Detektif Chiu/Bab 5
V.
SENDJATA...... ULER!
INSPECTIR LIM berserta detective Chiu, Sinhock, Ibrahim dll-nja pada itu malem djuga di kantornja lantas kerdja keras buat preksa itu tiga serangkai pendjahat ulung.
Dengan tenang dan suara kalm, detective Chiu mulai berikan pendjelasan-pendjelasan tentang iapunja pekerdjaan lakukan penjelidikan ini perkara pembunuhan gelap sehingga bisa didapet hasil jang begitu bagus. „Tjoba kau semua dengar apa jang aku akan tuturkan......”.
„Ja, tetapi sekalian diundjutkan bukti-buktinja. agar ini tiga serangkai pendjahat tidak dapat memungkiri perbuatan2-nja!” meminta Inspectir Lim. sedengkan itu tiga pendjahat semua dengan tangan terborgol, berduduk dibangku-bangku jang letaknja dikedua samping dari itu ruangan pepereksaan dengan didjaga oleh beberapa polisie bersendjata.
Detective Chiu keluarkan itu tjangkang-telor, buku tjatetan jang ia dapetkan dengan memake namanja guru silat Chie Fu-kai, kuntji pintu rumah dengan memake nomer 6A dan ia suruan seorang rechercheur buat ambil itu bambu jang melondjor diatas tembok luar pekarangan rumah-kosong.
„Kau bukan laen ada ade dari njonja Lian. Betul itu waktu kau ditjulik, tetapi lantas kau bisa melarikan diri bersama Sukandar jang memang benar ada berasal dari Borneo”, demikian detective Chiu memulaikan membuka hasil penjelidikannja sembari tuding satu antara dua orang Tionghoa jang mudaan, „Dan kau, adalah Heng-koey jang katanja minggat menipu Sukandar! Sunggu lihay dan litjin akal-akalmu buat bikin ruwet djalannja ini urusan. Kau, ade dari njonja djanda Lian, biarpun bagaimana djuga tida akan bisa dilupa oleh hidungnia Teddy, andjing piaraannja itu njonja jang mendjadi korban dari kekedjemanmu. Aku sengadja pada suatu malem bawa dengan diam-diam itu andjing piaraan dan benar djuga kutika kau dibawa kemari, Teddy telah mendjalak-djalak padamu, seolah-olah itu binatang menjambut dengan girang kaupunja kedatengan. Binatang andjing tida akan berbuat demikian kalu bukan berhadepan dengan orang jang dikenal baik, sedikitnja jang ia sudah perna bersama-sama tinggal berdeketan! Sapulangnja dari tjulikan, kau sengadja tida kombali pulang ka rumah 'ntjimu kerna kau hendak gasak semua harta miliknja itu sudara......” detective Chiu sebentar merandek buat kasih titah supaja rechercheur jang sudah dateng membawa itu londjoran bambu, tarokan itu barang dipodjoknja kantoran.
Orang jang dibeber resianja, tinggal tundukan kepala dengan paras putjet.
„Kamudian satelah kau mengetahui bahwa 'ntjimu ada mempunjai perhubungan resia dengan Kim-hien, kau lantas mau bikin tjilaka Kim-hien buat didakwa membunuh éntjimu. Itu malem, setelah Kim-hien pulang dari rumah 'ntjimu, kau lantas ketok lagi pintu rumah dan didalem dengan terus terang lantes kau antjem n'tjimu dengan...... uler jang tentunja berada dalem kurungan sebab amat galaknja. Binatang berbusa itu ada mendjadi miliknja Sukandar dan sudah tentu kerna 'ntjimu sangat katakutan, maka ia lantes mengaku harta miliknja itu ada ditanem dirumah-kosong jang tadi kau keduk tanah kamarnja dan betul djuga dapetkan itu...... harta dan barang-barang berharga ratusan ribu rupiah! Sebab kau takut nanti 'ntjimu mengadu pada polisie, maka kau lantas betul-betul gunakan uler itu jang baru djadi galak kalu sudah diberi apa-apa. Didalem kamar 'ntjimu kebetulan ada terdapet beberapa butir telor diatas lemari, maka kau lantas ambil itu dengan amat kesusu hingga dua antaranja mendjadi petjah. Satu lagi kau ambil, tempelkan itu telor dikurungannja itu uler jang lantas gigit dan...... isep isinja. Kau kurang teliti, sobat, hingga kau taro begitu sadja ini tjangkang dipodjok lemari......”.
Semua jang berada disitu djadi terkesiap mendengarkan penuturannja detective Chiu dan mereka dengan penuh perhatian terus ikuti djalannja itu proces.
„Kemudian, dengan sangat kedjem kau tempelkan itu kurungan terisi uler jang baru abis mengisap isinja telor, diatas gegernja njonja Lian jang sudah tentu itu binatang lantas gigit djuga itu bagian badan sehingga n'tjimu...... binasa. Kau ambil kuntji origineel dari pintu luar dan tinggalkan itu rumah. Aku tau itu, sebab kedapetan kuntji pintu tersebut hanja tinggal reservenja sadja, jalah ini kuntji No. 6A”.
Ini detective jang pande berentikan lagi penuturannja buat tjegluk ijs jang sudah disediakan disitu sedari tadi. „Lantas kau adjak Heng-koey, saingan dagang dari Kim-hien buat...... berkomplot”, meneruskan lagi detective Chiu. „Supaja perkara djadi lebih butek, Heng-koey pura-pura minggat, padahal sembuni dirumahnja Sukandar jang mengadukan pada Inspectir Lim, bahwa Heng-koey menipu padanja. Dan, kaupunja tjara masuk didalem itu rumah kosong, bukan ambil djalan dari pintu atawa laennja, hanja kau gunakan itu londjoran bambu jang dilobang-lobangi saban antara 10 c.m., dimana kalu dipasang batangan- batangan kaju, lantas bisa berupa sebagi tangga.” Detective Chiu melirik pada rechercheur jang bawa itu bambu. „Tjoba kau pasang-pasangi itu batangan² kaju dilobang-lobangnja bambu londjoran jang tadi kau bawa masuk!”
Bener djuga satelah itu rechercheur lakukan apa jang diprentahkan oleh detective Chiu, itu londjoran bambu lantas berupa sebagi tangga dengan satu tiang, batangan² kaju jang dipasang menembus kanan-kirinja, hingga bisa dibuat naik dengan gampang sekali. Semuanja kombali manggut-manggutkan kepala, ketjuali itu tiga pendjahat jang terus membungkem.
„Kau bertiga sungguh ada orang-orang jang tjerdik, tjuma sajang katjerdikanmu itu kau-orang gunakan ditempat jang sesat, hingga menimbulkan kedjahatan-kedjahatan jang melanggar prikamanusiaan!” kata pula detective Chiu. „Dan kau, adenja njonja Lian, waktu kau buat kadua kalinja malem-malem dateng dirumah 'ntjimu almarhum,kau sudah gasak semua perhiasan jang masih ketinggalan dan sengadja kau tinggalkan ini buku tjatetan kapunjaannja kauwsu Chie Fu-kai jang perna mendjadi kau punja guru-silat dan kau sudah sedari berladjar padanja, telah sengadja tjuri ini barang jang maksudnja djuga kalu sewaktu-waktu perlu kau bisa gunakan untuk melabui orang, dus dengan njata kau punja pikiran memang sudah sedari dulu bukan berniat hidup baik-baik. Dengan kaupunja tindakan tinggalkan buku itu didalem kamarnja kaupunja 'ntji almarhum, jalah supaja orang taro sangkaan kauwsu itulah jang mengganggu kamar tidur 'ntjimu!
„Itu uler ada miliknja Sukandar, memang ada uler jang berbisa dan tjuma terdapet di Borneo serta ini djustru dipunjakan oleh Sukandar jang berasal dari itu tempat djuga.
„Tadi pagi Sukandar pura-pura bertahukan pada polisie dan tinggalkan alamat palsu, katanja ia hendak ka Bandung, padahal besok pagi bersmaa kau berdua, adenja njonja Lian dan Heng-koey, mau...... mabur! Sin-hock jang menjaru djual telor pada Sukandar telah dibeli dengan begitu sadja, ini satu tanda bahua sebab Sukandar sudah keabisan telor buat kasih makan ulernja, maka ini merasa kabetulan ada pengemis djual telor, lalu beli itu. Sukandar memang rupanja tida perna suruan orang membeli telor, selalu ia lakukan itu sendiri.
„Ini sudah tida dapat dipungkir lagi, kerna aku dapatkan semua hasil penjelidikan ini dari pengusutan-pengusutan jang teliti dan seksama.
„Nah, Ibrahim, kau bawa Sukandar, tetapi dengan didjaga extra-keras, buat ambil itu uler dirumahnja! Dan, bukan lain adalah ia jang telah tembak kau dari rumahnja, mengarti Ibrahim?!”
Ibrahim lototkan matanja hendak kasih hadjaran pada ini musuh jang berlaku begitu pengetjut sehingga ia mendekem beberapa hari dirumah sakit, tetapi maksud mana sudah lantas ditjegah oleh detective Chiu buat djangan Ibrahim gunakan kakerasan jang bukan ditempatnja. Dan...... bener djuga kutika Sukandar kombali, ia ada membawa satu kurungan ketjil terbuat dari kawat-kawat kuningan, terisi saekor uler jang galaknja bukan maen maskipun badannja begitu ketjil. Ia disuru bikin „demonstrasie” kasih telor pada itu uler jang ternjata bener sekali dengan sedotannja jang keras,ia bisa irup abis isinja itu telor dengan tjangkangnja tjuma kelobangan setitik udjung djarum......
Zonder pardon lagi, ketiga-tiganja pendjahat jang kedjem itu lantas dimasukkan dalem kamar tahanan, sementara Kim-hien itu malem djuga diadjak oleh detective Chiu buat dianter pulang karumahnja......