Penghidoepan Radja Belgie/Bab 10
Satoe tjerita jang betoel
telah kadjadian di
Europa.
PENGHIDOEPAN RADJA BELGIE II.
Ditjeritaken
oleh:
TJOE BOU SAN.
BATAVIA
DRUKKERIJ SIN PO
1913.
Pembagian Buku Penghidoepan Radja Belgie Berdasarkan bab
Bab 1 | Bab 2 | Bab 3 | Bab 4 | Bab 5 | Bab 6 | Bab 7 | Bab 8 | Bab 9 | Bab 10 | Bab 11 | Bab 12 | Bab 13 | Bab 14 | Bab 15 | Bab 16 | Bab 17 | Bab 18 | Bab 19 | Bab 20 | Bab 21 | Bab 22 | Bab 23 | Bab 24 | Bab 25 | Bab 26 | Bab 27 | Bab 28 | Bab 29 | Bab 30 |
X.
———
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Nasibnja Prinses Louise, jang bernikah pada Prins van Saksen-Coburg, ada dikataoehi oleh banjak orang. Antaranja banjak djoega jang berkata, bahoewa masgoelnja permeisoeri Belgie, taroetama ada lantaran ini.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Ini tjerita haroeslah dikata, sabagian ada benar, kerna laen dari berdoekah lantaran mangkatnja poetra makota, memang djoega permeisoeri sanantiasa ada bersedih boeat nasibnja ia poenja poetri. Broentoeng masi bagi itoe njonja bangsawan, poetrinja jang kadoewa, sakean lama soeda menikah, belon perna mengasi denger kabar jang koerang baek.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Peroentoengannja Prinses Stephanie ada banjak lebi bagoes dari ia poenja soedara. Sebegitoe lama ia masi bisa merasaken Rudolf poenja tjinta padanja, dan kadang-kadang djoega dalem itoe kasenangan, ia ada beringet atas katjilakahan jang menimpah soedaranja. Dan saban-saban mendapet itoe ingetan, aartshertogin lantas merasa sanget kasian, kerna ia taoe, Louise sanantiasa tida diperdoeliken oleh prins jang mendjadi soeaminja.
Aken tetapi, bagimana besar djoega ia poenja kasian pada soedara sendiri, tida satoe apa ia bisa berboeat, aken toeloeng meringanken. Dari itoe poen mendjadi ia tinggal diam dengen tida berdaja, dan sering-sering djoega rasa kasian itoe terhilang dari pikirannja, lantaran teroeroek dengen ia sendiri poenja pengrasahan broentoeng.
Betoel, dalem tempo jang blakangan, Rudolf ada berlakoe sedikit dingin padanja, tapi ini tida membikin ia djadi tjemboeroean, hanja malaenkan merasa sedikit heran, dan doega sadja, jang itoe aartshertog ada banjak kerdjahan jang misti menggoenaken banjak pikiran. Kamoedian, dengen koenjoeng-koenjoeng ada dateng satoe kabar djelek padanja, jang mewartaken halnja ia poenja soeami.
Ini djoega Prinses Stephanie tida begitoe pertjaja, hingga dengen tida terganggoe Prinses Stephanie, poetri dari karadjahan
Belgie. (katja 138).
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Demikianlah aartshertogin tinggal tida mendapet taoe, mega mendoeng jang soeda
sakean lama ada berlajang-lajang diatas kapalanja, sampe pada soeatoe hari Aatshertog Rudolf, jang selang bebrapa hari, sanantiasa tida maoe bertemoe pada istrinja, dengen mendadak minta bitjara berdoewa-doewa.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Stephanie ada menerima ini warta dengen girang di hati, kerna dalem pikirannja ia
ada kira, tentoe soeaminja maoe adjak berdami satoe hal penting.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Sasoeda berhadepan doedoek, Rudolf laloe berkata:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Sekarang akoe hendak bitjaraken padamoe satoe perkara jang sanget penting.
Barangkali djoega nanti membikin loekah sedikit kaoe poenja hati, tapi akoe merasa
tida bisa tinggal gagoe boeat ini perkara, lebi lama lagi."
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Tjeritaken sadja," kata Stephanie, „kerna, bilah betoel itoe hal nanti meloekaken hati, biarlah kadoekahannja kitaorang pikoel berdoewa."
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Tida, tida berdoewa, tapi boleh djadi kaoe sendiri, jang nanti menerima doekah lantaran akoe poenja bitjara di ini kali..."
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Hal apa, soeamikoe, jang ada begitoe haibat boeat akoe poenja diri?"
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Hal apa? Itoelah jang memang akoe maoe tjeritaken padamoe!"
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Rudolf berdiam sabentaran. Ia berdjalan moendar-mandir sabagi hendak koempoelken sakalian tenaga, kamoedian ia laloe berkata poelah:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Stephanie, kataoehilah olehmoe, jang sabelonnja kitaorang berdoewa djadi laki istri, akoe soeda bikin perhoeboengan pada Barones Marie Vecsera. Tadinja akoe kira dengen gampang tali itoe bisa dibikin poetoes, tapi sekarang baroelah akoe merasa, jang sama sekali akoe tida bisa loepahken pada itoe nona. Maka itoe boeat kita, tida
ada laen djalan dari lolosken borgol nikahan, jang mengikat kita poenja toeboe dan
anggota, dan pertjajalah, Stephanie, jang ini samoea akoe ada berboeat dengen sanget terpaksa! Akoe tida maoe kaoe misti djadi koerang broentoeng, lantaran akoe poenja klakoean di loearan....."
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Stephanie tinggal doedoek di krosi seperti terpantek. Moekanja djadi poetjat,
matanja boetak sabagi mait. Sasa'at kamoedian kapalanja laloe terbanting di senderan krosi, kadoewa tangannja menoetoepi moekanja, samantara badannja bergerak-gerak salakoe orang maoe poetoes djiwa.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Kasian! Poetri itoe poenja ka'adahan ada lebi haibat dari orang katimpah goenoeng
jang goegoer, kerna Stephanie, boekan lantas tiwas djiwanja, hanja misti merosot dari poentjak goenoeng Tertawa, aken sampe dalem tjoeram Tjilaka.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Ia tida oetjapi satoe perkatahan, sebab di masa itoe, adalah sabagi lidanja tida bisa kaloeari soeara. Tapi Rudolf roepanja tida maoe perdoeli itoe samoea perkara.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Dalem ka'adahan begitoe ia tinggali Stephanie sendirian, dan pergi ka tempat kadiaman ajahnja, kerna sekali-kali ia tida maoe berlambat lagi, boeat bikin selesi
itoe oeroesan.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Bermoelah Sri Baginda Keizer dengen keras menolak permintahan anaknja, aken
bertjerei pada Prinses Stephanie, aken tetapi oleh kerna Rudolf memaksa djoega, maka achir-achir hatinja mendjadi loemah dan idjinken kainginan ia poenja poetra makota.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Aken tetapi permoehoenan aartshertog jang kadoewa, aken bernikah pada Barones Marie Vecsera, dengen tetap ia tida maoe briken permisie.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Ini tampikan, ada banjak sekali orang jang tida mengarti, apa jang mendjadi
sebab. Tapi, menoeroet katanja saorang bangsawan jang boleh dipertjaja, hal ini
adalah bergantoeng dengen Baginda Keizer poenja pikiran terang, jang sanantiasa masi
bisa beringet, asal-oesoelnja Barones Marie Vecsera.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Di sini baeklah kita tahan-tahan doeloe itoe hal-ichwal. Kaloe kamoedian soeda
djadi kliwat perloe, dengen apa boleh boeat kita nanti berlakoe sedikit lebi lojar sama kita poenja tinta dan kertas.
⁂
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Doenia ada terpoeter begitoe lekas, hingga ampir sampelah itoe waktoe, jang
sakalian sobat misti berkoempoel di tempat pemboeroean Meyerling.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Keizer Oostenrijk ada berdjalan moendar-mandir dalem kamarnja dengen tida
sabar.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Aartshertog Rudolf ada minta padanja, aken bitjara dengen ampat mata, dan boeat
ini ia tida bisa poetoesken, apatah misti trima itoe permoehoenan, atawa menampik.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Ia taoe betoel, itoe hal jang hendak dibitjaraken oleh poetra makota, dan ia brani pastiken, kaloe sampe kadjadian bitjara,
achir-achir misti satoe sama laen goenaken perkatahan keras.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Apatah Baginda Keizer tida boleh bitjara sadja teroes terang, hal apa jang mendjadi halangan? Dari satoe fihak boleh ditimbang, tida ada satoe sangkoetan, aken membri njata, apa sebabnja permoehoenan poetra makota misti ditampik. Tapi dari laen, fihak ada satoe pertanjahan: Apatah Baginda Keizer, jang begitoe menjinta ia poenja poetra makota, nanti bisa tjerita teroes terang, tentang satoe hal jang boleh membikin anaknja djadi sakit hati padanja sendiri, dalem saoemoer hidoep?
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Samantara itoe Baginda Keizer lantas dapet pikiran, aken kasi taoe pada aartshertog, jang ia tida maoe bitjaraken lagi itoe perkara, tapi sigra ia balik menginget kombali, jang dengen menampik begitoe, nanti boleh menerbitken onar bagi anaknja, jang ada poenja tabiat begitoe lekas mara. Dari itoe poen mendjadi ia lantas
tetapken, aken membri katrangan sadja dengen sabenarnja, biar apa djoega nanti djadi dengen dirinja sendiri.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Koetika soeda dateng waktoe aken bertemoe, Aartshertog Rudolf laloe disilahken masoek boeat bitjara pada Sri Baginda Keizer.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Samantara waktoe marika berdiri berhadepan dengen tida oetjapken satoe perkatahan. Poetra makota ada mengawasken ajahnja dengen mata soeram, dan paras moekanja, sabagi ada menjataken soeatoe katjilakahan.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Baginda Keizer djoega ada merasaken satoe pirasat jang koerang baek, hingga
dengen tida berkesip, ia awasken pada anaknja.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Apatah kaoe masi tetap sadja berpikir, sabagimana doeloe adanja kaoe poenja
poetoesan, papa?" menanja Rudolf sakoenjoeng-koenjoeng, sabagi orang jang tida tahan sabar lebi lama lagi.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Ja, anak, sebab akoe tida bisa berlakoe laen," kata Baginda Keizer dengen moeka berdoekah.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Tida bisa berlakoe laen?" tanja poelah aartshertog dengen tertawa sedih. „Tida
bisa berlakoe laen, tjoema lantaran Marie Vecsera nanti tida begitoe sembabat mendjadi keizerin seperti aartshertogin jang sekarang?"
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Aartshertog berdiam sabentaran, dan sasa'at kamoedîan ia laloe berkata poelah dengen lebi sengit:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Kaloe malaenkan lantaran begitoe, dengen segala senang hati Marie nanti lepas
ia poenja hak atas itoe makota keizerin, sabagi djoega akoe nanti berboeat sama akoe poenja makota keizer. Kitaorang ada menjinta satoe sama laen, dan tentoe djoega nanti merasa broentoeng, maskipoen tida mempoenja gelaran."
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Biar poen bagimana, akoe tida nanti kasi permisi atas kaoe poenja nikahan ini."
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Habis, apatah jang papa inginken dari akoe poenja diri? Atawa barangkali papa
ada berniat, aken akoe berlaloe dari ini negri, bersama itoe nona jang akoe tjinta
dengen sagenap hati?"
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Anak," kata Baginda Keizer dengen hati tergerak, „beringetlah sedikit, jang
kitaorang mendjelemah di doenia boekan seperti manoesia biasa. Dan djoestroe lantaran kita poenja tingkatan bangsawan ada begitoe tinggi, membikin kita djadi sanget terganggoe dalem perkara nikah. Bilah maoe dikata, memang ada benar sekali: Orang kampoengan boleh tjari pada siapa ia soeka. Tapi dalem ini hal kita poenja hak ada banjak lebi sedikit. Sadari mata kita terboeka boeat ka'adahan doenia, kita soeda dimistiken, aken lakoeken sadja
pilihan dari bebrapa orang prampoean golongan kita, dan sering-sering djoega kita
misti memaksa diri, aken anggap kita poenja istri ada prampoean jang sasoenggoenja kita ada tjinta dengen sagenap hati....."
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Papa, papa!" berseroe aartshertog dengen tida sabar, „djanganlah bitjara pandjang begitoe! Akoe tjoema minta kaoe poenja poetoesan jang penghabisan, boekan
maoe mendenger kaoe poenja peroendingan!"
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Rudolf, akoe poen ada merasa lebi soeka liat kaoe djadi broentoeng seperti manoesia biasa, dari pada misti djadi satoe keizer jang tjilakah," kata lagi Baginda Keizer dengen poetoes harepan. „Pertjajalah, anak, akoe tentoe soeda lama kasi permisi aken kaoe bernikah pada Marie Vecsera, bilah tida satoe hal jang sanget berat mendjadi
halangan."
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Tapi, papa, apa perkara jang ada begitoe berat? Itoe samoea moestahil, moestahil sekali!"
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Soenggoe, anak, dari doeloe akoe ada merasa sangsi boeat tjeritaken itoe padamoe, dan djoega sampe sekarang....."
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Kaoe tida boleh sangsi, papa, akoe poenja peroentoengan samoea ada bergantoeng
di sitoe!"
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Dengerlah!" kata Baginda Keizer dengen soeara didalem leher. „Itoe Barones Vecsera jang toewa, pernah mendjadi akoe poenja sobat, dan akoe doeloe pernah bikin perhoeboengan rapet sekali padanja..."
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Boleh djadi apa dengen itoe perkara? Akoe poen sama sekali tida maoe ambil
taoe si toewa itoe poenja oeroesan. Malaenkan Marie, papa, ia itoe akoe ada tjinta
dengen segenap hati!"
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Kaoe tida mengarti akoe poenja bitjara, Rudolf! Kaoe begitoe sanget sekali ingin
mendapet taoe dengen terang... Baeklah..... Marie Vecsera sabenarnja ada kaoe sendiri poenja soedara, anak!"
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Akoe poenja soedara? O, papa!... Alah!"
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Sembari berkata begitoe, poetra makota toetoepi moeka dengen kadoewa tangan,
salakoe orang jang soeda gila.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„O, papa!" berseroe ia poelah. Lebi dari sabagitoe, ia tida bisa kata apa-apa lagi. Ia berpaling, dan dengen tida membri hormat poelah, ia berdjalan kaloear. <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Pengawal astana, jang meliat ia berlari-lari seperti gila, tjoema tinggal awasken sadja, dengen rasa penoeh kwatir, nanti terbit satoe katjilakahan jang haibat. Aken tetapi boeat memboentoeti, tida satoe orang jang brani, kerna samoea taoe, siapa jang menghalangken, nanti dapet bagian mati. Iaorang kenal betoel adatnja poetra makota, jang di masa begitoe, nanti menjerang sembarangan sabagi banteng gila.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Dari djaoe ia soeda treaki orang jang mendjaga istal: „Lekas selahken akoe
poenja koeda!"
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Sigra djoega koeda itoe telali tersedia, hingga lantas poetra makota bisa menoenggang, dan lariken binatang itoe sakeras-kerasnja.
⁂
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Banjak orang ada mengoendjoengi tempat pemboeroean di Meyerling. Di satoe tempat
ada bebrapa orang lagi beromong-omong, sedeng di laen tempat ada sakoempoelan orang jang malaenkan berdiri diam, atawa berdjalan moendar-mandir. Masing-masing ada bersendjata sabagi orang maoe memboeroe.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Kaloe pembatja belon mendjadi loepah, nistjaja pembatja soeda taoe djoega, marika
Frans Jozef, Keizer dari Oostenrijk.
(katja 146).
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]laorang roepanja lagi sedeng menoenggoeken apa-apa, kerna dari gerak-gerakannja sadja soeda bisa dinjataken, jang masing-masing ada koerang sabar.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Hei, kanapa sampe begini lama belon ada satoe apa jang kaliatan?” kata Vecsera.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Akoe kira itoe binatang-binatang ada berlakoe sedikit males,” kata Bombelles.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Terkoetoek betoel!” berseroe aartshertog sakoenjoeng-koenjoeng. „Akoe kira itoe andjing-andjing boekannja menggiring, tapi mengoesir itoe sakalian binatang pergi dari ini tempat pemboeroean!”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Kaloe kita tida djoega bisa dapetken binatang kaki ampat,” kata poelah Bombelles, „biarlah kita poenja memboeroe ini dilakoeken sadja pada boeroeng-boeroeng gredja.”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Hei, Vecsera! lekas minggir ka samping, atawa akoe kenah tembak padamoe!” berseroe lagi aartshertog dengen soeara sengit, dan koetika itoe djoega soeara senapan lantas berboenji.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Broentoeng Vecsera kaboeroe lompat hingga malaenkaii ramboetnja sadja, jang mendjadi angoes dengen peloeroenja Rudolf. Anak moeda itoe tida oetjapken satoe perkatahan, tapi mengawasken pada aartshertog dengen mata seperti hendak menanja, apa jang bikin poetra makota dengen mendadak telah djadi begitoe gila.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Apa kaoe tembak?” tanja Bombelles dengen heran.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Satoe laler! Tapi kamanatah perginja kitaorang poenja andjing samoea?”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Tatkalah itoe satoe andjing dari djaoe dateng mengamperi, dan Rudolf lantas berseroe lagi:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Mari, Juno, tjari!”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Itoe andjing jang soeda dateng dekat, laloe merodjol kombali, mentjari koeliling, dan achir-achir berdiri dihadepan toewannja dengen sengal-sengal.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Aken tetapi Rudolf sigra angkat poelah ia poenja senapan, dan sabelonnja orang bisa mendoega, apa jang hendak diperboeat olehnja, soeara tembakan soeda berboenji kombali, samantara Juno mati menggletak diatas boemi.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Hajo kitaorang berdjalan lebi djaoe, toewan-toewan!” berseroe aartshertog kamoedian. „Ikoetpadakoe! Kita nanti tembak satoe persatoe itoe andjing-andjing jang terkoetoek! Tjara begitoe, tidaoeroeng kita nanti dapet djoega binatang, aken dibawa poelang.”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Satelah kata demikian, laloe ia lariken koedanja sakentjeng-kentjengnja, masoek kadalem oetan.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Vecsera meliati pada Bombelles.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Akoe heran sekali!” kata Bombelles. „Mengapa dengen mendadak Rudolf boleh djadi begitoe?”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Akoe kira ia soeda djadi gila!” saoet Vecsera.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Sekarang, biarlah kita ambil djalan ka laen tempat, sebab akoe tida ingin sekali, memboeroe sama-sama orang jang soeda djadi gila.”
{{Tab}{Satelah itoe marika masing-masing laloe baliki koedanja, dan lariken sakeras-kerasnja, menoedjoe ka laen djalanan, sampe iaorang merasa tentoe, aartshertog tida aken bisa mentjari lagi padanja.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Kamoedian iaorang tahan koedanja aken berdjalan lebi plahan dengen beroentoen, sampe marika katemoeken satoe djalanan, jang ada tjoekoep lebar boeat djalan berendeng.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Apatah jang telah terdjadi padanja?” menanja poslah Vecsera. „Akoe belon pernah liat ia seperti tadi begitoe edan!”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Akoe poen tida taoe, dan sabagimana kaoe kata tadi, itoe benar, akoe djoega balon pernah dapetken ia dengen klakoean begitoe!”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Sakean lama akoe belon bitjara pada Marie, tapi akoe kira, tentoe ada hal jang koerang baek antara iaorang berdoewa. Boleh djadi Philip ada taoe lebi banjak tentang ini perkara, tapi ia sekarang tida kaliatan mata idoengnja.”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Akoe dapet denger, ia nanti dateng sabentar malem. Tapi ..... hei, siapatah itoe jang mendatengi? Tjilaka, djangan itoe orang ada Rudolf jang mentjari kita!”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Itoe tida boleh djadi! Ia toch tida bisa dateng dari fihak sitoe?”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Benar kaoe poenja bitjara!”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Bombelles laloe meliat dengen ia poenja teropong, kamoedian berkata poelah:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Jang dateng itoe ada Hoyos! Apatah ia maoe bikin di sini? Ia toch, akoe kira, ada toeroet laen kawanan, mendjaga dimana watas ini oetan.”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Samantara itoe Hoyos soeda dateng dekat pada iaorang, dan masing-masing laloe mengangkat topi. „Ada apa? Dari mana kaoe dateng? Koepanja kaoe ada bingoeng sekali!” kata Vecsera.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Diam-diam!” kata Hoyos, sembari lantas menahan kendali koedanja, djangan tanjaken akoe banjak-banjak! Biarlah akoe bernapas sabentaran! Apatah ini ada djalanan boeat pergi ka doesoen?”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Ja, kaloe kaoe balik, tapi bilah kaoe berdjalan teroes, ni&tjaja kaoe nanti berlaloe samingkin djaoe dari kampoeng!” kata Bombelles dengen tertawa.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Hoyos lantas baliki koedanja, dan djalan berendeng dengen itoe kadoewa sobat.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Dengen tida terkira sekali,” kata ia, „Rudolf soeda mendjadi gila, akoe rasa.” „Kitaorang poen kira begitoe,” saoet Vecsera.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Apa? Pada kaoe djoega ia .....”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Pada kitaorang ia telah menembak laler, dan tatkalah andjing tida bisa dapetken, ia laloe tembak pada Juno, satoe andjing memboeroe jang soesa didapetken kadoewanja.”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Pada kitaorang ia berboeat lebi gila lagi. Dengen sengit ia telah menembak doewa andjing, samantara satoe andjing laen soeda dapet bagian sama ia poenja gagang senapan. Sekarang binatang-binatang itoe hendak dibawah salekas-lekasnja pergi ka kampoeng. Barangkali djoega djiwanja masi bisa ditoeloeng!”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Tjoba Philip ada bersama-sama!” kata Vecsera dengen soeara menjeselken.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Kanapa Philip?”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Rudolf ada indahken padanja. Sama kitaorang sama sekali itoe si edan tida maoe ambil perdoeli; malahan kaloe kita kata apa-apa, ia djadi samingkin mara, bedah dengen Philip poenja perkatahan, jang salaloe bisa dapet memboedjoek padanja.”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Philip baroe nanti dateng sabentar malem”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Dan itoe sakalian njonja-njonja?” tanja Bombelles.
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Njonja-njonja? Iaorang djoega tentoe tida nanti dateng lebi siang.”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Habis, bagimana dengen kita?” tanja Vecsera. „Akoe ampir tida ingin lagi, bertemoe moeka kombali pada itoe orang gila!”
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]„Ikoet sadja pada kitaorang pergi ka kampoeng!” kataHoyos. „Sabentarmalem kita nanti pergi bersama-sama ka gedong pemboeroean. Itoe waktoe, barangkali djoega samoea soeda djadi baek lagi.”