berarti, tjuma perlu tiga hari sadja sudah bisa sembuh.
„Nah, sekarang aku musti lantas bikin penjelidikan lebih keras, tetapi dengan zonder...... kau!” kata detective Chiu jang kemudian lalu mengilang tinggalkan marika......
⁂
AMPAT hari berselang.
Dari rumahnja guru-silat Chie Fu-kai ada keluar seorang tua dengan pakean sederhana serta berkumis dan berdjenggot rada pandjang, rupanja baru sadja ketemui itu guru-silat buat satu urusan, kerna tindakan dari itu orang tua keliatannja begitu terburu-buru. Sesampenja di djalanan Karangsaru, dimana itu guru kunthao ada bertempat, si orang tua lantas panggil betja dan titahkan pengandarnja buat dengan tjepet ke Bodjong.
Setelah sampe di Kantor Polisi, betja lalu diberentikan dan penumpangnja memberi uang pembajarannja, sigra masuk kedalam kantornja Inspectir Lim, siapa itu waktu sedang memeriksa surat-surat diatas medja tulisnja.
Mendapet ini kundjungan Inspectir Lim tau bahua orang tua itu tentu bukan laen detective Chiu adanja, maka ia pun lalu silahkan Chiu berduduk.
„Sekarang kau lebih tadjem, my inspectir!” kata itu orang tua jang lantas tjabut-tjabuti djenggot dan kumisnja, dan sesaat kemudian jang berhadepan dengan Inspectir Lim bukan seorang tua, tetapi detective Chiu adanja.
Inspectir Lim mesem sembari menanja: „Ada kabar baek?” Parasnja detective Chiu nampaknja lebih gumbira, seakan-akan ia sudah dekat dari pemetjahannja perkara jang membelit-belit ini.
„My inspectir, tjoba kau lekas bel pada wijkmeester, tanjakan apa betul njonja djanda Lian almarhum ada mempunjai sudara-lelaki, sebab aku telah mendapet katerangan dari beberapa fihak, katanja itu njonja ada punjakan sudara lelaki jang hilang waktu terdjadinja polisionele-actie”, kata detective Chiu jang lalu sembat lisongnja Inspectir Lim diatas medja, sulut itu dengan kalm.
Permintaan mana lalu diturut oleh Inspectir Lim. „O,djadi betul ia ada punjakan ade jang...... ditjulik pengatjau?” demikian pertanjaan Inspectir Lim dalam telepon jang rupanja telah menerangkan benernja njonja Lim ada mempunjai sudara lelaki. „Kalu begitu,djadi waktu ia pergi ke Pekalongan ditjuliknja? Ja, ja... ...terima kasih!” achirnja Inspectir Lim dapet ketetapan dari wijkmeester tentang sudaranja njonja Lian.
„Dan, apakah kiranja kau bisa tjari dimana sekarang ia berada, my Inspectir, untuk diberi tau tentang kematiannja iapun ja tatji ?” kata pula detective Chiu dengan separo memaen.
„Gila! Mana bisa kasih tau, sedengkan itu orang toch ditjuliknja waktu pergi ke Pekalongan!”
„Djuga perlu buat urus warisannja njonja Lian, jaitu rumah kosong jang letaknja dipengkolan Djalan Halmaheira―Semarang Timur ada mendjadi miliknja njonja Lian. Ini aku pun dapet tau dari H.O.S.”.
Belon pembitjaraan berlangsung lebih djauh atawa satu rechrecheur mengadep pada Inspectir Lim membertaukan bahua itu orang Indonesia jang melapurkan diri ditipu oleh Heng-koey minta ketemu.
Dihadepan Inspectir Lim, Sukandar memberi tau bahua besok pagi dengan spoor pertama ia akan pergi ke Bandung sebab mendapat kawat tentang sakitnja iapunja familie jang berada disana maka diminta kalu ada kabar apa-apa tentang Heng-koey, atawa sudah ditangkepnja itu penipu, supaja polisie sigra telegram sadja padanja jang djuga berikan alamat jaitu pada adresnja M. Sukanda, Kebon-kelapa, Bandung.
Permintaan ini diterima oleh Inspectir Lim jang tjatet dibukunja dan seperginja Sukandar dari ruangan kantornja ,detective Chiu berseru sembari berbangkit: „Lekas kau interlocaal ke Bandung, tanjakan polisie disana apa ada adres begini?”
Kombali Inspectir Lim lakukan apa jang dikahedaki oleh Chiu dan setelah menunggu lama, baru dapet djawaban bahua polisie di Bandung sudah tjari adres itu di Kebon-kelapa, tetapi...... t i d a a d a!