Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020/Bab III/Bagian Keempat/Paragraf 13

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
Bab III – Bagian Keempat – Paragraf 13

Klik untuk menuju bagian lainnya dari Bab III: Kesatu - Kedua - Ketiga - Keempat (Paragraf 12345678910111213141516) - Kelima


Paragraf 13
Kepariwisataan

Pasal 67
Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dari sektor kepariwisataan, beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966) diubah sebagai berikut:
  1. Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 14
    1. Usaha pariwisata meliputi:
      1. daya tarik wisata;
      2. kawasan pariwisata;
      3. jasa transportasi wisata;
      4. jasa perjalanan wisata;
      5. jasa makanan dan minuman;
      6. penyediaan akomodasi;
      7. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;
      8. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran;
      9. jasa informasi wisata;
  1. jasa konsultan pariwisata;
  2. jasa pramuwisata;
  3. wisata tirta; dan
  4. spa.
  1. Usaha pariwisata selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
  1. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 15
    1. Untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, pengusaha pariwisata wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
    2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
  2. Pasal 16 dihapus.
  3. Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 26
    1. Setiap pengusaha pariwisata wajib:
      1. menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat;
      2. memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab;
  1. memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif;
  2. memberikan kenyamanan, keramahan, pelindungan keamanan, dan keselamatan wisatawan;
  3. memberikan pelindungan asuransi pada usaha pariwisata dengan kegiatan yang berisiko tinggi;
  4. mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan koperasi setempat yang saling memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan;
  5. mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat, produk dalam negeri, dan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal;
  6. meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan;
  7. berperan aktif dalam upaya pengembangan prasarana dan program pemberdayaan masyarakat;
  8. turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya;
  9. memelihara lingkungan yang sehat, bersih, dan asri;
  10. memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya;
  11. menjaga citra negara dan bangsa Indonesia melalui kegiatan usaha kepariwisataan secara bertanggung jawab; dan
  12. memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.
  1. Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n diatur dalam Peraturan Pemerintah.
  1. Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 29
    1. Pemerintah provinsi berwenang:
      1. menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi;
      2. mengoordinasikan penyelenggaraan kepariwisataan di wilayahnya;
      3. menerbitkan Perizinan Berusaha;
      4. menetapkan destinasi pariwisata provinsi;
      5. menetapkan daya tarik wisata provinsi;
      6. memelihara aset provinsi yang menjadi daya tarik wisata provinsi; dan
      7. mengalokasikan anggaran kepariwisataan.
      8. memfasilitasi promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang berada di wilayahnya;
    2. Penerbitan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
  2. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 30
    1. Pemerintah kabupaten/kota berwenang:
      1. menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;
      2. pariwisata menetapkan destinasi kabupaten/kota;
      3. menetapkan daya tarik wisata kabupaten/kota;
      4. menerbitkan Perizinan Berusaha;
  1. mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di wilayahnya;
  2. memfasilitasi dan melakukan promosi destinasi pariwisata dan produk pariwisata yang berada di wilayahnya;
  3. memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata baru;
  4. menyelenggarakan pelatihan dan penelitian kepariwisataan dalam lingkup kabupaten/kota;
  5. memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang berada di wilayahnya;
  6. menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata; dan
  7. mengalokasikan anggaran kepariwisataan.
  1. Penerbitan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
  1. Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 54
    1. Produk, pelayanan, dan pengelolaan usaha pariwisata memiliki standar usaha.
    2. Standar usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memenuhi ketentuan Perizinan Berusaha.
    3. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
  2. Pasal 56 dihapus.
  1. Pasal 64 dihapus.