Permainan Rakyat Daerah Kalimantan Selatan/Batewah

14. BATEWAH

1. Nama permainan


Masyarakat Marabahan Kabupaten Barito Kuala dan juga masyarakat Kotamadya Banjarmasin menamakan permainan ini dengan nama Batewah. Dalam bahasa Indonesia sama dengan Bertewah.

Batewah asal katanya Tewah dan ditambah dengan awalan ba (dalam bahasa Indonesia awalan ber), berarti mengerjakan melaksanakan permainan Tewah. Mengenai kata Tewah ini tidak ada yang mengetahui arti den ekuavalensinya dalam bahasa Indonesia. Tetapi menurut perkiraan, kata Tiwah ini berasal dari kata Tiwah, yaitu upacara adat penganut agama Kaharingan di pedalaman Kalimantan. Menurut anggapan mereka, upacara ini untuk menghormati dan mengantarkan arwah nenek moyang mereka ke Sorga. Nenek moyang mereka yang belum ditiwah, merupakan utang bagi ahli waris yang masih hidup. Justru itu, mereka yang merasa sebagai ahli waris nenek moyangnya harus melaksanakan upacara tersebut.

Perkiraan kata Tewah berasal dari kata Tiwah, karena ada kemiripan antara jalannya permainan Batewah dengan upacara Batiwah yaitu suatu usaha untuk mencapai sasaran yang tepat. Jalannya upacara Batiwah adalah sebagai berikut :

Para keluarga yang masih hidup biasanya bergotong royong untuk membeli seekor sapi atau kerbau, dan juga beberapa ekor babi dan ayam sebagai pendamping makanan selama berlangsungnya upacara itu. Kerbau atau sapi yang digunakan sebagai korban, ditambatkan di sebuah tonggak yang dinamakan Sapundu. Setelah tetuha adat upacara, maka seluruh ahli waris mengelilingi kerbau yeng tertambat itu.

Mereka masing masing memegang senjata tombak. Ahli waris yang tertua memulai menombak dengan sasaran tepat pada jantung kerbau. Jika tombakan itu tidak tepat sasarannya maka kerbau itu akan meronta - ronta sambil mengamuk. Kalau hal itu terjadi, maka ahli waris selanjutnya melepaskan tombaknya pula dan seterusnya sampai kerbau itu tidak berdaya lagi. Andaikata tombakan yang pertama sudah mengenai sasaran, dan kerbau itu sudah tidak berdaya lagi, maka ahli waris yang lainnya tidak perlu lagi menombaknya. Kerbau itu segera direbahkan dan kemudian disembelih untuk dimasak serta dimakan bersama.

Dalam permainan batewah ini sasaran yang akan dituju oleh lemparan para pemain bukanlah binatang ( kerbau sapi ) seperti dalam
cara batewah, tetapi diganti dengan susuran potongan kayu yang disebut dengan pasangan. Dalam permainan batewah ini juga diperlukan kemahiran dan ketepatan dalam melempar pasangan.
Meskipun permainan batewah ini ada kemiripan dengan jalannya upacara batewah namun menurut keterangan para informan bahwa permainan ini tidak terkandung adanya unsur - unsur religiomagis dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan upacara batiwah tersebut.

2. Peristiwa / waktu / suasana.

Peristiwa permainan batewah ini terjadi pada waktu anak - anak berkumpul di suatu tempat. Atas kesepakatan bersama mereka pun mengadakan permainan batewah tersebut. Permainan ini biasanya diadakan pada waktu siang hari, baik waktu pagi, siang atau sore hari dan tidak ada kaitannya dengan peristiwa sosial tertentu. Suasanya cukup mengasyikkan. Hal ini terlihat pada waktu anak-anak sedang melaksanakan permainan tersebut. Karena asyiknya, mereka kadang-kadang ada yang lupa makan siang dan lupa waktu.

3. Latar belakang sosial budaya

Pada masa lalu, terutama di daerah pedesaan, hiburan untuk masyarakat terutama anak - anaknya sangat terbatas sekali. Satu satunya hiburan bagi anak anak adalah bermain. Permainan yang mereka adakan antara lain permainan Batewah.
Permainan ini merupakan permainan yang berkembang di masyarakat Kalimantan Selatan. Perkembangannya tidak terbatas pada kelompok sosial tertentu, tetapi merata ke segenap kelompok masyarakat baik masyarakat petani, buruh, pedagang dan sebagainya.

4. Latar belakang sejarah perkembangannya

Menurut keterangan dari informan, bahwa permainan Batewah ini sudah ada di daerahnya sejak mereka masih kecil, yaitu jauh sebelum kemerdekaan. Sekarang permainan tersebut tetap disenangi dan dimainkan oleh anak - anak di daerah tersebut.
Permainan ini cukup berkembang karena kenyataannya di beberapa daerah kita temukan permainan semacam ini, walaupun ada sedikit perbedaan mengenai penamaan dan aturan permainannya. Sebagai contoh umpamanya di daerah Kandangan dan Barabai, jenis permainan ini dinamakan Baupauan. Asal katanya Upau, yang artinya dalam bahasa Indonesia batal / tidak jadi.
5. Peserta / pelaku
a. Jumlah pemain
Jumlah pemain yang melakukan permainan ini sekurang - kurangnya 3 orang dan sebanyak - banyaknya 8 orang. Mengenai sekurang - kurangnya 3 orang, karena di samping yang pasang ( dalam istilah daerah di sebut yang pajak ), harus ada pula yang naik ( yang bersembunyi ) dua orang. Dari dua orang ini tentunya seorang sebagai penewah ( yang melempar pasangan ketika diadakan persembunyian ) dan seorang lagi sebagai pengumpan dalam bersembunyi, agar yang pajak dapat meninggalkan tempat tewahannya.
Begitu pula dengan jumlah yang sebanyak - banyaknya 8 orang, diharapkan agar pergantian - pergantian itu dapat dilaksanakan apabila semua peserta yang naik dapat ditemukan tempat persembunyiannya.
b. Usianya
Permainan ini dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 7 sampai dengan 14 tahun. Bagi anak yang belum berusia 7 tahun mungkin belum mengerti bagaimana cara bersembunyi dan cara melemparkan undas dengan baik. Sedangkan bagi anak yang sudah berumur lebih dari 14 tahun enggan ikut bermain, karena mereka kebanyakan diajak bekerja oleh orang tuanya. Selain itu mereka juga harus belajar bekerja untuk persiapan / bekal masa depannya sendiri.
c. Jenis kelamin
Permainan ini dapat dimainkan khusus anak laki laki maupun khusus anak perempuan. Dalam pelaksanaan permainan jarang dibawakan secara gabungan antara anak laki laki dengan perempuan.
d. Kelompok sosialnya
Permainan ini pada prinsipnya tidak membedakan kelompok sosial di masyarakat. Sehingga permainan ini boleh dimainkan oleh anak - anak dari kelompok sosial manapun. Begitu pula dalam melakukan permainan, mereka bergabung saja menjadi satu, dengan tidak membedakan apakah dia anak petani, anak buruh, anak pedagang dan sebagainya.

6. Perlengkapan permainan / peralatan

Perlengkapan atau peralatan permainan yang diperlukan dalam
mainan ini adalah:

a. Alat permainan

Alat permainan terdiri atas :

1) Alat pasangan

Alat pasangan yang dipergunakan dalam permainan ini sangat sederhana sekali. Benda benda yang sering digunakan untuk alat pasangan ini ialah potongan kayu, rotan dan lain-lainnya.

Alat pasangan ini disusun begitu rupa, sehingga merupakan suatu bangunan. Mula mula sepotong kayu yang agak besar yang panjangnya kurang lebih 30 cm dan garis tengah tampuk / lebarnya kurang lebih 3 cm didirikan di bagian tengahnya. Untuk menahan supaya jangan roboh maka potongan kayu yang didirikan itu ditunjang dengan potongan kayu lainnya yang panjangnya kurang lebih 25 sampai dengan 30 cm dan lebar / garis tengah tampuk kurang lebih 2 cm. Jadi penyusunan pasangan ini merupakan latihan ketrampilan. Kalau tidak pandai menyusunnya, tentu bangunan pasangan ini tidak akan berdiri sebagaimana yang ditentukan.

Gambar pasangan yang sudah didirikan adalah sebagai berikut :

Permainan rakyat kalsel p.133.jpgAlat pasangan permainan batewah

2) Undas (alat pelempar)

Alat lainnya yang dipergunakan dalam permainan batewah ini ialah alat pelempar pasangan yang dinamakan undas. Yang dipergunakan untuk undas ini ialah potongan balok atau potongan kayu lainnya yang ukurannya kurang lebih : - panjang sekitar 30 cm ; - lebar tampuk I garis tengahnya 4 cm

b. Lapangan permainan

Untuk melakukan permainan ini diperlukan suatu lapangan yang memungkinkan adanya tempat - tempat untuk bersembunyi.

Sebagai pusat permainan diperlukan tempat khusus untuk meletak

146 kan pasangan, yang skemanya adalah sebagai gambar di bawah ini :
Permainan rakyat kalsel p.134.jpg

7. Iringan (musik, gamelan den sebagainya)

Permainan batewah ini tidak memerlukan iringan musik apapun, baik berupa musik vokal maupun alat musik.

8. Jalannya permainan

a. Persiapannya

Sebelum dilaksanakannya permainan, anak - anak biasanya merumuskan permainan apa yang akan dilakukannya. Setalah ditetapkan bahwa permainan yang akan diadakan adalah permainan batewah, maka mereka pun secara bergotong royong mencari potongan kayu atau lain-lainnya yang dapat digunakan sebagai alat permainan.

Setelah alat dikumpulkan, maka mereka pun secara bergotong royong mencari potongan kayu atau lain - lainnya yang dapat digunakan sebagai alat permainan.

Setelah alat dikumpulkan, maka mereka pun menentukan pula areal dan penempatan pusat permainan. Areal permainan itu mencapai 400 sampai 600 m2. Di dalam areal itulah ditempatkan pusat permainan untuk memulai den mengadakan kegiatan permainan itu.

b. Aturan permainan

Permainan batewah ini mempunyai aturan aturan permainan, yaitu :

1) Yang bersembunyi tidak boleh keluar dari betas permainan yang telah ditentukan. Umpama ke Timur sampai dengan pohon kelapa, ke Barat sampai pohon nangka, ke sebelah utara sampai pohon rambutan dan sebelah selatan sampai dengan pohon pepaya.

2) Yang pasang (yang ajak) tidak boleh langsung mencari yang bersembunyi, sebelum pasangan terbangun dengan sempurna ( jangan roboh ).

3) Yang pasang ( yang ajak ) tidak boleh hanya menunggu di tempat

147

pasangan, tetapi harus berjalan mencari teman - temannya yang bersembunyi.

4) Pemain yang ajak yang dapat menemukan temannya yang bersembunyi harus menyebutkan namanya sambil lari ke tempat pasangan untuk memegang undas. Apabila undas itu lebih dahulu diambil oleh pemain yang baru bersembunyi, maka pemain itu boleh menewah kan undas itu ke pasangan, Kalau roboh dia boleh bersembunyi kembali. Kalau lepas dia harus menjadi tahanan / tawanan.
Jika undas yang direbutkan tadi lebih dahulu dipegang oleh pemain yang ajak, maka yang didapatkan tadi itupun berlaku sebagai tabanan pula.
5) Tahanan / tawanan akan berakhir apabila teman - temannya yang lain (yang masih belum ditemukan oleh yang ajak ) dapat mengambil undas yang ada di garis lemparan dan terus menewah pasangan sampai roboh.
6) Pemain yang ajak dalam permainan selanjutnya adalah berdasarkan pertandingan tewahan ( lemparan ) antara pemain yang ajak dengan pemain yang lebih dahulu didapatkan. Lemparan didahului oleh pemain yang ajak ( yang pasang ). Siapa yang tidak berhasil merobohkan pasangan, dialah yang akan menjadi pemain yang ajak dalam permainan selanjutnya.

c. Tahap - tahap permainan

Tahap tahap dalam permainan batewah ini ialah :

1) Tahap umpimpah untuk menentukan siapa yang berhak untuk me lempar pasangan.
Seluruh peserta mengadakan umpimpah. Setelah beberapa kali melakukan umpimpah ternyata tinggal dua orang saja lagi, maka ke dua orang itulah nantinya yang mengadakan pertandingan melemparkan undas ke pasangan.

2) Tahap pelemparan
Jika peserta umpimpah itu tinggal dua orang saja lagi, maka diadakanlah antar ke dua pemain ini untuk mengetahui siapa yang berhak lebih dahulu melempar. Pelemparan dimulai oleh peserta yang menang pinsut. Demikianlah mereka berganti - ganti mengadakan pelemparan. Siapa yang dapat mengenai pasangan, dia akan menjadi peserta yang naik (yang ikut bersembunyi bersama-sama dengan pemain yang menang dalam umpimpah) Sedangkan yang gagal akan menjacdi peserta yang pasang dan pemain ini disebut dengan pemain yang ajak.


148 3) Tahap bersembunyi

Jika pasangan sudah dapat dirobohkan oleh si pelempar, para pemain yang menang harus mencari persembunyian. Sedangkan yang ajak berusaha secepatnya mendirikan pasangan yang talah dirobohkan itu.

Kalau pasangan sudah dapat didirikan sebagaimana yang ditentukan, pemain yang pasang ( yang ajak ) itu segera mengambil undas yang merobohkan pasangan tadi dan menempatkan di garis pelemparan. Setelah semuanya selesai dikerjakan, barulah yang ajak itu boleh mencari yang bersembunyi.

Pemain yang menang ( yaitu yang bersembunyi ) selalu mengintai pemain yang ajak. Ia selalu mencari peluang yang baik untuk dapat menguasai undas yang terletak di garis pelempar. Apabila yang ajak sudah mulai mencari yang bersembunyi, dan jaraknya dengan tempat pasangan sudah jauh, maka pemain yang bersembunyi segera lari mengambil undas yang terletak di garis pelemparan. Kalau yang ajak melihat hal ini, iapun lari untuk mempertahankan undas itu. Andaikata pemain yang bersembunyi itu lebih dahulu memegang undas dari yang ajak, dia boleh menewah ( melempar kembali ) pasangan itu. Kalau dia berhasil merobohkan pasangan dia boleh bersembunyi lagi. Tetapi apabila dia gagal, dia harus menjadi tawanan / tahanan selama pemain yang lainnya belum didapatkan. Tawanan / tahanan ini dapat dibebaskan oleh temannya yang belum ditemukan, apabila pemain itu berhasil menguasai undas dan menewah pasangan sampai roboh.

4) Tahap penentuan ajak dalam permainan selanjutnya.

Apabila seluruh pemain yang bersembunyi sudah didapatkan, maka diadakanlah penentuan pemain yang ajak dalam permainan selanjutnya. Untuk menentukan pemain yang ajak ini harus diadakan pertandingan pelemparan pasangan antara pemain yang ajak sebelumnya dengan pemain yang lebih dahulu didapatkannya. Pelemparan dimulai oleh yang ajak. Siapa yang gagal dalam pelemparan ini akan menjadi pemain yang ajak dalam permainan selanjutnya. Demikianlah permainan ini berlangsung secara terus menerus sampai anak anak merasa lelah.

Apabila pemain sudah merasa lelah atau waktu untuk bermain sudah habis, permainan itu segera mereka hentikan.

d. Konsekwensi kalah menang Kalah menang dalam permainan ini tidak diperhitungkan. Yang tampak dalam permainan ini hanyalah bagi pemain yang ajak dan pe

149

main yang sering menewah. Yang ajak adalah pemain yang pasang yaitu harus mencari teman temannya yang bersembunyi. Sedangkan bagi pemain yang sering menewah, merupakan suatu kebanggaan, karena berarti dia dapat berperanan sebagai pemain yang berani dan terampil.


9. Peranannya masa kini

Bila dibandingkan dengan masa lalu, permainan ini kelihatannya cukup berkembang. Hal ini telah diuraikan dalam pembicaraan mengenai latar belakang sejarah perkembangannya. Mengenai sebab - sebabnya antara lain:

a. Permainan batewah dapat berfungsi dan berperanan sebagai hiburan dan olah raga bagi anak anak.

b. Permainan batewah ini cukup mengasyikkan dan alat permainannya pun sangat sederhana sekali. Sehingga bagi anak yang ingin mengadakan permainan tersebut tidak memerlukan biaya.


10. Tanggapan masyarakat


Menurut tanggapan sebagian masyarakat ternyata bahwa permainan ini perlu sekali dikembangkan, karena permainan ini tidak membahayakan bagi anak anak.

Dalam permainan tersebut terlihat adanya gerakan-gerakan berlari, melempar dan lain-lainnya. Semua gerakan itu merupakan gerakan olah raga dan latihan ketrampilan, keberanian dan kecekatan.

Selain hal tersebut, permainan ini dapat mengisi nilai moral, terutama dalam menaati peraturan dan sportifitas dalam bermain.

PETA PERMAINAN RAKYAT DAERAH
KALIMANTAN SELATAN

PEOPLE'S GAME MAP OF SOUTH KALIMANTAN REGION
PEOPLE'S GAME MAP OF SOUTH KALIMANTAN REGION

BATEWAH

Anak-anak sedang melakukan him-pin-sut untuk menentukan se orang pemain yang akan melempar kayu pasangan dan seorang yang jadi.


Pemain yang jadi sedang menyusun kayu pasangan. sedang pemain lainnya berusaha bersembunyi.