Detektif Chiu  (1950)  oleh Amorinda
Ilangnja Satu Gelang

VI.

ILANGNJA SATU GELANG.

DETECTIVE CHIU setelah mengasuh beberapa minggu buat iapunja ketjapean membikin terang perkara pembunuhan atas dirinja njonja Lian dengan begitu tjerdik hingga surat-surat kabar sama menulis baik sekali buat namanja ini detective muda. pada suatu hari ia mendapet kundjungannja hartawan Tan Su-kiu jang meminta iapunja pertulungan buat uruskan tentang ilangnja gelang giok dari puterinja, nama Ching-hua, siapa ada mendjadi tundangannja Sin-hock, itu pembantu setia dari detective Chiu.

„Aku sanget harep kau suka usutkan itu gelang jang oleh puteriku ada sangat disuka. Taulah kau, detective Chiu, bahua gelang giok jang ilang itu ada pemberiannja Sin-hock sebagi tanda-pertundangannja dengan Ching-hua, maka bagimana malunja puteriku kalu nanti diwaktu perajaan hari tahunnja ia tida memake gelang itu? Aku bersedia korbankan uang berapa sadja asal bisa dapetkan kombali itu gelang giok.....”.

Detective Chiu mesem sembari sedot iapunja pipa-tembako akan kamudian ia kebulkan asepnja dan sebentar lagi barulah ia madjukan pertanjaan²: „Apa semalem rumahmu tida ada terdjadi hal-hal jang kiranja ada bersangkut-paut dengan ini pentjurian?”

Detective Chiu seperti mendapet kesan, bahua ini pentjurian tentu dilakukan oleh orang jang hanja mau bikin malu atawa niat lakukan pembalesan sakit hati sadja kepada hartawan Tan Su-kiu atawa Sin-hock, sebab kalu pentjurian jang maksudnja bukan demikian, tentu tida melulu gasak gelang giok sadja jang djustru ada mendjadi kepunjaan tundangannja Sin-hock, sedengkan kalu mau, si pentjuri masih bisa timpah djauh lebih banjak barang-barang berharga dari rumahnja itu hartawan.

Pertanjaannja detective Chiu didjawab oleh hartawan Su-kiu, bahwa hanja pada kira-kira pukul 6 sore, Ching-hua telah terima satu tetamu perampuan muda jang mengakuh ada mendjadi sudara-misan dari Sin-hock.

Antara Ching-hua dan itu tetamu terbit pertjakepan lama sekali didalem kamarnja gadis jang tersebut duluan sampe kemudian Ching-hua minta kuntji lemari besi padanja buat ambil gelang batu-giok jang memang ada dititipkan pada Su-kiu untuk disimpan dalem lemari besi.

Ching-hua menjatakan bahwa ia ingin supaja antara iapunja gelang giok itu dipadu dengan kapunjaannja itu tetamu.

Seperti dibilang diatas bahwa gelang itu akan dipake oleh Ching-hua pada nanti perajaan hari tahunnja, djustru sekarang hari itu sudah dekat, hingga Ching-hua djadi sangat sedih. „Detective Chiu, dengan ilangnja itu gelang, puteriku sampe seperti orang jang kesengsem hatinja, maka lagi sekali aku minta tulunglah kau tjarikan sampe bisa didapet kombali. Dalem ini hal selaennja kau menulung pada fihakku, pun sedikitnja kau bisa hindarkan salah-mengarti atawa keliru anggepan dari pembantumu, Sin-hock terhadep tundangannja, Ching-hua puterinja......” demikian ada landjutan pengutaraannja hartawan Tan Su-kiu jang terus mendesek buat detective Chiu berikan kesanggupannja menandakan bahua dalem hatinja terbit kekuatiran kalu-kalu itu detective nanti menulak iapunja permintaan.

Samentara itu bel telepon berbunji. Detective Chiu segera sambut hoorn-telepon dan sesaat djadi terprandjat: „Heh? Apa kau bilang Inspectir, Sinhock ditjulik orang?! Ditjulik dimana??”......

Bukan maen terkedjutnja Su-kiu sampe ia terbangun dari duduknja dan matanja ditudjukan dengan keras ke-arah detective Chiu.

„Kapan ditjuliknja? Setan alas! Makanja sehingga begini siang belon djuga keliatan ia dateng padaku...... O.K., sebentar aku lantas dateng padamu, Inspectir Lim......”.

Dengan tjepet detective Chiu lantas bereskan surat-surat jang berarakan diatas medja tulisnja bersedia buat lantas pergi kekantor polisie.

„Baeklah, sebentar lagi, sepulangnja dari kantor Inspectir Lim, aku lantas dateng karumahmu untuk bikin penjelidikan lebih djauh. Rupanja sadja ada hubungan rapet perkara pentjurian ini dengan.... ditjuliknja. Sin-hock...... Kurang adjar betul itu orang-orang djahat!” kata detective Chiu kemudian kepada Tan Su-kiu.

„Oh...... eh...... oh, djadi Sin-hock...... di......ditjulik? Habis, bagimana? Oh, tulung detective Chiu, lekas kau berdaja......!” meratap Su-kiu satelah mendengar pasti bahua iapunja bakal mantu sendiri telah alamkan kedjadian jang segetir itu.

Dengan setjepet kilat detective Chiu lantas sendal gas Baby-Fordnja menudju kekantornja Inspectir Lim.

Apa jang terdjadi disana?

„Sedari sepagian aku belun...... perna bel padamu! Sungguh aku tida mengarti mengapa kau tida bisa kenali suaraku?” begini djawabannja Inspectir Lim atas pertanjaannja detective Chiu jang sekutika itu djuga djadi...... melongo dan banting² kaki.

„Kalu begini, teranglah ada orang jang mempermaenkan diriku! Ja, sungguh kurang adjar......” berseru detective Chiu dengan dada berombak menandakan hatinja sangat mendongkol. „Pembitjaraannja didalem telepon tadi, suaranja precies dengan suaramu, ini aku bisa pertjajakan atas kesempurnaan telingaku. Tetapi, apakah bener Sin-hock ditjulik orang?”

Kombali pertanjaannja detective Chiu menimbulkan rasa terkedjut dan diterima dengan angkat pundak oleh Inspectir Lim jang lantas titahkan pada Ibrahim buat segera tjari tau kebenerannja ini perkara.

Detective Chiu meminta keterangan pada telepon kantor, siapakah jang tadi minta sambung bitjara padanja, akan tetapi teleponiste memberi djawaban bahua permintaan sambung itu ada dari...... publieke-telepon!

„Oh, kalu begini, apakah kau tida pikir, bahua kedjadian permaenkan dirimu sekarang ini ada mempunja hubungan rapet dengan itu perkara pentjurian gelang batu-giok?” tanja Inspectir Lim sasudahnja diberi penuturan oleh detective Chiu tentang Tan Su-kiu punja kedatengan padanja. „Ja, ja, kira-kira demikian. Tetapi biarpun begitu aku mau bikin petjah ini resia edan-edanan!”

„Ingat, kau mungkin berhadepan dengan badjingan² dari kwaliteit „welut-putih” jang litjin, my detective!......”.

„Putih atawa item bagiku serupa, sekali lawan tetap lawan sampe di dapetkan kemenangan achir 100% penuh !”

„......Apa dengan tida boleh ditawar-tawar maski sepeser dibelah tudju?”

„Ach, kau terlalu, Inspectir!”

Sembari menanti baliknja Ibrahim, itu dua orang polisie jang terkenal tjerdik teruskan pertjakepannja buat mentjari daja-daja akan membekuk ini perkara sulit, terutama jang bertalian dengan ditjuliknja Sin- hock.

Betul djuga setelah sekean lama berselang, Ibrahim keliatan dateng dan sasudah berada dihadepan marika berdua, ini hoofdrechercheur lalu memberi keterangan tentang penjelidikannja.

Betul djuga Sin-hock sedari pukul 6 pagi sudah tinggalkan rumahnja jang menurut keterangan orang dirumah Sin-hock, ada atas undangannja detective Chiu! Malah lebih luar biasa lagi, katanja orang jang dateng memanggil Sin-hock adalah...... Ibrahim sendiri.

„Astaga! Sunggu kurang adjar ini perbuatan...... mendjerit detective Chiu, Ibrahim, bagimana ada orang bisa menjaru dirimu? Apakah kau tida pikir, siapa jang kiranja lakukan itu perbuatan edan?”

Ibrahim dengan penuh api-penasaran mendjawab supaja ini perkara lekas diurus dan dibikin terang.

„Pokok jang terpenting adalah kita musti tjari tau dan usut tentang ilangnja itu gelang giok. Bagimana pendapetanmu?” Inspectir Lim menanja pada detective Chiu.

Pertanjaan mana dibenerkan oleh detective Chiu.

„Sekarang, perlu aku lantas pergi kerumahnja Tan Su-kiu buat dengar sendiri nona Ching-hua punja keterangan-keterangan!”

Zonder buang tempo lagi, detective Chiu bawa Ibrahim mabur kerumahnja hartawan Tan Su-kiu jang letaknja di Randusari, deket Djalan Holle Semarang.

BOEKAN maen ributnja dirumah Tan Su-kiu, terutama nona Ching-hua dan ibunja setelah dikasih tau tentang ditjuliknja Sin-hock.

„Nona, aku minta supaja kau suka tuturkan dengan sabar apa jang telah terdjadi semalem, satu demi satu djangan ada jang kelupaan disebut”, mulai menanja detective Chiu dihadepan nona Ching-hua jang keliatannja masih begitu gugup dan putjet.

„Kemaren sore, kira-kari pukul 6, selagi aku berduduk diserambi luar, telah dateng seorang perampuan muda jang mengakuh bernama Sui-niang, katanja ada sudara-misan dari Sin-hock. Sudah tentu aku sambut kedatengan itu sebagimana mustinja dan ia menerangkan, bahua ia sangat girang mendapet kabar jang Sin-hock telah bertundangan...... dengan aku maka ia jang mengakuh djuga baru dateng dari Bandung, perlu sambangi padaku buat beladjar kenal.......

„Sin-hock katanja tida bisa turut dateng sebab sedang repot. Kamudian ia menjatakan, bahua menurut Sin-hock, sebagi tanda pertundangan, aku telah diberi satu gelang-giok jang dimustikan buat nanti perajaan hari tahunku supaja dipake. Memang sebenernja aku telah lama diberi itu gelang oleh Sin-hock, maka aku pun mengakuh betul begitu......

Ching-hua berenti sebentar buat kumpulkan ingetannja, sedangkan detective Chiu dengan penuh perhatian terus mengikuti penuturannja itu gadis tjantik, tundangan dari iapunja pembantu.

„Selandjutnja......!”

„Selandjutnja ia undjukan djuga kepadaku ia punja gelang-giok jang katanja ada pemberian dari ibunja,tinggalan dari mamah-tjang, precies seperti Sin-hock pun menerangkan bahua gelang-giok jang diberikan padaku pun ada tinggalan dari ibunja 'ntjek Tjung-king, ajahnja Sin-hock.

„Dengan tida sangsi-sangsi lagi aku lulusi djuga permintaannja akan meliat gelang-giok kepunjaanku, lantas aku adjak padanja buat masuk kedalem kamarku dengan aku perlakukan sepantesnja seperti terhadep sudara-sendiri, kerna toch ia ada sudara-misan dari...... bakal suamiku.

„Kamudian aku minta pada papah itu gelang-giok jang memang aku titipkan padanja untuk disimpan dilemari besi”.

Ching-hua kumpulkan lagi sumangatnja buat bisa meneruskan iapunja penuturan, sementara itu detective Chiu menjatet semua pembitjaraannja nona Ching-hua dibagian-bagian jang perlu dalem iapunja buku notes sembari manggut-manggutkan kepalanja, tetapi dari sorot matanja mengundjukkan bahua detective ini sembari bekerdja sambil puter otaknja dengan keras.

„Sekombalinja aku meminta itu gelang giok dari papah, didalem kamar sudah tersedia dua glas terisi minuman jang aku kira ini tentu ada babuku jang sediakan. Aku kasi pada Sui-niang itu gelang-giok buat dipadu dengan iapunja, tetapi sebelonnja ia mau lakukan itu, dengan tida sungkan-sungkan lagi ia adjak padaku buat minum itu suguhan.

„Sedikitpun aku tida mempunjai perasaan kwatir atawa tjuriga apa-apa pada dirinja itu perampuan muda, kerna seperti tadi aku njatakan, pada waktu itu aku anggep ia adalah sebagi sudaraku sendiri, mengingat jang ia ada djadi sudara-misan perampuan dari Sin-hock, apalagi memang orangnja Suiniang pun ada begitu ramah-tamah. Aku bersama ianja berbareng minum dan kamudian aku nampak ia keluarkan djuga gelang-gioknja jang lantas dipadu dengan kapunjaanku jang sudah diterima dan berada dalem iapunja tangan......”.

„Lantas apa ia bilang lebih djauh?”

„Ia menjatakan bahua gelang-giok kepunjaanku katanja ada lebih bagus daripada miliknja sendiri....”

„Teruskan, apa jang kemudian terdjadi?!” mendesek detective Chiu seolah-olah ia suda mempunjai pendapetan bahua penuturannja Ching-hua akan bisa didjadikan kuntji baginja dalem penjelidikan ini peristiwa luar biasa.

„Oh...... tida terasa sesaat kemudian kedua mataku begitu mengantuk sampe achirnja...... aku tersedar setelah fadjar sudah menjingsing. Aku dapetkan kamarku sedikitpun tida ada perobahan apa-apa, pintu dan djendela semua tertutup rapet, tetapi tida terkuntji dan itu dua glas sudah linjap. Dalem sementara waktu aku tida ingat tentang apa jang telah terdjadi semalem, sampe sesudahnja pikiranku terang kombali barulah aku ingat gelang-giokku.

„Mengira jang itu diambil oleh papah, aku lantas tanjakan padanja, tetapi ia tida berasa terima atawa ambil itu gelang, djuga papah mengira masih berada padaku......

„Anehnja, tida ada orang jang mengetahui atas berlalunja itu tetamu......”. Detective Chiu atas perkenannja Miss Ching-hua, lalu bikin pepreksaan dalem kamarnja ini nona, dimana ternjata tida terdapet tanda-tanda pengrusakan apa-apa.

„Waktu kau diadjak minum, apakah kau ambil sendiri atawa disodori olehnja?” menanja detective Chiu sesudah sekean lama lakukan pepreksaan itu dan duduk kombali dihadepannja nona Ching-hua

„Aku disodori dengan glas jang dipegang oleh tangan kanannja, sedangkan jang sebelah kiri adalah jang ditenggak sendiri oleh itu tetamu......”.

„Bagus, kau tertipu, nona Ching-hua!” berseru detective Chiu dengan kedua matanja - seperti biasa diputerkan keseluru pendjuru dalem itu kamar.

„Apakah tida ada laen-laen barang jang ilang, nona Tan?”

„Tida ada!”

Detective Chiu lantas keluar, mengusut ketempat-tempat deketnja, tetapi disini pun tida terdapet tanda² jang menjurigakan sampe setelah ia berada dipintu jang menembus gang samping gedongnja Su-kiu, iapunja mata ketarik dengan satu pemandangan jang terdapet diatas daon pintu sebelah kiri bagian luar. Itulah ada selembar kain kelinan bekas tempat sabuk jang menjantol diatas paku jang menonjol.

Kain kelinan jang mendjadi perhatiannja detective Chiu itu ada berwarna idjo-pupus terdiri dari kain sutra-alus. Detective Chiu lantas simpan baek-baek dalem notitiebuknja, kemudian ia lukiskan dengan tjepet keadaan pintu, gang dan laen-laennja jang dianggap perlu.