Taman Siswa  (1951)  oleh W. le Fèbre, diterjemahkan oleh P. S. Naipospos
Pengantar

Taman Siswa (page 5 crop)

Mohamad Said
... pentjari sumber² universil ...

KATA PENGANTAR

Dalam buku ketjil ini pembatja akan mendjumpai tjerita pertemuan dengan Taman Siswa dari seorang guru muda berasal dari kalangan „pengadjaran bebas” dinegeri Belanda. Ia datang untuk pertama kali di Indonesia pada babak kedua tahun '49 dan berdasarkan buku² jang dibatjanja (a.l. roman Suwarsih Djojopuspito), jang menarik perhatiannja, ia mentjari dengan segera kesempatan untuk berkenalan sendiri dengan sekolah² kita dan guru²nja.

Bahwa ia dalam perkenalan ini tidak suka akan pekerdjaan² jang setengah², adalah dibuktikan oleh banjaknja peristiwa² dan bahan² pemikiran jang dikumpulkannja sekarang dalam perslahnja ini. Bahwa ia djuga mempunjai pengertian jang baik tentang tjita² Taman Siswa dapat kita lihat dalam hal ini dari azas pembagian jang dipakainja mengenai ichtisar dasar² teoretis dan mengenai berbagai-bagai tingkat taraf pertumbuhan Taman Siswa. Azas ini diambilnja dari hidup organis, dan sebagai sesuatu jang kentara untuk Taman Siswa ialah sebenarnja kepertjajaan kepada kekuatan hidup, jang dianggap penulis sebagai pusat semuanja.

Kodrat alam tidak dianggap Taman Siswa sebagai musuh jang harus ditaklukkan melainkan diterimanja dengan ichlas sebagai bahan dan rentjana guna penjelenggaraan hidupnja. Sikap-hidup ini memberi kesadaran akan kemerdekaan-kehendak didalam batas² kemungkinan, dan kesadaran ini akan menimbulkan rasa tanggung-djawab sepenuhnja atas nasibnja, bebas dari rasa permusuhan atau ketakutan terhadap kodratnja, bebas dari rasa ketjewa dan putus asa terhadap keadaan. Manusia merdeka jang ditjita-tjitakan Taman Siswa mempunjai „amor-fati”, dan manusia ini senantiasa berusaha, dengan penuh rasa tjinta dan tanggung-djawab untuk mewudjudkan suatu masjarakat tertib dan damai, dimana tiap orang hidup didalam suasana salam dan bahagia, dimana tiap orang mempunjai kemerdekaan untuk membangun kebudajaan menurut nilai² budinja jang tertinggi, selaras dengan kodrat pribadinja masing² dan selaras dengan kenjataan² dan ketentuan² dalam alam dan masjarakat.

Apa artinja azas² ini sebagai titik permulaan bagi Taman Siswa sebagai suatu gerakan kebudajaan jang terutama bergerak dilapangan pendidikan, diterangkan dengan djelas dibelakang dalam buku ketjil ini. Dengan terus terang saja katakan disini, bahwa saja bergembira, baik dengan pertemuan dengan dia maupun dengan terbitnja buku ketjil ini, jang terdjadi dari pertemuan tersebut dan jang djuga memuat ichtisar historis dari gerakan Taman Siswa jang sepandjang pengetahuan saja belum pernah disusun. Sebab itu buku ini baik kiranja dibatja oleh tiap² orang jang berminat kepada pengadjaran kita.




pemimpin Taman Siswa, Djakarta.


kepada Moh. Said